tag:blogger.com,1999:blog-4302991234305172692024-03-19T10:45:23.060-07:00Ren Et CeteraSemacam tempat nulis yang bukan berhubungan dengan buku
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-30467729329925412462017-08-28T01:21:00.000-07:002017-08-28T01:21:00.606-07:00Age is Just a Number...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<i>Age is just a number..</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Adulthood do not exist...</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Grown up is just a myth..</i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>At least,</i> itu yang gue bilang ke temen gue. Bagian grown up itu mitos :P</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya, setiap ultah, gue akan ramai sendiri. Di FB bikin giveaway, di blog buku bikin giveaway, di Twitter bikin giveaway, dll. Tahun ini? Nope, sepi. Gue emang hiatus di blog buku dan mungkin kalau nanti moodnya sudah balik untuk ngereview lagi, mungkin akan ada GA. Untuk kali ini, gue ingin menikmati ultah gue yang jatuh di hari Sabtu kemaren dalam keadaan yang cukup..sepi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
People told that age is just a number. Walau gue selalu bercanda kalau umur gue itu "always sweet seventeen" kalau orang nanya, gue mau ga mau nelen ludah juga kalau inget umur udah mencapai kepala 3. Yep..I'm thirty now. Time sure do flies fast. Too fast, atau gue aja yang menganggap itu cepet. Gue ga bisa bilang lagi, "oy, gue masih 20an" (walau umurnya udah 29, lol). Gue mesti siap - siap dengan pertanyaan "jadi, di usia the so called 30, pencapaian loe apa aja?". Gue keinget emak gue. Ngebatin, seumuran gue dulu, emak udah punya anak dua, gue ma adik gue -adik bungsu gue baru lahir dua tahun kemudian-, jadi ibu rumah tangga, ngerelain impiannya jadi PNS, dll. Gue pas itu udah umur 7 tahun, dah kelas 2 SD. Fast forward 23 tahun kemudian, gue ada di posisi emak gue. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Our age are the same, yet, our milestones are so different. Gue udah nikah empat tahun, gue kerja, punya penghasilan lumayan pertahun. The downside just... I don't have kids yet, sementara orang kantor udah beranak dua (atau tiga, atau empat), padahal nikahnya barengan. I still dwell in my apartment, masih bingung mau cari rumah dimana. Galau masalah karier, gaji gue dipotong semena - mena, tapi gue mau nyari kerja baru juga bingung. It's like..di umur angka keramat ini, gue kayak berada di persimpangan jalan yang gue ga tahu mau kemana arah gue. Gue pernah ngelihat postingan si Fahd Padepie, dan walau doski cuma setahun lebih tua dari gue, pencapaian doski luar biasa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Me? What I've done?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Guess what? Fuck number!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yep, age is just a number. Gue mestinya ga usah bandingin pencapaian hidup gue ma, entah itu emak gue, teman - teman di kantor gue, Fahd Pahdepie (ini kenapa harus doski sih gue bandinginnya, lol!). Karena gue sadar, seperti proyek - proyek yang sering gue tanganin, MILESTONE tiap orang berbeda. Gue akan selalu mengingat artikel dari Koh Edward Suhadi yang judulnya<a href="http://edwardsuhadi.com/2017/02/kita-tidak-akan-pernah-sampai-2/" target="_blank"><b> "Kita Tidak Akan Pernah Sampai", </b></a>karena...mau gimanapun, hidup ga akan selesai hanya kalau kita udah mencapai sesuatu. Itu yang gue bilang ke suami gue yang nanya ke gue "Sayang, gimana kalau pas kita punya anak, kita ga sekuat pas masih muda?". Gue bilang "Kita pasti kuat, pasti bisa.". Karena gue tahu, hidup ga akan selesai setelah gue hamil, setelah gue punya anak, setelah gue punya rumah. My life will ended when I'm death. Simple like that. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pencapaian hidup gue, ya gue yang akan apresiasi, bukan orang laen yang nentuin buat gue. Gue saat ini ga bisa kuliah jurusan sejarah atau mitologi karena kondisi yang ga kondusif, but who knows maybe in some years I will? Mungkin suatu saat gue bisa nulis buku sendiri? I just need to keep dreaming. </div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Tiba - tiba..angka 30 rasanya jadi tak menakutkan. Itu hanya angka.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i><b>See..age is just a number. Adulthood do not exist. Grown up is just a myth.</b></i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Your milestones may vary, and even you can accomplished it, life doesn't end. Life goes on.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Happy 30th to me. Cheers!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br /></div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-15802490232397469202017-07-24T00:31:00.001-07:002017-07-24T00:31:10.445-07:00I Tried So Hard...and In The End It Doesn't Even Matter<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Merasa kenal dengan judul postingan ini? Merasa pernah denger entah dimana?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
You're not wrong, itu cukilan lagu In the End oleh Linkin Park, lagu yang sempat nemenin masa - masa gue SMP dan SMA. Lagu yang awalnya catchy (well, alternative rock music can be catchy too), but the meaning is so deep.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dunia berduka pada tanggal 21 Juli 2017, saat Chester Bennington, vokalis Linkin Park ditemukan tewas bunuh diri. Begitu banyak artikel - artikel tentang depresi dan bunuh diri berseliweran di Internet. Everywhere I look, all my online colleagues grieve so hard. Everywhere I look, they talk about depression and suicide. Dan...entah kenapa, hari itu gue pecah. Gue merasa emosional, padahal itu masih di kantor. Saat itu gue mau ada meeting penting..and what I did? Gue curhat di grup telegram, curhat kalau gue udah ga tahan sama hidup. Gue kepikiran bunuh diri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau menurut kalian saat itu gue cuma bluffing, cuma cari perhatian....gue cuma bisa bilang...pemikiran bunuh diri gue udah lama, walau itu timbul tenggelam. Gue ga sempat ngitung, berapa banyak gue membayangkan diri gue loncat dari lantai apartemen, gantung diri, you name it. I just...too coward to do it, but the pain didn't go away. The pain still there, gue ngerasa sakit di otak, gue pengen nangis, gue cuma bisa bengong, sementara ada suara di otak gue yang seolah bilang "you are not worthy", "you are a disappointment", "if only I never born"...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu, gue berusaha keras buat menyibukkan diri. Di meeting gue bersyukur, orang kantor bener2 nanya gue macem - macem dan gue ga kepikiran apapun. Tapi...pas gue pulang, pas gue istirahat, gue bener - bener bengong. It's like..all that voices come back to haunt me, try to drag me back into darkness. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Puncaknya, saat suami telpon. Gue udah agak males - malesan, disamping ga mood. Gue cuma pingin tidur, tapi gue ga tega ngereject telpon suami gue. Satu kalimat dari suami bikin gue meledak saat itu juga. Gue nangis parah, semua air mata yang gue tahan - tahan, rasa sesak yang gue pendam, semua keluar. Gue bilang ke suami..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gue udah ga sholat berminggu - minggu. I even stop praying. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gue ga yakin gue Islam apa bukan, mengingat suami gue religius af, dan jujur gue takut ngomong masalah sholat. Because, I don't want to hear him disappointed. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gue stress karena kerjaan gue. Gue takut kehilangan teman - teman kantor gue yang satu persatu pada resign karena kondisi kantor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gue ga bisa prediksi reaksi suami gue gimana, but, it's seem I didn't know him at all. Wi-fi tempat suami gue dinas bikin percakapan kami ga lancar, jadi kami saling chat via WA. Gue udah siap buat suami untuk ngehakimi gue. Bilang gue ga beriman karena ga sholat, kurang bersyukur karena mengeluh. I'm ready for our next big quarrel...I'm ready to be exhausted.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
What I didn't expect, that he was once in my position too. That he understood my condition, that I stop pray because I'm so angry to the world and God. That I stop pray because I feel helpless. Gue cuma bisa diem baca chatnya...dan solusinya, untuk menulis hal - hal yang bikin gue merasa stress, sedih, kesal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gue tertegun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menulis. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Itu hal yang selama ini gue lakukan, hanya gue nulis tentang review. For the love of me, I never did write about my feeling. Gue bukan tipe orang yang nulis "Dear diary, gue hari ini bla de bla...". Gue akuin gue tipe yang suka memendam sendiri perasaan kesel gue, dan meledak pada satu waktu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
So..here it is..I try to write. Gue ga yakin bisa konsisten menulis, mengingat gue moody banget (blog buku aja gue anggurin, lol). But, I will try to write what's in my feeling, buat mencoba ngelepasin beban perasaan gue. And so..in the future when I read what I write...gue bisa mencoba analisis (cie bahasanya) kenapa pas itu gue tertekan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gimana dengan perasaan gue hari ini? Syukurlah, sedikit mendingan. Gue udah bisa ketawa, walau kalau gue diem, atau gue bengong.. those voices will come back again. Gue sadar, gue mesti ngelawan. Bukan buat orang lain, tapi bagi gue sendiri. Selain suami, gue bersyukur karena teman - teman Spankers, mau dengerin gue. Mau kasih semangat, even told me to do counseling. Gue sendiri sempat kepikiran mau ke Psikiater...but I guess I still afraid. I will though, I will. Gue cuma ingin sedikit keberanian buat konseling. Mungkin, selain nulis, dengan konseling, gue bisa ngelawan apa yang gue alamin saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gue tahu...gue ga nyebut2 kata "gue depresi!!" sejak awal..because I'm not too sure if what I feel right now is depression too. But honestly, I don't want to succumb into it! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gue yang dulu...akan marah dan menyayangkan kenapa Chester bunuh diri. Gimana dengan anak - anaknya? Istrinya? Orang yang dia cintai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gue hari ini...I try to understand his reasons to suicide...and try to battling my own demons.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I tried so hard...and got so far</div>
<div style="text-align: justify;">
But in the end..it doesn't even matter</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I have to fall..to lose it all</div>
<div style="text-align: justify;">
But in the end...it doesn't even matter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- Jakarta, 24 Juli 2017-</div>
<div style="text-align: justify;">
