Kamis, 30 Mei 2013

When He Smile : Bab 1

   When He Smile adalah awal mula cerita Clay Evinrude, seorang pembasmi vampir. Ini adalah awal dari kisah balas dendam dan kebencian Clay yang mendalam kepada vampir. Dan juga pertemuannya dengan sahabatnya Randolph Svenson yang nantinya akan merubah kehidupan mereka. Selamat membaca :D



 Pagi itu terasa dingin. Pelan-pelan kubuka mataku. Kubuka jendela kamar, dan kuhirup udara pagi. Segar sekali. Sudah 6 bulan sejak Randalph meninggalkan Mardalsfossen dan pergi ke Alcarta. Ah, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Claude Claire Evinrude. Nama tengahku sangat aneh bukan. Aku diberi nama seperti anak perempuan, padahal aku laki-laki. Yang jelas nama ini adalah pemberian orangtuaku. Walau begitu aku suka nama ini. Aku biasa dipanggil Clay. Usiaku 22 tahun. Aku adalah pemimpin dari organisasi Vampire Hunter di Mardalsfossen, yang bernama LETFRANT.

    Ketika aku melihat keluar, ada seorang anak kecil yang berjalan-jalan dengan orangtuanya. Mereka tampak bahagia sekali. Keluarga… Sudah 12 tahun aku tidak menjumpai kata itu dalam hidupku. Melihat mereka, tiba-tiba, aku jadi teringat semua kejadian di masa laluku. Dua belas tahun yang lalu, ketika aku masih belum mengenal kerasnya dunia…

~ Peanville , 12 tahun yang lalu~   

  Entah kenapa, hari ini Mama dan Papa bersikap aneh sekali. Tidak seperti biasanya, begitulah pikirku. Mama yang biasanya ceria, sekarang menjadi diam. Papa yang biasanya selalu mengajakku bercanda juga diam saja. Ada apa dengan kalian berdua? Kalian marah padaku? Apa aku ini anak nakal?Pertanyaanku terjawab malamnya. Pukul sepuluh malam, seharusnya, anak umur 10 tahun seperti aku ini sudah tidur. Tapi papa menyuruhku untuk tidak tidur dulu. Papa mau ngomong apa ya? Waktu itu Papa cuma terdiam. Diam saja, tidak berbicara sepatah kata pun. Mama juga, hanya menundukkan wajahnya dan menangis.

“Clay...”

“I..iya, Pa?”

“Papa mau bicara”.

“Bicara apa Pa?”

 Aku bingung. Sekilas Papa seperti kehilangan kata-kata untuk bicara. Mama juga, semakin keras tangisannya. Papa menghela nafas sejenak, lalu berbicara,

 “Clay... mulai saat ini... kamu... harus... hidup sendiri...”

 Hidup sendiri? Kenapa, Papa ngomong begitu? Tapi, Papa rupanya serius, dan Mama lalu memelukku, sambil terisak-isak. Aku tidak sadar bahwa malam ini adalah malam terakhir aku bisa bersama-sama keluargaku.Sementara itu, angin di luar jendela semakin keras dan bunyinya menderu-deru. Roman muka Papa menegang, Mama berhenti menangis, tapi dia memelukku erat sekali. Aku hanya terdiam.

 Sedetik kemudian, jendela di semua rumahku pecah. Aku merasa angin yang keras dan dinginnya malam yang menusuk menerpa wajahku. Lalu, sosok-sosok yang tak kukenal masuk.Mereka, mungkin, adalah makhluk paling mengerikan yang pernah aku kenal. Wajahnya sama dengan manusia-manusia yang ada di Humavalea. Tapi wajah mereka pucat, gigi taring yang mencuat saat mereka menyeringai, sayap yang seperti kelelawar, dan jubah hitam. Sosok yang telah bertahun-tahun menjadi musuh manusia Humavalea.

 Bangsa vampir atau Varuala –nama yang mereka pakai untuk bangsa mereka-  dari kerajaan Varua.

 “Kami ingin mengambil anak itu,” kata salah seorang dari mereka dengan suara yang parau sambil menunjukku.

 Papa tiba-tiba maju ke depan. Sambil merentangkan kedua tangannya, dia hendak melindungi kami.

 “Tidak! Sampai kapanpun, anak itu tidak akan kami serahkan kepada kalian semua!!!”

 “Dalam tubuh anak itu ada makhluk yang dapat memusnahkan bangsa kami. Kami harus membunuhnya, supaya kami selamat!!”

 “Tidak!!! Itu urusan kalian sebagai bangsa Varuala. Tidak ada hubungannya dengan kami, manusia Humavalea!”

“Ternyata memang kami harus pakai jalan kekerasan!”

 Vampir-vampir itu menyerang ayahku. Kepalaku sakit sekali. Mama berusaha melindungiku, sementara Papa melawan para vampir itu. Pertarungan tak berjalan seimbang. Papa mulai menunjukkan tanda-tanda akan kalah. Sedetik kemudian, Papa menoleh ke arahku.

“Clay, maafkan Papa ya. Mulai sekarang, kamu harus bisa hidup sendiri...”

 Setelah papa berkata begitu, salah satu vampir melayangkan serangannya. Papa langsung roboh seketika. Darahnya muncrat kemana-mana, mengenai wajahku. Aku merasakan hangatnya darah diwajahku, dan juga merasa mual. Mama berteriak menyebut nama Papa. Tapi Papa, tidak akan pernah bangun lagi. Untuk selamanya…Saat itu juga para vampir melihat ke arahku, mereka hendak membunuhku! Tapi, Mama melindungiku, dan lagi-lagi aku harus melihat orang yang paling kusayangi di dunia, Mamaku, meninggal didepanku. Dan sama seperti Papa, darah Mama muncrat ke wajahku.

 Aku tidak tahu harus bagaimana, dunia rasanya berputar begitu cepat. Kupanggil nama Papa dan Mama sambil menangis. Tapi aku tahu itu semua tak ada gunanya. Mereka telah merampas semuanya dariku.Saat ini tidak ada yang membentengiku. Aku sendirian, diantara vampir-vampir ganas, yang setiap saat siap membunuhku. Melihat pandangan mereka dan juga darah yang menggenang di lantai, aku jadi mual. Ini saat terburuk didalam hidupku. Aku akan mati,pikirku.Vampir-vampir itu rupanya masih belum puas. Mereka lalu menyerangku, tapi untungnya, serangan mereka hanya sedikit mengenaiku. Tapi aku terluka.

 Sakit! Darahku keluar!Rasanya isi perutku keluar semua!Rupanya mereka semakin tidak puas. Salah satu dari mereka menyerangku. Dan tepat sasaran! Habis sudah! Aku sudah pasti akan mati. Sebentar lagi aku akan menyusul Papa dan Mama. Perlahan-lahan, aku mulai hilang kesadaran.Tapi, justru pada saat itulah, aku merasa ada yang menolongku. Setengah tak sadar, aku mendengar vampir-vampir itu berteriak kesakitan.

 Masa sih sudah pagi? Ah, nggak mungkin! Ini masih malam, tapi apa yang menyebabkan mereka berteriak kesakitan seperti itu? Semuanya mendadak jadi gelap.

 Saat aku tersadar aku sudah ada di rumah sakit. Aku bertanya pada perawat apa yang sedang terjadi.

“Apa yang terjadi? Kenapa aku disini?”tanyaku“

Tenang saja, ya, Nak! Kamu aman disini” jawab perawat itu.

“Tapi, aku ingin tahu, siapa yang membawaku kesini? Lalu.. mana kedua orangtuaku...?”

“Tetanggamu yang membawamu kesini. Kamu satu-satunya yang selamat. Orangtuamu sudah meninggal. Mereka sudah tidak bisa diselamatkan lagi...”

 Aku tahu itu. Tidak perlu dijelaskan lagi. Perawat itu meletakkan bunga di kamarku. Saudara-saudaraku mengunjungiku silih berganti. Ada juga yang menawarkan untuk mengangkatku sebagai anak.Tidak! Buat apa? Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi. Tidak mau. Biarkan aku sendiri. Aku tidak mau melihat orang mati lagi. Melihat darah saja aku sudah mual.Setelah mereka semua pergi, aku menangis sejadi-jadinya. Dalam hatiku aku berjanji, ini, adalah tangisanku yang terakhir. Mulai saat ini dan seterusnya, aku tidak akan menangis lagi. Aku akan mematuhi perintah Papa. Hidup sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