Ren </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br /></div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-63897607919411364302015-11-08T06:15:00.004-08:002015-11-08T06:16:57.829-08:00Ren's Attempt To Watch (and Enjoy) Star Wars<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgclB8fUSSNXY2CLMzBM1CiWDvW6_Jp8XRRDEdBY2kDWHAiO_jKR-WQVvR3Hbw674Q-OgnC_b_PXX9w5Wu2X8vzFBygOpmYtkC5zRPAfRfDrO4Z1xtO8xB4T3r1jXgIJsWu3x7l-EQyJxk/s1600/sw2.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="241" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgclB8fUSSNXY2CLMzBM1CiWDvW6_Jp8XRRDEdBY2kDWHAiO_jKR-WQVvR3Hbw674Q-OgnC_b_PXX9w5Wu2X8vzFBygOpmYtkC5zRPAfRfDrO4Z1xtO8xB4T3r1jXgIJsWu3x7l-EQyJxk/s400/sw2.jpeg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b> Star Wars....</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Siapa sih yang ngga tahu<b> Star Wars?</b> Bahkan gw yang sebagai penonton awam pun udah denger nih film sejak jaman SD dulu. Gw masih inget, waktu itu majalah kesukaan gw, <b>Bobo </b>(masih ada ngga ya :v) memuat artikel tentang Star Wars. Gw inget masa - masa saat membaca tentang Luke Skywalker, Han Solo, Leia Organa, Chewbacca, Dart Vader, C3PO dan R2D2. Sayangnya, saat Episode IV - VI diputer ulang di bioskop kota gw, Malang, gw masih imut dan ortu bukan maniak nonton film. Jadilah gw ga nonton dan langsung skip ke <b>Episode I, The Phantom Menace</b> yang nyeritain tentang masa kecil Anakin Skywalker dan perjalanannya menjadi Jedi. Lanjut lagi ke <b>Episode II, Attack of the Clones,</b> yang sama kayak Episode I gw nontonnya via VCD (hahaha, jaman masih berlaku yang namanya VCD XD). Gw masih inget, pas itu klepek - klepek sama si Hayden Christensen yang meranin Anakin. Sebodo amat dibilang aktingnya jelek, gw yang pas itu masih SMP (atau SMA yak) mana ngerti sih masalah akting bagus atau jelek. Gw tahunya aktornya ganteng atau ngga (eaa :v). Masih lanjut juga ke <b>Revenge of the Sith</b>, si Hayden masih ganteng, hahahaha. Endingnya cukup bikin depresi, tapi karena walau ga nonton episode IV-VI tapi gw udah tahu garis besar ceritanya, bisa nerima. Kasihan si Padme :'( .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hebatnya, gw masih inget cerita Episode I-III padahal nontonnya sudah sangat lama. But, no, gw bukan fans Star Wars kok, mengingat gw hanya nonton sekali untuk masing - masing episode, ga kayak gw nonton Lords of The Ring yang sampe 10 kali #serius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, kayaknya gw kena hype Star Wars VII: The Force Awakens, karena entah kesambet apa malam Sabtu kemaren gw binge-watching Star Wars episode IV-VI. Yah, mumpung dapet filenya dari <b>Mba Indah Threez</b> yang sudah berbaik hati menyupply asupan movie - movie di harddisk untuk ditonton kala lagi suntuk. Jujur, gw asli ga tahu bagusnya Star Wars dimana (dipentung fansnya), tapi gw paham, kalau episode IV-VI yang sangat super jadoel ini emang keren dilihat di masanya.<i><b> Let's we begin with Episode IV, shall we?</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeXITkk-2ys7PIICYPqgyHgSVbfxOL7OVoT7bgvj8wSvR2dx8jg1Fgtllf1wRZIf5igPKQZOICSiPqTo2O1PEgoQo-QdAJBi6H9CPmhDifRqkte8DVU4-WqWAvQYSL9HKm62-XQHjixMA/s1600/sw1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeXITkk-2ys7PIICYPqgyHgSVbfxOL7OVoT7bgvj8wSvR2dx8jg1Fgtllf1wRZIf5igPKQZOICSiPqTo2O1PEgoQo-QdAJBi6H9CPmhDifRqkte8DVU4-WqWAvQYSL9HKm62-XQHjixMA/s400/sw1.jpg" width="400" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena udah keracuni <b>Guardian of the Galaxy</b> dan <b>Star Trek </b>versi baru, melihat space battle di Star Wars tentu saja CGI dan teknologinya ga bisa dibandingin. Bahkan walau sudah di-upgrade sekalipun, gw tetep bisa lihat kalau efeknya tidak mulus bahkan buat mata gw sebagai penonton awam. Secara cerita, benernya sederhana banget kok Episode IV, <b>A New Hope</b> ini. Dibuka dengan adegan pesawat Leia dibajak Darth Vader, terus dua droid Leia C3PO dan R2-D2 dikirim ke Tatooine dan kebetulan (atau it has been written in destiny :v) mereka ketemu Luke Skywalker. Disini Mark Hamill masih muda kinyis deh, ga ganteng, tapi kinyis, hahaha. Luke lalu ketemu Ben Kenobi yang dianggap orang gila, dan ternyata Ben ini Obi Wan Kenobi, jedi master yang dicari Leia. Tau kalau Leia butuh bantuan, Obi Wan dan Luke lalu berusaha nyari pesawat buat nyelamatin Leia. Mereka pun ketemu Han Solo, diperanin sama opa Harrison Ford pada masa jayanya XD dan sidekicknya, Chewbacca. Dengan naik Millenium Falcon mereka pergi ke Alderaan, sayangnya udah dibom aja tuh planet. Mereka lalu nyusup ke kapalnya si Vader, nyelamatin Leia, tapi sayang si Obi Wan *** *** . Luke lalu bergabung sama gerakan Resistance, bersama Han yang ogah - ogahan buat ngehancurin Death Star, kapal perangnya Darth Vader.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Episode V, <b>The Empire Strikes Back</b> nyeritain udah tiga tahun sejak episode IV, jadi Mark Hamill sudah tidak kinyis, tapi Opa Ford masih cakep :v. Carrie Fisher yang jadi Leia, aduh cantik sekali *_*. Disini juga bibit - bibit sexual tension antara Han Solo dan Leia udah mulai, dan duh, suka gw liatnya. Macem yang ada di romance novel yang sering gw baca XD. Nah, Luke sendiri disuruh Obi Wan buat nemuin Yoda untuk latihan jadi Jedi Master sementara Han Solo dan Leia..gw lupa mereka berdua kemana karena pas nonton nih film gw sambi ngegame :v. Yodanya lucuuuu, dan cara ngomongnya yang unik bikin ini karakter jadi sangat memorable. Nah, skip skip, sampailah di adegan favorit penonton...</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Darth Vader: "Luke, I'm your father".</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Luke (gelantungan di tiang): "Nooooo...."</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>jeng jeng jejejeng jeng jeng :P</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ngomong - ngomong adegan ini ditiru sama si <b>Christoper Paolini</b> di <b>Eldest.</b> Silakan cari dimana ya, hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sisi lain, Han Solo ma Leia ketangkep sama Darth Vader (adegannya sih sebelum adegan fave itu) dan Han Solo dibekuin dalam carbonite. Nah ada lagi salah satu quote memorable di film ini:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Han Solo: "I love you."</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Leia: "I know"</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gw jadi kepikiran, kayaknya dialog Avatar yang "I See You" "And You" itu keinspirasi quote ini deh. Yah, romantis abis ya Han sama Leia #malu, walau sok - sokan saling ga suka. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lanjut ke Episode VI, Return of the Jedi...jujur gw biasa aja sama film ini, masih lebih sukaan Empire Strikes Back. Untuk penutup sebuah trilogy, emang menurut gw kurang "grandeur" sih. Tapi interaksi antara Luke-Leia-Han masih juara di film ini. Terutama di bagian awal saat Luke dan Leia berusaha nyelamatin Han dari Jabba the Hut. Biasanya kan...cowo yang nyelamatin cewe, ini malah Leia yang nyelamatin Han. Yah, walau endingnya Leia ketangkep si Jabba, tapi in the end, Leia juga yang ngebunuh Jabba. Leia emang putri, tapi dia juga badass dengan caranya sendiri XD. Yang bikin gw ketawa, saat adegan terakhir dimana Luke merayakan kemenangan atas Empire, ada roh Yoda, Obi Wan dan ayahnya, Anakin. Lucunya, Anakin disini Anakin versi Hayden Christensen! Rasanya awkward banget ya XD.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0qEDM3cbPQuO8Ih6nZEzjUOi1Ezbb8xK_lIfzbSJ_s2Q0PMgPtPjw5wM4t4pN1STBvav0hyphenhyphenu9hEvJMRsYchaWOz71YFAqqu2VVNh4SzNLuzWd3cZ2YtkRAoIZuq3pddPd20JeIKayVL4/s1600/sw3.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0qEDM3cbPQuO8Ih6nZEzjUOi1Ezbb8xK_lIfzbSJ_s2Q0PMgPtPjw5wM4t4pN1STBvav0hyphenhyphenu9hEvJMRsYchaWOz71YFAqqu2VVNh4SzNLuzWd3cZ2YtkRAoIZuq3pddPd20JeIKayVL4/s400/sw3.jpg" width="400" /></a>Pendapat gw secara overall buat trilogi pertama Star Wars ini (dilihat dari tahun penayangan ) adalah...banyak banget dialog super cheesy dan akting yang rada aneh XD. Entahlah, gw malah ketawa - ketawa nonton para aktornya ngemeng, karena gw emang ngerasa kalau dialognya rada kaku. Masalah efek, gw ga akan banyak bahas karena emang ga adil ngebandingin sama film - film jaman sekarang. Tapi, jujur deh, emang dulu kenapa banyak yang suka Star Wars IV ya? Imho, ceritanya sangat sederhana sebenarnya, alurnya linear dan kejutannya pun tak banyak. Dibilang seru juga, tidak terlalu seru sih. Mungkin sih ya, pas jaman film ini diputer (tahun 77. Gw ya jelas direncanakan aja belum :v. Emak ma bokap gw juga belum ketemu), belum banyak film serupa, jadi berkesan banget buat penonton. Sama kayak film Jurrasic Park yang memorable itu. Cuma sayangnya Star Wars tidak memorable buat gw, karena nontonnya super telat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anyway, Star Wars sendiri memang memberi impact yang sangat besar pada culture pop. Film resminya memang hanya ada 6 (plus episode spesial Natal), tapi jangkauannya sangat luas. Mulai dari animasi, video game, bahkan sampai ke ranah buku. Gw sering sekali nemu buku - buku bertema Star Wars, yang nyeritain keluarga Luke, dimana dia nikah dan punya anak, plus juga keluarga Han-Leia. Karena bukunya banyak, gw jadi bingung mau mulai dari yang mana. Mengingat gw juga ga terlalu ngefans, mungkin bisa gw skip lah buku - buku ini. Saking gedenya impact Star Wars, sampai 4 Mei diperingati sebagai harinya Star Wars. <b>May the Fourth Be With You,</b> hehe :). Karakter - karakternya pun bolak balik masuk list - list film bergengsi, terutama Darth Vader yang dianggap sebagai best Villain. Kalau menurut gw sih, dia best karena "Luke, aku bapakmu" itu XD.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh ya, ada illustrasi yang lucu juga tentang itu :))</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIUXReoJTtVA3UaJQHObZOY3-iaOGbqwitb0uREIlLHPHpXfEdKPRh56qttSgFVWnRoXl3EhmEWV1yD0jEW2cbpk8r18EosPts9SsaFRql6bHutmGGjwcYFCqRBVJdOh2F6nEI02tBrIY/s1600/sw4.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIUXReoJTtVA3UaJQHObZOY3-iaOGbqwitb0uREIlLHPHpXfEdKPRh56qttSgFVWnRoXl3EhmEWV1yD0jEW2cbpk8r18EosPts9SsaFRql6bHutmGGjwcYFCqRBVJdOh2F6nEI02tBrIY/s400/sw4.jpg" width="400" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Source: <a href="https://www.facebook.com/komikfaktap/photos/a.718240831635060.1073741828.718238434968633/760090070783469/?type=3&permPage=1" target="_blank">FB Komik Faktap </a></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, episode <b>VII: The Force Awakens </b>akan ditayangin ntar Desember. Gw nonton semata selain emang suka nonton, biar kekinian aja :v. Gw punya firasat nih film bakal kayak<b> Jurrasic World</b>, mau aktingnya gimana, ceritanya gimana, bakal banyak yang nonton karena faktor nostalgia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belum nonton Star Wars? Ga ada istilah terlambat sih :b. Saran gw, nontonnya IV-V-VI-I-II-III biar pengalaman nontonnya memuaskan. Mau nonton episode I dulu? Boleh- boleh aja, biar dapat sejarahnya si Anakin Skywalker, tapi jangan kagok ya pas ntar nonton episode IV karena efeknya yang super jadul!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>I find your lack of faith disturbing</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>-Darth Vader-</b></div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-51018320667651178982015-11-02T01:00:00.002-08:002015-11-02T01:00:58.091-08:00Nanowrimo 2015: To Write or Not To Write<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIuq7VBTV1z3Mg8IqQWUnMYB0A52t2C_TpGN98ec1Rhl63Tp-4AZ9InAiaTsrEvq3Nese6M9OTD3yWoUCfTQno7olMm817nbaTSVNMG2NtpwCWlzd_rHaYGxvoA3UT-sNnQveH46Xk-IA/s1600/NaNo-2015-Participant-Badge-Large-Square.