 Sepulangnya dari rumah sakit, aku pergi ke makam Papa dan Mama. Harold Evinrude, itu adalah nama Papaku. Dan Marie Evinrude, itu nama Mamaku. Papa dan mama, aku, tidak akan melupakan kalian berdua. Mulai sekarang aku akan memulai kehidupanku sendiri. Aku tidak akan melupakan jasa kalian yang sudah melindungiku sampai saat-saat terakhir.Aku mengambil koporku dan mulai berjalan. Aku tahu, mungkin sulit untuk anak umur 10 tahun mengambil jalan ini. Tapi aku yakin aku bisa. Dan aku pun berjalan, meninggalkan Peanville. Selamat tinggal rumahku, selamat tinggal kenangan, dan juga selamat tinggal Papa dan Mama.



******~ Balkhas, 3 tahun kemudian~

 Balkhas, ibukota Humavalea, satu-satunya tempat harapan manusia dan juga benteng yang dibuat untuk mengatasi serangan Varua. Balkhas, dikenal juga sebagai VH City, kota para pemburu vampir. Hal itu dikarenakan ada banyak sekali organisasi pemburu vampir yang berpusat di Balkhas. Disini pula, aku terdampar, diantara para calon VH akulah yang paling muda. Dan juga yang paling cantik. Aku sadar, walaupun aku laki-laki, wajahku seperti perempuan.  Banyak sekali laki-laki yang menggodaku, bahkan ada yang minta kencan segala!

 Yang benar saja!Memangnya mereka anggap aku ini apa? Aku ini normal. Bukan gay.Tentu saja pasti ada yang bertanya kenapa aku yang masih sangat muda ini (umurku 13 tahun) memutuskan untuk jadi VH. Jawabannya sangat sederhana sekali. Membalaskan kematian kedua orangtuaku. Alasan yang klise. Tapi itu juga yang mampu menopangku sampai saat ini. Bertahan di kehidupan kota Balkhas yang sangat keras dan mengikuti ujian VH yang ketat.

 Suatu hari…

 “Hey, Clay! Kalau aku perhatikan kamu tidak punya senjata. Kamu cuma mengandalkan tangan kosong dalam pertarungan! Tapi, kok bisa ya kamu lolos sampai disini?” tanya salah seorang calon VH.

 Aku cuma tertawa dalam hati. Dia tidak tahu, bahwa selama tiga tahun ini aku sudah mengasah kemampuanku. Hidup sebagai anak jalanan di Balkhas, telah mengajarkan aku bagaimana caranya bertahan hidup di kota keras. Cuma orang bodoh yang akan putus asa menghadapi itu semua. Tapi aku tidak. Demi kedua orangtuaku.

  “Dasar bodoh!! Itu semua bukan urusanmu!!” jawabku dengan ketus.   

  Aku bisa melihat kalau dia marah kepadaku. Sampai-sampai wajahnya merah. Lalu, dia menarik kerah bajuku, dan berkata,

 “Apa maumu anak sialan?! Kau mau menantangku ya!! Sudah namamu aneh pula. Apa itu Claire? Seperti anak perempuan. Yah, kalau lihat penampilanmu, memang pantas sih!” teriaknya sambil mengacung-acungkan tangannya.

 Aku cuek. Biar saja dia mau berbuat apa, aku sudah tidak peduli lagi. Dia semakin kesal padaku dan berniat memukulku. Untung saja Oracle Ujian VH datang dan melerai kami.

 “Awas kau!! Akan kubalas nanti!!” ancamnya. 

 Aku tidak takut!

 Malamnya, aku pulang ke rumah. Sebenarnya tidak dapat disebut rumah. Hanya lorong sempit. Tapi itu sudah cukup nyaman bagiku. Memang mula-mula tidak terbiasa, karena aku biasa tidur di kasur yang empuk, ditemani nyanyian ninabobo dari mama. Tapi, sekarang hanya dengan beralaskan tikar dan ditemani suara binatang malam, itu saja sudah cukup enak.

 “Kyaa!!!!”

 Tiba-tiba, aku mendengar suara teriakan minta tolong. Aku bergegas pergi ketempat asal teriakan itu. Sampainya disana aku melihat seorang wanita dan juga seorang vampir. Vampir itu rupanya hendak menghisap darah wanita itu. Melihat vampir itu, darahku mendidih. Amarahku memuncak. Bayangan kelam 3 tahun lalu, dimana kedua orangtuaku tewas karena bangsa vampir melintas di benakku. Tanpa ancang-ancang, aku langsung memasang kuda-kuda.Kalau dipikir-pikir benar apa yang telah dikatakan salah seorang calon VH itu kepadaku. Aku hanya mengandalkan tangan kosong dalam bertarung. Aku tidak punya senjata. Dan anehnya selalu bisa lolos dalam ujian, mungkin bisa dibilang itu faktor keberuntungan.

 “Cepat pergi dari sini!!” perintahku pada wanita itu.

 “Te..te..terimakasih...”, jawab wanita itu.

 “Cepaattt!!”

 Wanita itu, dengan tergesa-gesa, segera pergi. Aku mulai berniat menyerang. Vampir itu kelihatannya sudah tua. Tapi aku harus berhati-hati.Aku mulai menyerang. Dan seperti dugaanku, vampir itu ternyata gesit sekali dan aku mulai kehabisan tenaga untuk menyerangnya. Sesekali vampir itu mengejekku,

 “Kasihan sekali kamu anak muda. Kamu yang masih bau kencur ini mau melawanku yang sudah tua ini. Kami bangsa Varuala jauh lebih hebat dari kalian. Ha..ha..ha..lupakan saja..!”

 Sialan!! Dia pikir aku ini lemah. Tapi, memang, lama-kelamaan aku semakin lemah dan tidak kuat lagi. Dia terus memukulku sampai aku babak belur dan tidak sanggup bangkit.Saat itu aku merasakan hal yang sama dengan 3 tahun yang lalu. Waktu para vampir yang menyerangku itu berteriak kesakitan. Teriakan yang tak kupahami apa maksudnya. Dan hal itu sekarang terulang kembali.

 Sosok makhluk yang tak kukenal sedang berdiri didepanku. Aku tidak bisa mendeskripsikan makhluk itu dengan jelas. Hanya, mungkin dia seperti monster. Makhluk itu menyerang vampir tua itu dan dia tidak butuh waktu yang lama untuk memusnahkan Vampir itu.Sebelum musnah Vampir itu meneriakkan kata “LaMu”.Aku yang melihat itu takjub. Dan kemudian pingsan, karena rupa-rupanya aku sudah tidak kuat lagi. Hanya beberapa saat saja, setelah aku pingsan, aku tersadar kembali. Dan sosok yang dipanggil LaMu itu berdiri tepat dihadapanku.

 “Wah, sudah sadar ya! Lama sekali pingsannya!”

 Aku terperanjat. Suaranya menggema di telingaku. Aku mulai waspada. Dan juga mulai bertanya-tanya, apakah makhluk ini yang telah menolongku 3 tahun yang lalu.

 “Kamu...siapa...?”tanyaku.

 "Haahh!! Masa kamu tidak tahu? Aku “LaMu” Vampir paling legendaris. Tapi tentu saja aku tidak bisa disamakan dengan Vampir rendahan dari Varua itu. Mereka bahkan tidak layak menyebut diri mereka vampir. Varuala? Ha,ha,ha, aku baru dengar nama itu. Mereka mencoreng nama besar kami para vampir sesungguhnya”

  “Kamu...Vampir…Apa maksudmu mereka tidak layak disebut vampire? Lalu, vampir sesungguhnya?” Sadar bahwa yang berdiri didepanku adalah vampir, aku langsung berniat melawannya. Tapi, langkahku terhenti!

 “Ha..ha..ha…Jangan terburu emosi dong!! Dasar tidak sabaran. Banyak sekali pertanyaanmu, tapi aku tidak berkewajiban menjawabnya. Aku sudah menghentikan gerakanmu. Kalau ingin melawanku dan mendapatkan jawabannya, kuberi waktu 3 hari. Pulihkan dulu lukamu, baru kita bertarung lagi. Tiga hari lagi, ingat!!”