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIuq7VBTV1z3Mg8IqQWUnMYB0A52t2C_TpGN98ec1Rhl63Tp-4AZ9InAiaTsrEvq3Nese6M9OTD3yWoUCfTQno7olMm817nbaTSVNMG2NtpwCWlzd_rHaYGxvoA3UT-sNnQveH46Xk-IA/s200/NaNo-2015-Participant-Badge-Large-Square.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap tahun di bulan November, entah itu di newsfeed Facebook gw atau temlen Twitter gw, selalu rame sama event Nanowrimo. Maklum, gini ini kalau temennya banyakan anak buku dan penulis, event yang nge-hitz bukan lu mau obralan di toko mana atau style apa yang lagi ngetrend sekarang, tapi event kepenulisan yang banyak. Gapapa, it's okay. Gw bisa hidup tanpa style mode masa kini, tapi gw ga bisa bertahan tanpa buku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strike>Padahal gw kan lagi reading ma blogging slump.</strike></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Abaikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin pada penasaran Nanowrimo itu apaan. Well, gw pernah ngebahas di blog buku gw sih, jadi bisa dicek ke artikel<b> <a href="http://renslittlecorner.blogspot.com/2011/11/festival-nanowrimo-apa-itu-nanowrimo.html" target="_blank">Festival Nanowrimo</a></b>. Awalnya blog buku itu emang mau dibuat jadi semacam "diary" yang memuat perjalanan Nanowrimo gw. Eh, ujung - ujungnya gw malah gabung BBI dan Nanowrimo pun....lewat XD. Jujur aja, momen Nanowrimo bagi gw selalu ga tepat. Karena event ini dimulai November, dan buat orang kantoran kayak gw, akhir tahun itu sesibuk - sibuknya kerjaan tempat kerja. Dan bagi gw ada satu alasan super penting yaitu, November itu masa gw deg - degan menunggu kepastian kontrak kerja gw diperpanjang atau kagak. Yah, beginilah nasib pegawai kontrak, apa - apa ngga jelas :'(. Teman gw di kantor sampe ngeledek "Rena (iya gw dipanggil Rena di kantor. OMG XD), kalau tiap bulan September - November pasti gelisah ma stress ngga karuan". </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Excuse lain? Blog buku gw ada anniversary juga di bulan November, dan BBI selalu ikutan IRF aka Festival Pembaca Indonesia di bulan Desember. Sibuk banget kan gw di November, hehehe. Itulah kenapa gw selalu gagal di Nanowrimo. Cuma nulis paling banyak 3000 - 5000 kata.<br />
<br />
Parah ya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap ada yang share "hari ini nulis bla bla bla kata", atau "target hari ini terpenuhi", gw cuma bisa rolling eyes sampai mata terancam copot. Ya, bilang gw iri, tapi jujur gw iri sama yang bisa konsen nulis :/. Ide di kepala banyak, tapi eksekusi memble, itu mungkin yang tepat buat gw. Banyak banget adegan - adegan cerita berseliweran di otak gw, tapi mau nulis tuh, rasanya susaaah banget. Mungkin ada yang bilang "kan bisa dibagi waktunya antara kerja ma nulis". Well, my schedule is so tight! Atau itu salah satu excuse gw lagi :v. Gw pan kerja kantoran dari jam 8 sampai jam 5 sore, kadang mau nulis pun lirik kanan - lirik kiri, atau tiba - tiba aja ada kerjaan membludak. Pulang, gw udah capek. Kalau ada suami, ya waktu buat suami dong. Kalau pas suami dinas gini, gw mesti melakukan kewajiban game gw, apalagi gw leader guild hahaha XD. Plus, game gw satunya targetnya lumayan tinggi juga, gw kan ga mau diexpel soalnya >.<. Kadang pengen baca juga, jadi kapan dong nulisnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Pagi, dong!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gw mah abis sholat subuh, tidur lagi, trus bangun jam setengah 7 abis itu ngebut mandi dan pergi ke kantor XD.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yeah, my time management is suck -.-</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, apa Nanowrimo tahun ini gw bakal gagal lagi? I don't know. Gw sih ngga mau koar - koar hari ini nulis berapa atau target per hari berapa. Kemaren ada yang share sehari nulis 50000 kata, dan gw cuma yang "oh, wow!" Ada juga yang share nulis 40000 kata langsung dan gw mikir "oh, keren dong". Gw bisa ngelihat determinasi yang menulis sih. Mungkin kalau tidak ada gangguan socmed, gw juga bisa. <br />
<br />
Ngimpi XD.<br />
<br />
Oh well, semua berawal dari mimpi ya. Untuk outline sih...gw ga ada. Jadi tahun ini akan jadi pantser bukan plotter (yang bingung bisa googling ini apaan). Ide udah ada di otak, alur cerita juga di otak. I know I'm not <b>Stephen King</b>, si raja pantser, tapi at least gw mesti mencoba menulis.<br />
<br />
Mungkin, bisa dengan mencuri - curi waktu saat kerja #hidupmagabut<br />
<br />
Yang ikut Nanowrimo, semangat ya. Semoga bisa mencapai target masing - masing. Kalau gw sih, bisa mencapai 10000 kata sudah alhamdulillah :P. <br />
<br />
<br /></div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-24569718744217272482014-06-05T19:42:00.003-07:002014-06-05T19:42:37.617-07:00Her Majesty Lost : Chapter 1<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo4dVHkiMFTAsptDhn64_LLGRAbKU96ONOwAyr1h_lQvDBvR7HqxVzJ0GjHfzJKO62mlsjxnDscDj2EkOjUlylE6ahz4PQ2NVGpkm87EvAVwyDSUfG5lWzSiTrYrBemcCCsFDMkDhdBrk/s1600/hmllost.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo4dVHkiMFTAsptDhn64_LLGRAbKU96ONOwAyr1h_lQvDBvR7HqxVzJ0GjHfzJKO62mlsjxnDscDj2EkOjUlylE6ahz4PQ2NVGpkm87EvAVwyDSUfG5lWzSiTrYrBemcCCsFDMkDhdBrk/s1600/hmllost.jpg" height="320" width="204" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><br /></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><br /></strong></div>
<div style="text-align: center;">
<strong><span style="font-size: large;">CHAPTER 1</span></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><br /></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Manhattan, New York, Selasa</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Rachett! Datang ke ruanganku sekarang juga!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
hanya memutar mata mendengar si boss memanggil namanya. Lagi. Untuk
yang ketiga kalinya. Apa yang salah sih dengan wanita itu? Apa dia
membenci Rachett hanya karena melontarkan ide yang menurut direktur
bagus? Apa dia mengira Rachett sedang menjilat? Rachett bergegas menuju
ke ruangan si boss, sebelum wanita itu memutuskan untuk pergi ke <em>cubicle</em>nya dan membuat drama di kantor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
10
menit kemudian, dia keluar dengan wajah kusut dan pandangan yang bisa
membunuh siapapun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sahabatnya, Leah hanya nyengir, dan menyapanya sambil
berbisik "Dia marah habis - habisan?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Banget. Kayaknya dia lagi
PMS atau apalah. Ide yang kulontarkan ke direktur bisa mempercepat
proyek kita dan dia sama sekali tidak senang. Mungkin dia ingin dirinya
yang melontarkan ide tersebut. Alih - alih aku yang cuma kroco. Padahal
aku pemimpin tim proyek ini" Rachett mendengus dan membanting kertas
yang dia ambil dari ruangan si boss.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yah, aku rasa dia emang tipe yang penjilat."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
menoleh ke arah pria yang baru bergabung dengan obrolannya bersama
Leah. Crowley Simmons, karyawan yang baru saja ditransfer ke kantor
mereka dari kantor pusat 6 bulan yang lalu dan saat ini bekerja di
timnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Menurutmu begitu ya, Simmons? Kau bisa melihatnya dengan
jelas, kan? Aku ingin sekali menonjok mukanya," Rachett tentu saja tidak
sungguh - sungguh dengan ucapannya. Menonjok bossmu = masalah besar .</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yah,
kau selalu haus darah seperti biasanya, apalagi kalau menyangkut Ms
Dane. Ngomong - ngomong, mau minum - minum hari ini? Kelihatannya kau
butuh hiburan, Hawthorne."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Leah bersiul dan Rachett memelototi
temannya yang satu itu. Orang kantor mengira Simmons naksir dia.
Sejujurnya dia tidak begitu jelek. Crowley Simmons cukup tampan, lebih
dari mantan - mantannya dulu yang brengsek. Bahkan dengan kacamata tebal
yang dia pakai, Rachett bisa melihat warna matanya yang tidak biasa.
Begitu hitam seperti langit malam. Sama hitamnya dengan rambut pria itu.
Tubuhnya tinggi tegap dan wajahnya tampak terawat untuk ukuran pria
itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada yang aneh dengan Simmons. Dia layaknya karyawan
pria yang lain di kantor itu. Tersenyum jika disapa dan bicara hanya
seperlunya. Hanya saja Rachett memang merasa bahwa Simmons cukup dekat
dengannya, mungkin karena pria itu juga kerja di samping <em>cubicle</em>nya
- dan mereka suka jalan bareng dengan teman Rachett yang lain. Tapi,
baru kali ini Simmons mengajaknya secara terang - terangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau tahu kita lagi sibuk kan, Simmons? Aku tidak punya waktu".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayolah. Ini hanya minum - minum biasa. Leah, kau boleh ikut kalau mau. Aku yang traktir," kata Simmons.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ide bagus, Crow! Ayo Rachett, sudah lama kita bersenang - senang. Kita bisa berdansa dan siapa tahu aku bisa dapat cowok baru."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
hanya memutar mata. Leah baru putus 3 hari yang lalu dan sekarang sudah
siap mencari pengganti pacarnya. Semua mantan Rachett menuduh kalau dia
terlalu <em>workaholic</em>, dan sudah dua tahun lebih dia putus dari
mantannya yang terakhir. Tidak ada waktu untuk cinta. Tidak jika proyek
yang kau impikan mendarat di pangkuanmu dan ini waktu untuk membuktikan
kalau Rachett memang pantas jadi pemimpin tim proyek ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagipula, sejak kapan Leah dan Simmons mulai memanggil dengan nama depan mereka?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Baiklah, Leah. Jam 8 malam nanti, Simmons?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sempurna", jawab pria itu dengan mengedipkan mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Well, pria itu memang tampan, pikir Rachett. Tapi saat ini dia sedang pacaran dengan pekerjaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
******</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadiiiii...
si Dane, jalang brengsek itu bilang kalau kita tidak perlu menambah
budget dan harus menyelesaikan proyek ini tepat waktuuu... sementaraa...
kita tidak punya banyak waktuuu.. karena si bawel itu terus - terusan
menolak proposalku..."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett tahu dia mabuk, tapi puas rasanya
bisa menumpahkan semua yang ada di hatinya. Dia meminta tambahan minum
pada bartender, yang dibantu dengan senang hati oleh Simmons yang berada
di sebelahnya. Sementara Leah sudah menghilang entah kemana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau marah karena dia tidak percaya padamu kan, Hawthorne?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yeahhhh...." jawab Rachett sambil menelan ceri di atas cocktail yang baru saja disodorkan oleh si bartender.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Orang
sepertinya tidak pantas jadi pemimpin. Dia hanya ingin terlihat bagus
di mata pimpinannya dan mengambil semua kredit untuk dirinya sendiri.