 Dia lalu menghilang ditelan kegelapan. Aku hanya terdiam. Tiga hari, waktu yang cukup untuk memulihkan lukaku dan juga mencari tahu siapa LaMu yang sebenarnya.Setelah aku pulih, aku berusaha mencari hal-hal yang berkaitan dengan LaMu. Aku sudah bertanya kesana kemari kepada Oracle. Tapi nihil. Mereka tidak pernah mendengarnya. Sesekali aku bertemu dengan orang yang telah mengejekku dulu, tapi kubiarkan saja.Lalu, aku pergi ke perpustakaan. Disana aku mencari buku yang mengupas tentang LaMu. Setelah berjam-jam, akhirnya aku mendapatkan buku tentang itu, lalu aku membacanya,

 “LaMu adalah Vampir legendaris dan mungkin merupakan Vampir terkuat yang pernah ada, bahkan konon kekuatannya melebihi bangsa Vampir atau varuala dari Varua. LaMu adalah vampir dari clan Chirovant yang disebut-sebut merupakan cabang dari keluarga Vlad Tepes, vampir legenda yang ada di  Transylvania. Kekuatannya adalah sanggup memanggil hewan-hewan kegelapan seperti Cerberus, anjing neraka, dan Manx, kucing paling buas di Varua. Tiga ratus tahun yang lalu clan Chirovant dimusnahkan oleh pemburu Vampir dari keluarga Evinrude, yang bernama Ruben Evinrude, akibat perbuatan mereka  menyerang Varua Empire yang mengakibatkan jatuhnya jutaan korban, tidak hanya para varuala tetapi juga manusia-manusia tidak berdosa. Namun hanya LaMu yang tidak dibunuh. LaMu membuat perjanjian dengan Ruben. Ruben boleh memakai kekuatannya. Sebagai gantinya jika Ruben mati, LaMu boleh memakan tubuh Ruben untuk menambah kekuatannya. Kejadian penyerangan klan Chirovant kepada Varua Empire disebut dengan Bloody Road Tragedy, yang sekaligus juga mengawali gencatan senjata antara penguasa Varua Empire dan pemerintah Humavalea…”

 Aku hanya terpaku melihat uraian buku itu. Jadi, keluargaku ada hubungannya dengan LaMu. Lalu aku mulai menyimpulkan, mungkin para Vampir itu memburuku karena LaMu, dendam lama karena pembantaian vampir oleh klan Chirovant. Tapi benar tidaknya aku harus memastikannya sendiri pada LaMu.Hari ketiga pun tiba. Aku bertemu dengan LaMu ditempat yang sudah dijanjikan.

 “Sudah siap, ya?” tanya LaMu.

  “Jika kau menghendaki”,jawabku.

 Kami berdua lalu bertarung. Mulanya aku diatas angin. Tapi lama kelamaan, LaMu mulai memegang kendali pertarungan. Dan aku tahu, pertarungan tak berjalan seimbang.

 “Sudahlah!! Akhiri saja!! Lemah begitu!!”

 Aku tidak mau menyerah. Enak saja, masa aku berhenti ditengah-tengah jalan. Dendamku sama sekali belum terbalaskan. Aku menyerang LaMu dengan jurus tangan kosong.

 “Wah, masih ngotot juga. Bagaimana kalau kucoba melakukan sesuatu...”LaMu berkelit dari seranganku. Dan tiba-tiba saja dia sudah ada di belakangku. Aku menyerangnya. Sesaat aku lengah, dan LaMu melakukan hal yang tak pernah kuduga. Dia memutuskan kedua tanganku.

 “Aaarrrgghhh!!!”

 Sakit sekali rasanya. Ingin aku memegang kedua tanganku yang kesakitan. Tapi, bagaimana bisa? Kedua tanganku sudah diputusnya. Darah mengalir dari lenganku dan lagi-lagi aku merasa mual.

 “Wa..ha..ha..ha..Masa segitu saja sudah sakit! Ayo lawan aku dong! Ruben saja tidak selemah kamu!”

 Amarahku sudah tidak tertahankan. Aku lalu berteriak,

 “Semuanya karena kamu!!! Karena kamu, orangtuaku harus meninggal. Aku tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh nenek moyangku Ruben terhadapmu. Tapi aku tidak terima dengan semua ini.  Mengerti ‘kan kamu!!!!”

 LaMu hanya terdiam. Lalu dia menjawab,

 “Memangnya itu urusanku? Aku hanya berusaha menepati perjanjian yang telah aku buat dengan Ruben. Sebelum Ruben mati, dia mengatakan kepadaku untuk menjadi pelindung keluarga Evinrude. Aku sudah melaksanakan tugasku dengan baik. Mestinya kamu tidak menyalahkanku. Aku sudah melindungimu waktu itu. Masalah kematian orangtuamu itu, seharusnya kamu bisa berpikir dengan jernih!!!”