Dia butuh dipuji..." ucap Simmons sambil melihat keadaan di sekitarnya.
Seorang wanita merayunya untuk turun ke lantai dansa, yang ditolaknya
dengan sopan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett hanya merengut dan memainkan cocktailnya. Tapi dia mendengar semua perkataan Simmons, dan mengangguk setuju.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau
tidak puas karena dia berusaha menghalangi kerjamu. Menurutku kau
pemimpin yang bagus, Rachett. Aku bisa melihatnya selama 6 bulan ini
berkerjasama denganmu. Kau punya bakat alami untuk itu".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
menatap pria itu dan nyengir. Simmons membalas cengirannya dengan tawa
renyahnya. Oh sial, pikir Rachett, kalau sedang tertawa Simmons sangat
tampan. Selama ini dia terlihat sopan dan menahan diri jika sedang
berkumpul dengan teman - temannya. Mungkin ini pengaruh minumannya, jadi
Rachett buru - buru menenggak cocktailnya. Setelah ini dia akan turun
untuk berdansa, dan mengajak Simmons menari bersamanya. Kelihatannya
malam ini akan jadi menyenangkan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Hei, Rachett.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yah, Crowleyyy..."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Maukah kau menjadi ratuku?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
bergeming. Dan menatap Simmons dalam - dalam. Apa pria itu sudah sangat
mabuk sampai menanyakan pertanyaan yang aneh itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Setahuku Amerika masih dipimpin Obama, dan bukan Ratu Elizabeth," dengus Rachett.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Bukan
Amerika. Tapi, jawablah pertanyaanku Rachett, kau wanita yang tegas,
kuat, tidak takut pada tantangan, dan kau punya bakat alami untuk
menjadi pemimpin. Jadi, maukah kau menjadi ratuku?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett hanya bisa terdiam. Oh, jangan bilang pertanyaan Simmons itu artinya...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh,
demi Tuhan, Crowley! Apa kau melamarku untuk jadi istrimu? Apa kau
pangeran dari negara entah dimana dan saat ini sedang mencari pasangan?"
teriak Rachett histeris. Tidak ada yang akan memperhatikan mereka
berdua karena suara di club kencang sekali. Walau bartender yang
melayani mereka melihat Rachett dengan pandangan ingin tahu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Jawablah pertanyaanku, Rachett."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ohhh, aku harus menjawabnya ya, oh, hi hi hi..."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tentu saja. Dan aku tidak menerima jawaban "tidak""</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Huh,
kau cowok yang sangaaat pemaksa, heh? Baiklah, baiklah, aku akan jadi
ratumu. Aku akan jadi penguasa dunia dan menendang bokong si brengsek
itu.. oh, hi hi hi.. hiks!" Rachett tidak peduli dengan jawabannya. Efek
alkohol mulai membuatnya mabuk dan bicara tidak karuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi
Simmons sepertinya tidak terpengaruh dengan minumannya, dan setelah
mendengar jawaban Rachett, dia menyeringai dan melakukan hal yang tidak
Rachett duga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Crowley mencium pipinya. Well, hanya pipi, pikirnya
kecewa. Tapi, berarti apa yang dipikirkan temannya semua benar. Crowley
Simmons naksir dia. Rachett hanya bisa mengikik seperti remaja SMA cewek
yang sedang melihat pujaannya dari sebelah lapangan basket.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Crowley
menyudahi ciumannya yang singkat dan Rachett mendesah kecewa. Sakit
kepalanya makin menjadi dan dia merasa sangat mengantuk. Pandangannya
mulai kabur, dan Crowley memegangi tubuhnya yang mulai sempoyongan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi ratumu, eh, Crow? Ya, ya, ya aku akan jadi ratumu, la la la....."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sempurna sekali, Rachett. Sempurna", jawab Crowley, tersenyum misterius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu setelahnya Rachett tidak ingat apapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*******</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suara
alarm yang sangat nyaring membangunkan Rachett dan membuatnya
tersentak. Oh sial, pikirnya, dia akan terlambat. Dan sakit kepalanya
tidak tertahankan. Memalukan sekali untuk mabuk- mabukan tadi malam dan
bahkan dia sama sekali tidak ketemu dengan Leah. Rachett melihat
sekelilingnya, dan menyadari kalau dirinya berada di apartemennya.
Mungkin Simmons yang membawanya kesini. Apa mereka..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
melihat pakaiannya yang masih lengkap, dan dia mendesah lega. Akan
sangat aneh kalau tadi malam dia dan Simmons berhubungan sex. Hubungan
satu malam sama sekali bukan gayanya, dan Rachett juga tidak suka kalau
si pria berusaha memanfaatkan keadaan dirinya yang sedang mabuk. Crowley
Simmons benar - benar pria yang sopan, dan hanya menciumnya. Itu juga
hanya di pipi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alarm berbunyi lagi dan Rachett bergegas mencari
kopi untuk membuatnya terjaga. Setelah mandi, sarapan seperlunya, dia
bergegas memanggil taksi untuk ke kantor. Dia tidak ingin terlambat
karena ada meeting dengan direksi, dan tentunya si bos brengsek akan
menggunakan semua kesempatan untuk memarahinya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untunglah dia
tidak terlambat, dan Rachett bergegas ke cubiclenya untuk menyiapkan
bahan presentasi. Tapi dia berhenti saat melihat cubicle di sebelahnya
kosong melompong. Kemana Crowley Simmons? Dia tidak tiba - tiba resign
kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Hai, Leah! Kemana Simmons?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Leah mendongak dari atas pekerjaannya dan menatap Rachett bingung, "Simmons?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yeah, Simmons. Crowley Simmons."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Memangnya ada karyawan dengan nama aneh seperti itu di kantor kita, Rach?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa
maksudmu Leah? Crowley Simmons sudah jadi bagian dari tim kita selama 6
bulan. Dia ditransfer dari kantor pusat! Dan hey, kita bertiga baru
saja minum - minum tadi malam di club. Apa kau terlalu mabuk sampai
bertanya siapa itu Simmons?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dengar dulu, Rach. Tidak ada karyawan bernama Simmons. <em>Cubicle</em>
di sebelahmu selama ini kosong. Dan tadi malam, aku langsung pulang ke
apartemenku. Kau tidak apa - apa, <i>sweetie</i>?" tanya Leah khawatir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
bergeming. Tidak pernah ada karyawan bernama Crowley Simmons selama
ini. Lalu, siapa yang selama ini ada di sebelahnya? Siapa pria yang tadi
malam mengajaknya minum - minum?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett menanyai Leah lagi dan
wanita itu cuma menggeleng, dia memandang Rachett khawatir. Orang -
orang lain di kantor itu juga tidak mengenal siapa Simmons. Rachett
tertegun. Apakah dia mulai gila? Apakah Simmons selama ini hanya ada di
bayangannya saja? Kenapa hanya dia yang bisa mengingat seorang Crowley
Simmons?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Rach, apakah kau tidak apa - apa? Kau terlihat pucat, sayang. Siapa Simmons ini sebenarnya? Kau sedang tidak nge-drug kan?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett menggeleng keras - keras. Dia tidak gila, sialan! "Leah, aku.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Rachett Hawthorne."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
menoleh dan melihat direktur menghampiri cubiclenya. Baru kali ini
Rachett melihat direktur datang langsung ke cubiclenya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya, Sir?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ke ruanganku. Sekarang"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
hanya bisa mengangguk dan berjalan di belakang si direktur. Pikirannya
kacau balau. Pertama, tidak ada karyawan bernama Simmons. Dan sekarang
direktur memanggilnya. Apa karena masalahnya kemaren dengan si bos
brengsek?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka tiba di depan kantor si direktur dan Rachett bisa
melihat siapa yang berada di dalam. Seluruh jajaran direksi dan si boss
berengsek. Rachett muak melihat wajah wanita itu yang tampak sangat
puas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Silakan duduk Ms Hawthorne. Kuharap kau tahu kenapa dipanggil ke sini?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Terimakasih,
Sir. Maaf, sejujurnya saya tidak tahu. Saya ada meeting dengan client
hari ini, jadi, ini cukup mengejutkan," jawab Rachett dengan tertawa
kecil yang dipaksakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Si direktur menatapnya tajam dan hanya
mendesah. Orang - orang lain di ruangan itu berbisik, sementara si boss,
Dane, menatapnya dengan pandangan licik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kami menerima laporan bahwa kau memanipulasi progress proyek dan menerima suap dari vendor agar barang mereka bisa diterima."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuh Rachett membeku. Memanipulasi? Suap? Dia orang yang sangat jujur dan tak pernah melakukan itu sama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Maaf, Sir. Mungkin anda salah mendengar. Tapi saya tidak pernah melakukannya sama sekali."</div>
<div style="text-align: justify;">
Sang
direktur hanya terdiam mendengar penjelasannya, lalu menekan tuts
komputernya. Rachett melihat ke layar dan jantungnya berdegup keras.
Terpampang sebuah kontrak yang menyatakan persetujuan kantornya untuk
menggunakan barang dari vendor A dengan jumlah yang sangat besar.
Melebihi budget proyek selama ini. Dan ada tanda tangannya di akhir
kontrak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett hanya bisa terpana melihat layar, sementara si
direktur berkata dengan suara tegas, "Ini bukti yang masuk kepada kami,
Ms Hawthorne, dan itu sudah jelas adalah tanda tanganmu. Menjual
informasi dan suap adalah hal yang sangat dilarang. Kami tentu akan
sedih karena kehilangan orang dengan potensi seperti dirimu, tapi hal
seperti ini tidak bisa ditolerir. Kami minta agar kau mengundurkan diri
mulai hari ini."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett tidak mendengar apa kata pria itu.
Benaknya berputar - putar, menanyakan segalanya. Dan saat dia ingin
menyanggah perkataan direkturnya, dia melihat sang boss tersenyum sangat
puas.Seketika itu juga Rachett tahu. Ini bukan ulahnya! Ini ulah si
jalang brengsek itu. Dia pasti mengutak - atik komputer Rachett dan
memalsukan tanda tangannya untuk menyetujui kontrak. Rachett berani
taruhan uang suap itu sudah masuk ke dalam kantong bossnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Muka
Rachett memerah, dan amarahnya tidak terkendali. Dia bergegas menuju ke
tempat bosnya yang terlihat sangat puas dan melakukan apa yang selama
ini hanya ada di angan - angannya. Rachett memukul wajah si boss keras -
keras sampai wanita itu terjatuh dari kursinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau.. dasar
wanita brengsek! Selama ini aku selalu tahan dengan perlakuanmu di
kantor. Tapi ini sudah di luar batas! Kau menyalahgunakan wewenangmu
hanya untuk kepentinganmu sendiri!!", teriak Rachett.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Si boss brengsek terkejut dan mulai mengaduh " Dasar wanita gila!! Panggil satpam kemari!!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ohhh,
tidak perlu, brengsek!! Aku bisa pergi sendiri, dan mulai hari ini aku
mengundurkan diri. Persetan dengan dirimu. Persetan dengan kantor ini.
Selamat siang bapak - bapak dan ibu - ibu sekalian!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
membuka pintu ruangan itu keras - keras dan tak peduli dengan adegan
yang ada di belakangnya. Si boss brengsek masih mengaduh dan Rachett
menyeringai puas. Persetan dengan semuanya, pikirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia lalu
bergegas ke cubiclenya, dan mengemasi semua barang - barangnya. Semua
orang terkejut mendengar Rachett dipecat, dan tentu saja mereka tak
percaya. Leah hanya bisa menangis tersedu - sedu mendengar kabar
pemecatan dirinya, dan menawarkan untuk membawa barang - barangnya
keluar. Rachett hanya bisa mengangguk setuju dan dengan gontai
meninggalkan proyek yang juga jadi ambisinya selama ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang
perjalanan Leah mengamuk dan menyumpahi boss mereka, sementara Rachett
hanya terdiam mendengar amukan Leah. Sampai mereka lalu tiba di sebuah
taman ria kecil, dan Leah memutuskan untuk bolos saja dari kantor dan
mengajak Rachett bermain. Rachett merasa bersyukur ada Leah, karena
dirinya mati rasa saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka lalu bermain - main sampai
menjelang sore, sampai Leah mengajaknya ke sebuah tenda. Rachett melihat
papan tenda itu yang bertuliskan "Madam Oracle". Dia tidak percaya ramalan, tapi Leah mendesaknya untuk masuk ke dalam, dan tak mau
mengecewakan sahabatnya, Rachett pun mengikuti Leah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keadaan tenda
agak gelap, kecuali tempat di sekitar sang peramal mengatur kartu
Tarotnya di atas meja. Leah sangat antusias dan bergegas untuk minta
diramal,sementara Rachett melihat sekelilingnya. Tenda itu didekorasi
dengan gambar - gambar aneh. Fantasy dan mitos bukan favoritnya, karena
Rachett menganggap dirinya adalah orang yang praktis. Walau begitu dia
terkesan melihat gambar - gambar yang menghiasi tenda itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seekor
naga terbang di atas langit dengan daratan yang berbentuk aneh. Seekor
harimau berada di daratan itu dan terlihat mengaum. Sementara itu di
sisi lain ada seekor kura - kura dengan ekor yang aneh meliliti sebuah
istana. Ketika Rachett mengamatinya dengan lebih lanjut, ekor kura -
kura itu ternyata berbentuk ular bercabang tiga. Lalu, di atas gambar
kura - kura, terlihat seekor burung phoenix, kakinya menggenggam semacam
plakat dengan tulisan "Arramis".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau mau diramal, Nona?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ucapan
sang peramal membuyarkan perhatian Rachett yang sedang mengamati
lukisan di tenda. Rachett memandang sang peramal, dan Leah yang terlihat
berseri - seri. Mungkin hasil ramalannya bagus. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oke. Silakan ramal aku sepuasnya."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sang peramal menyusun kartu demi kartu, sementara Rachett memperhatikannya dengan bosan. Sampai sang peramal mengeluarkan kartu <em>"The Empress",</em> Rachett mendadak teringat malam sebelumnya dan ucapan terakhir Crowley</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<em>"Maukah kau menjadi ratuku?"</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
menatap sang peramal dengan tak percaya. Kemarin Crowley, dan saat ini
di tenda sang peramal mengeluarkan kartu yang berarti "Ratu".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa maksudnya ini?" desak Rachett.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Duarrr!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Rach....!!!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teriakan
Leah yang panik membuat Rachett tak sempat mendengarkan jawaban sang
peramal. Ada ledakan di luar tenda, dan orang - orang berteriak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Rach,
ada bom. Ayo kita keluar!" desak Leah sambil menarik tangan Rachett.
Rachett bergegas mengikutinya, hanya untuk mendapati tangannya yang satu
lagi dipegang oleh sang peramal. Rachett tak bisa melihat wajahnya,
walau dari tangannya dan juga ucapannya saat meramal Leah, peramal itu
adalah wanita. Dan untuk ukuran seorang wanita, tangannya sangat kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Lepaskan aku!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Rachett Hawthorne!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kumohon, lepaskan aku!! Kenapa kau tahu namaku?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau adalah wanita yang dipilih oleh The Knights. Aku bisa melihat simbol Phoenix di wajahmu."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Simbol apa? Tidak ada apa - apa di wajahku. Lepaskan tanganku sekarang juga. Leah, Leah, bantu aku dong!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau tidak bisa lari dari takdirmu, Rachett! Jangan lepas tanganmu, atau mereka yang di luar akan membunuhmu!!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Leah!!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kekuatan
peramal itu terlalu kuat dan Leah terpaksa melepaskan tangannya.
Rachett terjatuh ke arah peramal itu.Lalu, sesuatu yang aneh terjadi,
karena dia sama sekali tidak menimpa tubuh si peramal, alih - alih
dirinya tersedot sebuah lubang hitam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan semuanya pun menjadi gelap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
********</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Cari wanita itu."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah
sosok misterius berjalan menyusuri taman ria yang saat itu sedang dalam
keadaan kacau. Binatang piaraannya mengendus - endus tanah, seakan
mencari sesuatu. Lalu dia mendengking, dan sosok itu melihat ke sebuah
tenda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Wanita itu ada di tenda yang disana?" tanyanya ke sosok lain yang sekarang berjalan mendekatinya</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya, master."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Madam Oracle? Aku duga ini pasti ada campur tangan dari si Phoenix."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok
itu berjalan mendekati tenda, tidak terpengaruh dengan teriakan -
teriakan di sekitarnya dan asap yang membumbung tinggi. Urusan di
dimensi ini bukan urusannya. Walau banyak orang yang terluka, beberapa
mati, karena serangan anak buahnya, dia tak peduli.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok itu masuk ke dalam tenda dan di dalamnya sang peramal sekali lagi menyusun kartu - kartu Tarot.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau terlambat," kata sang peramal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dimana wanita itu? Dimana calon Ratu Astoria selanjutnya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau tahu jawabannya, Dietrich. Sang Ratu sudah menuju takdirnya".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok yang dipanggil Dietrich itu melihat ke arah kartu Tarot yang disusun sang peramal, dan melihat kartu <em>"The Empress".</em>
Dia bersiul dan sesaat kemudian semua anak buahnya berkumpul di
belakangnya. Suasana tenda itu semakin terasa gelap dan jahat, tapi sang
peramal sama sekali tidak terpengaruh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Kali ini sang Phoenix
boleh berada satu langkah di depan kami. Tapi selanjutnya, kami akan
membunuh calon Ratunya yang berharga itu. Sampaikan ini kepadanya, wahai
Saphira Crux. Minneas tidak akan berhenti sampai Astoria hancur dengan
tanah!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu sosok - sosok itu pergi dan sang peramal tinggal
sendirian di dalam tenda yang kemudian menghilang, seolah tak pernah ada
di tempat itu sebelumnya.</div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-21702644824390735512014-06-05T19:34:00.002-07:002014-06-05T19:34:48.803-07:00Her Majesty Lost: Prologue<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo4dVHkiMFTAsptDhn64_LLGRAbKU96ONOwAyr1h_lQvDBvR7HqxVzJ0GjHfzJKO62mlsjxnDscDj2EkOjUlylE6ahz4PQ2NVGpkm87EvAVwyDSUfG5lWzSiTrYrBemcCCsFDMkDhdBrk/s1600/hmllost.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo4dVHkiMFTAsptDhn64_LLGRAbKU96ONOwAyr1h_lQvDBvR7HqxVzJ0GjHfzJKO62mlsjxnDscDj2EkOjUlylE6ahz4PQ2NVGpkm87EvAVwyDSUfG5lWzSiTrYrBemcCCsFDMkDhdBrk/s1600/hmllost.jpg" height="320" width="204" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;">Prologue</span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<em><strong>Arramis, Rabu</strong></em><br />
<em><strong><br /></strong></em>
<div style="text-align: justify;">
“Akan kubunuh pria sialan itu!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rachett
terus berteriak sementara dirinya terjun bebas dengan kecepatan yang
mengkhawatirkan ke tanah. Tidak ada parasut, tidak ada trampoline di
bawah (hey, siapa tahu ada!), dan buruknya.. Rachett tidak tahu dia ada
dimana. Semuanya terasa asing. Semenit yang lalu dia berada di sebuah
pasar malam di Manhattan dimana terjadi serangan teroris, dan semenit
kemudian semuanya gelap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang dia berada di tempat terkutuk ini, terjun bebas dengan kemungkinan tubuhnya akan remuk redam!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini
tidak adil”, pikir Rachett. “Aku masih 27 tahun, karirku akan menanjak,
seandainya bos brengsek itu tidak mengacaukan segalanya. Dan lihatlah
aku sekarang, terdampar di tempat asing, dengan binatang – binatang yang
aneh.. tunggu, apa itu burung elang? Kenapa besar sekali? Apa dia akan
memakanku? Arghh.. kenapa ini semua bisa terjadi?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini semua… ya.. ini semua karena pria sialan itu!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Crowley Simmons!!!</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<!-- Blogger automated replacement: "https://images-blogger-opensocial.googleusercontent.com/gadgets/proxy?url=http%3A%2F%2F3.bp.blogspot.com%2F-ZnDtBtFi6zI%2FU5En3ONFcsI%2FAAAAAAAAEe0%2FK8kg1jTxoqs%2Fs1600%2Fhmllost.jpg&container=blogger&gadget=a&rewriteMime=image%2F*" with "https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo4dVHkiMFTAsptDhn64_LLGRAbKU96ONOwAyr1h_lQvDBvR7HqxVzJ0GjHfzJKO62mlsjxnDscDj2EkOjUlylE6ahz4PQ2NVGpkm87EvAVwyDSUfG5lWzSiTrYrBemcCCsFDMkDhdBrk/s1600/hmllost.jpg" -->Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-41921432280026015402014-06-05T19:31:00.002-07:002014-06-05T19:43:31.117-07:00Her Majesty Lost, an introduction<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo4dVHkiMFTAsptDhn64_LLGRAbKU96ONOwAyr1h_lQvDBvR7HqxVzJ0GjHfzJKO62mlsjxnDscDj2EkOjUlylE6ahz4PQ2NVGpkm87EvAVwyDSUfG5lWzSiTrYrBemcCCsFDMkDhdBrk/s1600/hmllost.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo4dVHkiMFTAsptDhn64_LLGRAbKU96ONOwAyr1h_lQvDBvR7HqxVzJ0GjHfzJKO62mlsjxnDscDj2EkOjUlylE6ahz4PQ2NVGpkm87EvAVwyDSUfG5lWzSiTrYrBemcCCsFDMkDhdBrk/s1600/hmllost.jpg" height="320" width="204" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: #20124d;"><span style="font-size: large;">Sinopsis:</span></span></b></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span id="13086632_paragraph" style="white-space: pre-wrap;">Selamat
datang di Arramis! Sebuah dunia dimana makhluk - makhluk yang hanya ada
dalam mimpimu hidup dan sihir mengambil alih ketika pedang tak bisa
memenangkan peperangan...
Rachett Hawthorne hanyalah seorang pegawai kantoran biasa yang ambisius,
hanya untuk mendapati bahwa impiannya hancur dalam sehari karena bosnya
yang brengsek. Seolah tidak lebih buruk lagi, dirinya mendadak
tersedot ke dimensi lain bernama Arramis dan harus menghadapi takdirnya
yang baru. Menjadi ratu dan mempertahankan Astoria dari serangan
negara musuhnya, Minneas.
Semuanya karena dia menerima permintaan yang aneh dari kolega di
kantornya yang juga sama anehnya. Pria aneh bernama Crowley Simmons
yang memintanya untuk menjadi Ratu Astoria. Bingung, marah dan tak tahu
apapun tentang memimpin kerajaan, Rachett terpaksa menggantungkan diri
pada Crowley. Sementara banyak pihak mengincar nyawanya...
Hanya satu yang ada dalam pikiran Rachett. Jangan percaya pada siapapun.