 Aku cuma diam. Memang benar, kalau LaMu tidak ada,mungkin aku tidak akan berada di tempat ini. Walaupun begitu, aku tidak akan menyerah. Aku berusaha untuk berdiri dan menyerang LaMu. Kalau tidak bisa dengan tangan, pakai kaki. Kata-kata itu kudapat dari seorang oracle, dan baru kali ini, aku berterima kasih pada orang lain.LaMu tampak terdesak. Dia tidak menyangka bahwa aku bisa menyerang walaupun tanganku putus. Rupa-rupanya LaMu berniat untuk memutuskan kedua kakiku. Niat LaMu itu tidak akan kubiarkan dan dengan satu gerakan yang cukup lincah, aku berhasil mengalahkan LaMu.

 “Sekarang kau kalah LaMu!”LaMu terdiam, lalu tersenyum licik.

“Ya,ya,ya, aku mengaku kalah! Kau memang hebat Clay! Superior!”

“Kembalikan kedua tanganku!”

“Hmm, aku tidak janji”.

“Apa, kau bilang? Kembalikan kedua tanganku!!”

“Oh, jadi kamu masih butuh kedua tanganmu, ya. Begini saja bagaimana kalau kita buat perjanjian”.

“Perjanjian?”

“Ya, sama seperti Ruben dulu. Begini, kau boleh memakai kekuatanku dan aku akan mengembalikan kedua tanganmu, tapi tentu saja tidak sempurna. Lalu sebagai gantinya, kalau kau mati nanti, aku boleh memakan tubuhmu”.

“Apa maksudmu? Apa kau berniat membohongiku? Apa yang kau maksud dengan tidak sempurna”.

“Tidak, tidak, bukan begitu. Aku tertarik dengan keteguhan hatimu itu, Clay. Kalian berdua sama, tidak menyerah sampai akhir dan menggunakan segala cara yang ada untuk mengalahkan lawan. Tapi..ada satu perbedaan. Kau dikuasai dendam...”

 Sesaat, aku tak mampu berkata-kata.

 “Aku harus menepati janjiku, karena kalau tidak tanganmu itu akan tidak berfungsi lagi. Lagipula menurutku, kau adalah orang yang menarik. Nah, ambillah perban yang ada di dekatmu itu”.

 Aku melihat ke arah yang ditunjuk LaMu. Sedetik kemudian aku tahu kalau dia, malah menggodaku.

 “Bodoh!! Bagaimana aku bisa mengambilnya?”

“Wah, iya, ya, aku lupa kamu tidak punya tangan,” sahut LaMu sambil tertawa-tawa.

 Aku jadi sebal melihatnya. Dengan satu gerakan, perban itu melayang, dan membungkus kedua lenganku, sampai menyerupai bagian yang telah dipotong oleh LaMu.Aku menggerak-gerakkan “kedua tangan baru”ku. Rasanya seperti tangan sungguhan.

 “Bagaimana? Cukup nyaman bukan? Lalu perjanjian itu kau mau menerimanya?”

 Aku terdiam. Tidak ada salahnya untuk dicoba

 “Ayolah, dengan kekuatanku kamu bisa mengalahkan Vampir dengan mudah dan membalaskan dendammu. Lagipula saat ini kamu tidak punya senjata ‘kan!”

 Aku menjawab dengan tegas,”Aku setuju!”

 LaMu memandangku.“Aku setuju! Kita bekerja sama!”

 LaMu hanya tersenyum. Lalu berkata, “Keputusan yang bagus”

 “Tunggu sebentar!!’“seruku.

 La Mu menoleh ke arahku, "Ada apa lagi?”

 “Kau belum menjawab pertanyaanku!”

 “Oh, itu! Kurasa aku pernah mengatakannya, aku punya hak untuk tidak menjelaskan yang sesungguhnya kenyataan dibalik pertentangan manusia Humavalea dan Varua Empire, juga kenyataan kenapa klan kami begitu membenci Varua Empire. Ada kalanya kita tidak perlu tahu sesuatu,  dan kenyataan akan terhampar di depan mata kita ketika sudah waktunya”

 Sosok LaMu lalu menghilang dan berubah menjadi sebuah sinar merah yang cukup menyilaukan. Sinar itu lalu masuk ke dalam tubuhku, dan meninggalkan tato aneh di lenganku.