Copyright by Narisa, all rights reserved. Please don't plagiarize my
story.</span></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #4c1130;"><span style="font-size: large;">Status: On Going</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #741b47;"><span style="font-size: large;"><b>Bab:</b></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b><a href="http://wordsflyingeverywhere.blogspot.com/2014/06/her-majesty-lost-prologue.html" target="_blank">Prologue</a></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><a href="http://wordsflyingeverywhere.blogspot.com/2014/06/her-majesty-lost-chapter-1.html" target="_blank">Chapter 1</a></b></div>
<div style="text-align: center;">
Chapter 2</div>
<div style="text-align: center;">
Chapter 3</div>
<div style="text-align: center;">
Chapter 4</div>
<br /></div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-69251209271739592062013-12-04T01:26:00.001-08:002013-12-04T01:26:43.080-08:00Never Walk Alone : Chapter 3<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<i>Welcome for Chapter 3 of Never
Walk Alone. Silakan membaca chapter 1 dan juga chapter 2 terlebih dahulu, karena cerita di
chapter 3 ini adalah kelanjutan dari cerita di <b><a href="http://narisaworld.blogspot.com/2013/10/never-walk-alone-chapter-1.html" target="_blank">chapter 1</a> dan chapter 2 </b>:).
Sama seperti chapter 1 & 2 , keseluruhan cerita ditulis dalam bahasa
Inggris. Jika menemukan kesalahan gramatikal ataupun struktural, silakan
email saya di <b>sawamura_foxman AT yahoo DOT com.</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Selamat membaca :D</i></div>
<br />
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++<br />
<br />
<div class="storyText">
<div style="text-align: center;">
<b>~ Balkhas, 3011 A.D, 3 years later~</b></div>
<br /><br /><div style="text-align: justify;">
Balkhas, Humavalea's capital city. <br /><br />The
only place where human dare to hope for living and the fortress that
built to defend us from the attacks of Varua kingdom. Or the vampires.
Dirty and disgusting creatures, oh yes, they are. An abomination. <br /><br />Balkhas,
also known as Vampire Hunters City, the city where vampire hunters
gathers and training. That's because there are so many vampire-hunting organization
based in Balkhas. And since Balkhas is the main fortress, so many
vampire attack had aimed there.<br /><br />Here I am, Alexandre Evinrude
-call me Alex- wandering among the candidates for Vampire Hunters. I am
the youngest, barely fifteen years old. And also the most pretty
guy. I realize, though I'm a guy, my face like a girl. Lots of men like
tease me, and some even ask for any date. Give me a break. Did they
think I am.... gay? I am normal. And still love girls. But I just don't
have time to dating any. Much less flirting.<br /><br />Can't blame them, though. With my blond
hair that fall pass my shoulder, people often mistakenly thought I am
a female. Add it with my unusual color eyes. Purple stones like amethyst,
that make me look like a vampire, even though my skin is not so pale as
they are. It's hard to hate the color of my own, which I inherited from
my mother. My deceased mother.<br /><br />Three years have passed since the
nightmare in Peansville. Three years since I saw my father murdered in
front of me, and my mother committed suicide. For something that until
now I never understand. I can only remember it vaguely, to be honest. Time after I
left Peansville is the worst for me. Twelve-year-olds traveling alone
and carry big suitcase, go to Balkhas within 5000 kilometress away is an
act of madness. Even for adult, though. Because Balkhas is the most
dangerous cities in the world. <br /><br />Border fortifications between
Humavalea and Varua, Balkhas constantly on the alert. Vampire attack
that increase continually make the founders of Humavalea Vampire
Hunters Organization set up their base here. And as I mentioned earlier,
that's where the nickname Vampire Hunters City come .<br /><br />Difficult
journey, yeah. But I finally make it here. I don't really remember the
details of my trip. All I remember is the nightmare that so many times
try to haunt me. Head separated from my father's body, rolling, and look
at me with blank stares. Father's sword Claymore, pierced through my
mother's heart. Someone shout something I don't remember. Gregory. And
then the hidden face of that mysterious creatures. <br /><br />Blood. Always a lot of blood all around me.<br /><br />As if mocking me, invited me to taste them.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sweet, oh somehow it smells so sweet. So much like a cotton candy, rather than make me gag, I want to taste it. A forbidden taste.<br /><br />I
shake my head. Each time the nightmare comes, I'm always screaming
hysterically. At one point, the inn where I stay was interrupted by
screams, and kicked me out of the inn. I had spent the night in the
streets.<br /><br />I'll bet people are curious how I can survive until I
come to Balkhas. At the hospital, my father's attorney came, and tell
my parents's will. They left a legacy of very, very much money. I was
surprised to see the numbers, because so far we just live...with less
money. <br /><br />I think they already know sooner or later they will die.<br /><br />The
attorney also said one of my father's will is to inherit our house to
me. I shake my head and tell him to sell the house. He said it would be
difficult to sell it, after an unpleasant incident, but I
insist. He surrender and promised me to find potential buyers. A week before I left the hospital, he came and told the house was sold.
Although there are rumors, that the house is haunted. I grunted, but trying
to ignore it. He ask me if I want to meet with the buyer, and I said I
don't care. Just transfer the money. I then tell him to open two bank accounts for me. One
in Balkhas, and one in Mardalsfossen. Because I'm planning to go there
later. He was amazed to see me, see a crazy little boy planning a trip.
Once again I don't care. I'm just a kid, but I'm not stupid. After all
the affairs settled, then I leave and headed to Balkhas.<br /><br />I
arrived at Balkhas two weeks after leaving Peansville. Too long, usually
it took just 3-4 days with train. But it is difficult for twelve years
old boy to travel safe and comfortable, especially if he was alone. I
must save my money too. So, I always change my transpotation method.
Closer to Balkhas, things were getting tense. The defense really tight,
Balkhas do not want to missed any chance of vampire attacks. <br /><br />One or
two vampires are common. The problem, vampires are very cunning and
coward. They always attack in groups. One group usually have a minimum of
4-5 people. And at least 8 Vampire Hunters need to kill them. 2 Vampire
hunters against a vampire. Only an experienced vampire hunter who could
fight one on one with them. And "experienced" it takes about 8-10 years,
while the number of vampire hunter had fallen sharply.<br /><br />Vampire
also has uncommonly attack that do only by individuals who are called
"vampire rebels". Chances are they are deserters or fugitives from the
Varua kingdom. No wonder. I hear lives in Varua like hell without end.
And they tried to sow terror in the hell they keep - the canal of
Humavalea attack.<br /><br />Arriving in Balkhas, I rushed to the main base of
Vampire Hunter. Not an easy thing, again, given my condition. Ragged,
unkempt, alone. At first, they turned me down, they thought I was a
vampire at first. Thanks for the color of my eyes, anyway. But they begin to
doubt when I say, "I am Laurent Evinrude's son."<br /><br />"Laurent has no son." Said one of them.<br /><br />"You are liar!"<br /><br />"I never remember Laurent had a son, or a family. What we know is he resigned and went from Balkhas, thirteen years ago. "<br /><br />"Thirteen years ago?" I asked him.<br /><br />"Yes,
after he was assigned with an important mission to Varua. Laurent is
one of our valuable assets. He is one of the experienced vampire
hunter. Who could attack a vampire one on one. We really miss him, when
he resigned. Just as he would be appointed to be High Oracle. Well,
that's the past, "said the man who greeted me with a wave of his hand,
as if he did not care anymore, " Now we go to the important matter. I know Laurent
didn't have children. And you could not be his child, though I admit you
like him when he was young. Your eyes is ... very strange. "<br /><br />I winced, but not give up.<br /><br />"Well, my father resigned, because he met with my mother. He didn't want to endanger her, so he left. Then they go to Peansville, and a year later I was born. " It just a story I made up. I'm not mention that Father met Mother at Varua.<br /><br />They laughed. I said nothing, and then removing a piece of paper. Paper that shows I'm my father's child.<br /><br />"Look at this if you not believe me," I said, handing him the paper.<br /><br />They
received the paper, then read it. And look at me with a frown. One of
them then said, "sorry son, if I doubted you. You're really Laurent's
son. We never think he will married. Well, first he was renowned as a
lady killer..., " that man laughed hoarsely," there is no wife or
children in his mind. What he had is just how to killing vampire everyday, as
much as possible. "<br /><br />"Tell me son," one of them, his head is bald
and his ears are filled with silver studs. "What happen to Laurent? Why
are you here rather than live with your father? Peansville is the safest
city in Humavalea. "<br /><br />I swallow hard. I begin to speak, but the shadow of the head that separated from my father's body keep haunting my mind. <br /><br />His head rolling, splattering blood. Blood, always blood.<br /><br />"My ... father, he died at the hands of a vampire."<br /><br />They hold their breath. The bald guy who asked me looked at me sharply.<br /><br />"Then why did you survive, boy? I think they killed your mother? Did they rape her? "<br /><br />I
choked. No, I never think about that possibilty. I thank Gregory to not
rape my mother, although he admitted that mother was once his fiance.
But still, what happen to my mother make me barely hold back the tears
that started to burn my eyes.<br /><br />"N .. no. She... suicide. "<br /><br />They hold their breath again. The bald man asked again, "Committed suicide? She leave you alone? "<br /><br />"I.. yes. "<br /><br />"Poor boy. And you're safe from them? "<br /><br />"Not really, one of them piercing my chest."<br /><br />"What happen?"<br /><br />"I'm
not sure. I ... can't remember. One second, one of them stabbed me.
Then I heard shouts, they screams in pain. And I realized that from the
vampire who stabbed me. "<br /><br />I lied. Well, bad habits die hard. Only
a few, of course, but I didn't say about the mysterious creature that
says "Claire's blood" and save me. The vampires are after me because
they target the creature. I can't guess what would happen if they know
the existence of strange creatures.<br /><br />"And after that?"<br /><br />"My neighbor found me and they took me to the hospital. I recovered and go here. "I said simply.<br /><br />The
bald man remained silent, and look at me. As if to seek the truth that I
hide from this meetings. I stare back. Trying to figure out what he
will do after this.<br /><br />Then the bald man sigh, "In the document, it said your name is Alexandre."<br /><br />"Yeah, my full name is Alexandre. You can call me Alex. "<br /><br />"Alex,
my name is Vincent. Two people behind me are Theodore and Stefan. We
are Laurent's best friends and comrades. He is our role model, and this
time we really mourn the loss of one of our companions . "<br /><br />I
keep staring at the bald man that named Vincent. I saw sadness in his
pure and unspeakable regret. He close his eyes, his face like a man in
pain, showing a deep sadness for the loss of someone precious for him. I look
behind him, toward Theodore and Stefan. Stefan not show any expression
of grief, but Theodore was crying. Seemed to upset to hear about my
father's death, like Vincent too.<br /><br />Vincent then walked up to me
and knelt down. He hold my shoulders, and said "Alex, I don't know what
you've experienced in your journey to Balkhas. Balkhas is a hard
city, and not easy to come here, especially for small children like you.
"<br /><br />"Well," I shrugged my shoulders "I have a guardian angel, and my luck is so great."<br /><br />Vincent
smile a little, though I could see his eyes are glazed, like a glass,
"a smooth talker like Laurent. You're really like your father. Unless
... "<br /><br />"I know. My eyes. "<br /><br />"Did your mother ..."<br /><br />I
shook my head. "No, my mother's is human." Or that's what I know, before
I knew she was from Varua, and was engaged to a vampire. That psycho
vampire Gregory. But I've never seen she sucking blood. Or maybe I never
know.<br /><br />I shuddered. What is mother hide from myself? Mother can't be
a vampire, because she can be free to go in the daylight. Her skin
color is a healthy pink, not pale. Silver and gold also doesn't weaken
her. Except for the unusual color of her eyes. Since there are no
ordinary people who have eye colors like amethyst. But, on that terrible
night, I realized, she can be more than that I think over the years.<br /><br />"Alex?"<br /><br />Vincent words hit me. "I.. yes? "<br /><br />"Why are you here?"<br /><br />"I told you, my father want me to come here."<br /><br />"And he should know that Balkhas unsafe. What does he want from you? "<br /><br />"I.. I ..., " I don't know, or I don't remember what my father exactly said at that time," he just told me to stay alive. "<br /><br />Vincent
look at me, he looks like he think about something .Theodore still
sobbing, while Stefan finally said, "you want to be a vampire hunter,
Alex?"<br /><br />I looked up and look to Stefan, "Vampire hunter, Sir?"<br /><br />"He is still twelve years old, Stefan. You know the rules. For becoming a
vampire hunter, the minimum age is 15 years." Vincent interrupt him.<br /><br />"He
can stay for awhile here. I think Laurent also want it, Vincent.
Balkhas is not safe, but he's safe here rather than roaming the streets.
"<br /><br />Vincent look at me again, and squeeze my shoulder, "are you sure, Alex?"<br /><br />I nodded. "Yes, that's what my father want."<br /><br />"Well,
you're going to stay here for a while. While waiting until fifteen
years old, you can spend your time taking care of this base. "<br /><br />"I'll do anything."<br /><br />Vincent
smile. He stand up and grab my hand. Stefan step forward and took my
suitcase. We walk to the door of the castle, and Theodore welcome me,
wiping his nose with a handkerchief.<br /><br />"I'm sorry, son. I was
shocked to hear about Laurent's death. He was a friend of mine when we
were young. Me, Vincent, that quiet Stefan and Laurent was once brothers
in arms. "<br /><br />"Partners in crime, if you can call. And we also
compete when it come to wooing and seduce women, "said Stefan with a
small smile.<br /><br />"Well, well. That son of a bitch,Laurent, oh sorry
for my rude words, boy! He always lucky. Woman flying around him
like bees drawn to honey. Honey that is forbidden, of course. I think
your mother, Marie, was very beautiful? " ask Theodore.<br /><br />"Yes, sir Theodore. No one is more beautiful than her. "<br /><br />"Ah call me Theo. Or Oracle Theo. The three of us, and Laurent was once the Oracle. "<br /><br />"Okay, Theo, umm, Oracle Theo."<br /><br />Theodore
smile, and shake my hand. He then walk over to my right, while Vincent
remain with his left hand on my shoulder. Stefan walk behind us,
carrying my suitcase.<br /><br />"I hope you feel like at home, when staying here, Alex. From now, Balkhas is yours." said Vincent.<br /><br />We
walk down the aisle fort. Vincent then go to the room that he prepare
for me. Meanwhile, the last words from Vincent keep ringing in my mind.<br /><br />Home?<br /><br />There is no home for me. Wherever it is.
</div>
</div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-42684116246498631742013-10-24T01:14:00.001-07:002013-10-24T01:14:21.695-07:00Never Walk Alone : Chapter 2<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<i>Welcome for Chapter 2 of Never Walk Alone. Silakan membaca chapter 1 terlebih dahulu, karena cerita di chapter 2 ini adalah kelanjutan dari cerita di <b><a href="http://narisaworld.blogspot.com/2013/10/never-walk-alone-chapter-1.html" target="_blank">chapter 1</a> </b>:). Sama seperti chapter 1, keseluruhan cerita ditulis dalam bahasa Inggris. Jika menemukan kesalahan gramatikal ataupun struktural, silakan email saya di <b>sawamura_foxman AT yahoo DOT com.</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Selamat membaca :D</i></div>
<br />
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++<br />
<br />
"Father!"<br /><br />I'm too shock to see the situation in front of me. My body
can't move when I see Warren cut my father's head. Can't move when his
head separated from his body. Blood pooled around my father and Warren.
Then its flow toward me. A disgusting metallic smell, makes me want to
vomit. But on the other side makes me shudder with desire to feel it.<br /><br />What is it? Why I have an urge to taste blood? My father's blood?<br /><br />I
turn around and look at my mother. She stop crying, her gaze fixed on my
father. She was quiet again, as if Father's death don't mean anything for
her. Then she look at me, and like my father, she said, "Stay alive
Alexandre. Stay alive for the sake of our lives."<br /><br />Mother let go of myself and walk into Gregory's direction. Then she face Warren which body still covered in blood. My father's blood.<br /><br />Mother
walk through my father's body that lying on the floor, not stop to see
him, her eyes fix on Gregory. And when she stand in front of Gregory, I
am surprise to see her smile.<br /><br />"Gregory, you've got what you want.
Laurent's death is all that you want, instead of Alexandre's. Your
pride were wounded and shattered because I chose Laurent, not you. "<br /><br />"Marie,
my love, you see so low on me. I always want you. You hurt me,
yes it's true. But it will not happen if you and Laurent give your son
willingly. "<br /><br />"Willing or not, you will still kill my husband, Gregory. I know it, you forget that I can read your mind, right? "<br /><br />Gregory jerked, wince, then look at her sharply. His uninterrupted composure began to waver.<br /><br />"You
will never own me, Gregory. Thirteen years ago, when I chose Laurent, I
already knew this day would come. You can take the precious things of
my life from me. But you will never get what you want the most. Myself,
and also Alex. "<br /><br />Mother then turn and walk toward my father's
body that now lay lifeless. With her fragile hand, tremblely, she raise
my father's head that lying on the floor. Mother stroked father's hair,
closes his eyes, embrace him on her breast and said, "Wait for me, <em>dragostea mea</em>. Soon we will meet and will never be parted. "<br /><br />Mother
take my father's Claymore that still lying on the floor, near my
father's dead body. And once again she walk to Gregory. Only this time
she turned and face Warren.<br /><br />"Warren, my friend, sorry I always make you worried, from when I live in Varuala until now."<br /><br />"Marie
... I'm, I'm not going to apologize to what I have done. We both know
that, when Laurent kidnap you from Varuala, this is the first thing I
would do. "<br /><br />"Kidnap? You wrong, Warren. Laurent never kidnap me. I
go with him willingly." My mother just smile at Warren. Her face was
calm, and serene. And now she point the Claymore toward Gregory.<br /><br />"Well, well, what is it Marie? You want to kill me? "asked Gregory. He sound amused.<br /><br />"Marie ..." Warren step to stop her.<br /><br />Mother was not affected at all, she walked to Gregory, while still drew Claymore with her.<br /><br />"You
really want do this, Marie? Kill me? I know you will not be able to
kill me. With your delicate hand. And those sword is so big for you to
wield it "said Gregori.<br /><br />Mother just shook her head, and then I
see a strange aura surrounding my mother's body. Then, she suddenly
scream with her hoarse voice, said something that I did not understand.<br /><br />"Radu,
my blood guardian! I give away my life for thee, by the old treaty! With my blood, flesh and soul, I command thee to be
Alexandre's guardian! Until his death! Until his descendant's death!
Until your oath fulfilled! "<br /><br />Then she do things I never think. Mother drive the Claymore to the her stomach!<br /><br />"Marie!" Warren shout. While Gregory swore, "stupid, brainless woman! You kill yourself just to protect this child! "<br /><br />Mother
continue to hold the Claymore tightly. Blood was spill again. This time
her body shaking. Her mouth spit blood, but she never budge. Her eyes
look at Gregory with a deep hatred.<br /><br />"Radu, wake up! I command thee to protect Alexandre! "<br /><br />Mother
pull the sword from her stomach. Warren try to catch her stumbling
body, but Gregory told him to keep in his place with a piercing gaze.
Mother then fall, dragging her body toward my father, and see me.<br /><br />"Forgive...me... Alex ..."<br /><br />I
just stop to see my dying mother. Which means that two people in my
life has gone. Two people who become the foundation of my life that will
never go back. Two people, one die protecting me, one die for calling
something that I do not understand.<br /><br />I cry, but no tears come out,
no sound speak. I become silent, stunned to see what was once my parents's
body, this time like a broken doll. Unused.<br /><br />"So sickening! She
can choose me, she will still living with her son after that. But she
choose to go to hell with that cockroach!! " Gregory's voice broke after
the death of my mother.<br /><br />"Master Gregory, what should we do with Marie's son?" ask Warren.<br /><br />"Well, Warren, of course we're still stick with our first plan."<br /><br />"But ..."<br /><br />"You want to violate my orders, Warren?"<br /><br />"No, sire!"<br /><br />"Then kill him. His face is so like Laurent, make me disgust to see it! "<br /><br />Warren
walk toward me, pulling out his claws - a sharp claws from his fingers
and said, "Sorry, son. As much as possible, I don't want to kill you.
You are the son of a woman who once engaged to Master Gregory, my blood
master. Even though I pledge my loyalty to him, I love her too. But I
have to carry out the orders. "<br /><br />If Gregory surprised to hear
Warren statement, he never show it. Gregory remained standing like a
statue. His violet eyes look at me like a hawk, so cold and calculated
while watching its prey.<br /><br />I trembled, and look around. Nothing I
can use to defend myself. I can use the Claymore, but its too far, and I
hesitate to pick it up. I then put the stance, and clench my hand
forward, acting like a boxer.<br /><br />"Hah, look at that! What a wonderful
courage. Courage that is so foolish, young man. "Gregory sneer,
laughing. Laughter that I find its disgusting.<br /><br />Warren step
forward to attack me, and I'm ready. He scratch my cheek, and blood come
out. The putrid smell of blood makes me nauseous. So much blood spilled
tonight.<br /><br />Warren attack me again, but again he only scratch me. I
see he's so reluctant to kill me. I stay in my place, hold up my fist,
though I know it is useless, while Warren scratch my body. Again.<br /><br />Hurt!<br /><br />It's hurt!<br /><br />Then, I smell a metallic tang of the blood.<br /><br />It makes me sick, but once again I can't resist my desire to taste the blood.<br /><br />Gregory
apparently angry at the sight of Warren that so reluctant to attack me.
His patience runs out, and he shout, "If you do not kill him now, you
know the consequences, Warren. Anja will not be happy if she see her
brother failed in the task. And I also know you will not be happy with
what I do to Anja! "<br /><br />Who's Anja? <br /><br />I glance to my attacker.
Warren just clench his jaw, then finally he cast an attack at me. And
right on target! His hands now lock in my chest and I can feel his hands
gripping my heart, ready to squeeze it at any time.<br /><br />Blood emerge
from my mouth, my awareness begin to disappear. I see Warren's body
slowly disappeared from my sight. Ah, soon I will follow my father and
mother. <br /><br />Heaven? Hell? I don't know. I'm ashamed. I just can not live like they want me to do.<br /><br />But
just at that moment, I feel there is something weird happen. Half
unconscious, I hear Warren screaming in pain. And he let go of my
beating heart. The pain was so unbearable, but that made me wonder. Why
am I still alive, even though Warren hands was piercing my chest?<br /><br />I
try to concentrate. What things that makes Warren shouted? Is the sun
on the morning has come? But it is not possible, it's still night. What things that makes Warren screams in pain like that?<br /><br />"Help me, sire!"<br /><br />Warren
continue to scream, and I hear a no humanlike sound shredding Warren's
body. I can't see clearly, but after some seconds I could see the glimpse of the shadow
that move so quickly, and attack Warren for many times. It surprise me
later, because even though the room was so dark, I could see
what happen to Warren.<br /><br />Warren shouts grow louder, and now he
sound like a human instead. But of course he's a vampire, not human. But
hear the vampire who killed my father scream for help on Gregory make
me shudder.<br /><br />"What are you? Why are you doing this? "Gregory cried.<br /><br />Warren screams again for the last time. Then all became silent.<br /><br />"Are you Marie's guardian?"<br /><br />The
mysterious creature is silent. I can't see its figure. Only a towering
black siluet and it look menacing. It hands, or I thought it was hand, flashing in red.