 “Mulai sekarang aku akan selalu berada di dalam tubuhmu untuk mengawasimu. Tapi ingatlah hal ini Clay, dengan adanya kekuatanku di dalam tubuhmu, kamu akan jadi pembunuh. Kamu harus siap dengan kenyataan itu! Dan berbanggalah, ternyata kau cocok dengan senjata kebanggaan kami para vampir dari Chirovant, yang bahkan Ruben sendiri tidak sanggup memakainya. Senjata dewa sekaligus iblis, pedang langit Balmung…”

 Suara LaMu menghilang ditelan kegelapan malam. Aku lalu berniat untuk pulang. Namun tak disangka-sangka, orang yang mengejekku tempo hari itu mencegatku. Dia bersama beberapa temannya.

 “Hai, Clay!! Senang dapat kekuatan baru?”

“Darimana kau tahu?”

“Yah secara kebetulan aku lewat dekat sini. Aku menyaksikan pertarunganmu dengan makhluk aneh itu. Aku sempat bergetar juga melihat kejadian itu. Tapi, rupanya kamu sudah punya tangan yang baru ya!”

“Bukan urusanmu!”

“Eitt!! Tunggu dulu! Bagaimana kalau kau ujicoba kekuatanmu itu, hmm?!”

“Boleh saja!” prinsipku, jangan pernah lari dari tantangan

“Baiklah teman-teman, ayo kita maju bersama-sama!”

 Mereka banyak, dan aku sendiri. Tapi entah kenapa aku merasa tidak gentar sama sekali. Justru sebaliknya aku sangat percaya diri. Aku membalas semua serangan mereka dengan mudahnya. Mereka rupanya tidak puas, dan terus menyerangku.Untuk mempersingkat waktuku, aku melepas perban pada tanganku. Mulanya tidak ada apa-apa, dan kulihat mereka kebingungan. Lalu, sejumlah sulur-sulur yang seperti otot, bergerak dari pangkal tanganku yang putus. Saling sambung menyambung membentuk tangan baru, yang tidak bisa disebut tangan. Bentuk yang sangat aneh, pikirku. Lalu, tangan kananku mengeluarkan sinar, membentuk aksara-aksara aneh yang tidak kumengerti. Setelah itu, muncul pedang, dari telapak tanganku.

 Pedang yang aneh, tapi indah, sekaligus jahat. Aku tergetar. Pedang ini penuh dengan kekuatan. Kekuatan yang selama ini kuinginkan.Kuayunkan pedangku kepada mereka. Kena, dan mereka langsung terjerembab semuanya. Aku pikir mungkin mereka hanya pingsan saja, terkena luka gores, karena aku tidak sungguh-sungguh membunuh mereka.

 Tapi ternyata tidak.Mereka semua mati. Darah mengalir dari tubuh mereka. Mendadak aku merasa pusing. Aku muntah. Kejadian ini mengingatkanku pada 3 tahun lalu. Tapi yang terkapar adalah orang-orang ini, bukan orangtuaku, dan pembunuhnya bukan para vampir, tapi aku sendiri.Aku sudah jadi pembunuh. Dengan tanganku ini aku sudah membunuh orang. Aku jadi teringat dengan kata-kata LaMu. Membuat perjanjian dengannya berarti telah mengubah hidupku untuk menjadi pembunuh!!

 Aku lalu berlari, berlari dan berlari. Aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Hatiku serasa goyah. Aku tidak punya pegangan lagi. Aku sudah jadi pembunuh.  Pembunuh! Tapi, aku teringat sesuatu. Dendamku! Benar! Sekarang tak apa-apa aku menjadi pembunuh. Yang penting aku punya kekuatan untuk membasmi para Vampir itu dan membalaskan dendamku.

 Aku berjalan dengan gontai, meninggalkan kota Balkhas. Meninggalkan ujian untuk menjadi VH. Aku muak dengan kota ini! Aku muak dengan semuanya, bahkan diriku sendiri! Aku tidak peduli lagi dengan hidupku…

Pergi…

Pergi…

Pergi…

Tanpa pernah kembali…

Karena hatiku sudah mati...


Bab 2 akan saya posting, semoga aja sih minggu depan, hehehe. Silakan jika ada komentar, saran atau kritik, jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar. Terimakasih karena sudah membaca cerita saya :D.