Warren's blood.<br /><br />I try to see what happened to Warren. And
although in a weakened state, I almost faint to see Warren. The creature
had been ripped Warren's body apart, and threw it into all corners of
the room. A very bad way to die.<br /><br />"What are you doing?" cried Gregory. This time I hear the fear in his voice. His fear is absolute.<br /><br />The
creature still silent, but then he said the most horrible sound I've
ever heard, "I was ordered to protect Claire's blood, and that's what I
do."<br />
<br />
<br />
<br />
Claire? My middle name is Claire. And even in that moment I feel a little bit ashamed of my middle name that sound like girl name, hear that thing called me by my name make me think of my Mother.<br /><br />I hear that creature roar with a ridiculous sound, then it
attack Gregory. Panic, Gregory then ordered his men to attack the
mysterious creature.<br /><br />I saw it all with my blurred sight,
clutching my badly wounded chest, punctured by Warren. Blood gushing over and
over. I look at my father and mother for the last time, and said
quietly, "I will stay alive".<br /><br />Then, everything suddenly go black.<br /><br />***<br /><br />Where am I?<br /><br />
Everything is so blurry and I can't put a single coherent thought. Then, I realize I am in the hospital. My body was wrapped in bandages, and I
smell the disinfectant. I could hear the constant buzzing of hospital's
machine that connected to my body. Trying to hypnotize me to go back to
sleep and forget the nightmare.<br />
<br />
I try so hard to open my
eyes and move my body. I have to know what happened, why I was in the hospital. Where is
my father? Where is my mother? Warren? Gregory? That mysterious
creature? The questions continues to spinning, playing in my head and
make me dizzy.<br /><br />I then push the button for the nurse, and a few
minutes later a woman in a nurse outfit come, her face shaded. She see
me and said, "oh, you awake? How are you? "<br /><br />"Hi", I smiled, weakly, and the asked "what happened? Why am I here? "<br /><br />"Calm down, son. You're safe here "she replied.<br /><br />"But I want to know who brought me here? Then .. where both my parents ...? "<br /><br />The nurse is silent, and look at me sympathetically.<br /><br />"Your
neighbor is who brought you here. He wanted to give some gifts for your
family, but was surprised to see ... to see ... your house. You're the
only one who survived. Your parents are dead. We can't help them..."<br /><br />I
know it. No need to describe their condition again. I saw it with my
own eyes, my father and mother died. Also, it's impossible to help my father, with his head had been cut from his body. They were gone for good. But,
something bugged me.<br /><br />"But my chest was ripped open!! I don't think the doctor can heal it. I would die alone from that!"<br /><br />She
look confused when see me. As to decide if I'm still lucid from my
medicine. "Ripped open? No, son. You seems perfectly health. Just few
scratch over your body. But you lose so many blood. That's why we
connect the machine to your body. Weird indeed, you just have a few
cuts, yet so many blood pool around you when paramedic come."<br /><br />I'm
stunned. I wonder, maybe the mysterious creature that heal me. The
blood that pooled around me of course my own blood that fallin from
wound Warren put to my chest.<br /><br />The nurse then put the flowers in
my room. Check my blood pressure, check the machine that connected in my
body and after deciding she not worried about my situation, she left
me.<br /><br />Day by day in the hospital passed quickly, or I do not care.
My neighbors visit me. My friends who always make fun and bullied me at
the school came, and looked at me with pity look on their face. One of
their parents offer me to life with them.<br /><br />No, I thought. Why? I
don't want the last incident to happen again. No way. Leave me alone. I
don't want to see people who are dear to me die again. I see blood and I
feel sick. Although on the other side, I think like if I craved it.
It's disgusting.<br /><br />Sometimes, once they are all gone, I cried
uncontrollably. In my heart I promise myself, this is my last cries.
From this time , I will not cry anymore. I will fulfill my
parents's last words. Live alone and do not depend on others. Continue
to survive.<br /><br />
Months passed, the doctors and nurses decide I can be
release out of the hospital. No relatives picked me up. No surprise
after all. All of my neighbors offered help, but I'm resist them. I
don't even want to see their faces that were full of pity.<br /><br />After
coming back from the hospital, I'm going to the grave of my parents. My
neighbors kindly enough to look after them and provide a decent funeral.
But I can't said thank you for them. My heart feels numb, I feel so
empty when I see the grave. They were buried side by side. I just hope
they will meet again in heaven, and will never be separated for the
second time.<br /><br />Before I leave the grave, I said, sobbingly,
"Father, mother. I love you both. I'm sorry, you must give up your
lives. I.. I will never forget you. From now on I will start my own life. I
will never forget that you've protected me until the last time. "<br /><br />For
a moment I felt like my mother's fingers stroked my hair. But I know
it's just a feeling. There is no one stand in this cemetery besides
myself. With a heavy heart I take my suitcase and start walking. I know,
it may be difficult for 12 years old boy like me to take this path. But
I'm sure I could.<br /><br />I turn to the cemetery for the last time. Then
look around. Peansville look so peaceful. Safe from the vampire attack,
but still those filthy creatures that killed my parents.<br /><br />
Then I walked and left Peansville. Go to Balkhas, like my father said in his last time. To go to the main base of Vampire Hunters.<br /><br />Goodbye Peansville...<br /><br />Goodbye, my home...<br /><br />Goodbye... my parents...<br /><br />The wind howled. Its sound like someone roar. <br /><br />And I realize...<br />
<br />
It's my roar of vengeance...</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-18946385470052092562013-10-21T00:39:00.003-07:002013-10-21T00:39:37.766-07:00Never Walk Alone : Chapter 1<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<i>Hai hai :D</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Never Walk Alone,</b> adalah novel yang saya ikutkan untuk <b>NaNoWriMo </b>di tahun 2011, dimana saya pertama kalinya join NaNoWriMo. Karena pada bulan saat saya nulis cerita ini, yaitu November 2011, saya diterima kerja, jadi berhenti di tengah jalan deh :') . Saya belum tahu kapan mau ngelanjutin lagi, semoga saja ada waktu. Karena di NaNoWriMo tahun ini, saya menulis cerita yang bener - bener baru.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Never Walk Alone </b>adalah versi yang lebih baru dan lebih matang secara tulisan (yah menurut saya :P) dari <b>When You Smile.</b> Ada penambahan karakter dan perkembangan cerita. Untuk versi yang saya posting ini, saya memposting edisi bahasa Inggrisnya, yang saya terjemahkan sendiri. Berhubung bahasa Inggris bukan bahasa native saya, kalau ada nemu kesalahan grammar dan structure, bisa kirim email ke saya di <b><span style="color: #660000;">sawamura_foxman at yahoo dot com </span></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Selamat membaca :D</i></div>
<br />
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++<br />
<br />
<b>~ Mardalsfossen, 3025 AD ~</b><br /><br />"Dad, I want those chocolate ice cream!"<br /><br />
A shout from some little boy make me awake. I glance to the clock beside my
bed. Still 5 a.m. I see if the chick I met last night still sleep beside
me.<br />
<br />
She's not there.<br />
<br />
Good. Maybe she hang up with Roderick, our Fire Master. I'm not bothered by that fact. Not that I'm terrible lover or something that snore in my bed. But I prefer to wake alone.<br /><br />The morning's weather
was cool enough to freeze me out. Slowly, I step out from my bed and walk
into the window. I open it and breathe, the air is so
fresh even I'm still feel cold. Been 6 months since Randalph leave Mardalsfossen and go to
Alcarta. He had a plan, someone to meet, something to do. It's Randalph to you. He come and go as he please.<br /><br />I see to the outside. Well, that little boy voice is
loud enough to wake dead people. He can't stop whining to his parents.
Why they still not buy him ice cream? Feel annoyed, I start to shout to
him to just shut up, when I see them. And stun when look their happy
faces. <br /><br />Family ...<br /><br />It's been seventeen years, when my life
change. And suddenly I remember all the events in my
past. Seventeen years ago, when I am not familiar with the hardest part of this world.<br /><br />Seventeen years ago, when my deepest nightmare began ...<br /><br /><strong>CHAPTER 1</strong><br /><br />~ Peanville, 3008 AD, 17 years ago ~<br /><br />My
name is Alexandre Claire Evinrude. People often look at me confusely
or wondering why my middle name sound like a girl name. I think that's
my mother's fault, Marie Evinrude. At the beginning of her pregnancy,
she is so eager to had baby girl and want to named her Claire. Imagine
when the baby is a boy, a.k.a me. But my father, Laurent Evinrude, bless
him, sometimes he had a brilliant idea. Claire's name continue to be
used, but as a middle name. He then naming me Alexandre, which its
meaning in French was, "defender of the humankind".<br /><br />Few days more,
I'll turn twelve years old. Still a child, that what my father said. Not
yet a teenager, he added. My mother just smile, and she will stroke my
hair. She always say, "Alex, you really like your father. A handsome
face, aquiline nose, a lips that always whining to get what you want,
"she said with a laugh.<br /><br />"But my eye color comes from you," I replied.<br /><br />"Ah, yes. yours are like mine, like amethyst stone, "said her.<br /><br />"Like those blood-sucking leechs," I muttered.<br /><br />They suddenly become quiet, then just look at me sadly. I feel awkward after say that. <br /><br />"Yes, like a vampire", says my father.<br /><br />"I hate my eyes! My friends in school always make fun of me. And they also mock you, Mother! "<br /><br />"Did they hurt you, Alex?" asked my mother. She sounded worried.<br /><br />"Nothing.
Yes, sometimes they locked me in the bathroom. But, I always
make it out. I'm smarter than them, "I replied, proudly.<br /><br />Father
and mother look at each other, then they laugh. Well, I do not want to
make them afraid, a little lie sometimes is necessary. My friends
not only locked me in the bathroom, sometimes they beat me. I used
to hide the wounds from my parents. Yeah, a little lie will not hurt
anyone.<br /><br />"If they start to bullying you and cross the line, you
can complain to the teachers, Alex," said my father, stop my inner mind
dialogue.<br /><br />"Father, I'm not weak. But, okay, I'll do it. " Once again, I like to appraise myself in front of my parents.<br /><br />He
smile once more. He look pleased with his one and only boy. Sometimes I
feel very lonely staying at home. Evinrude family's mansion is
magnificient but gloomy. Sometimes I talk to my parents (or rather
whine), to move from Peanville then go to Mardalsfossen.<br /><br />But my mother always refuse. "Mardalsfossen not safe," she replied.<br /><br />"Mardalsfossen
is a great city, and have lots of great toys!" I wailed. Hey, I'm a boy
- a usual kind of boy who is also fond of toys.<br /><br />"Peansville is safer. There are no vampires here. "<br /><br />"Mardalsfossen too. Well, I hear there are vampires wandering at the city, but just a few of them. Unlike at Balkhas, Mother! "<br /><br />"When I said not, it is not, Alex", Mother said gently. "Do you not feel like at home when staying in Peansville?"<br /><br />I
was speechless and only nod. Well, what a twelve-year olds boy can do? I
have to stay in Peansville that so grim and gloomy, and face any bullying act from my friends at school.<br /><br />The same day start over and over again without stopping.<br /><br />But
somehow, today, my father and mother being weird. Not like usual,I
thought. Mother who is usually cheerful, now become quiet and more
quiet. She stroke my hair for times. My father that always joke with me,
become grim and also quiet. Well they are still play and talk with me, but
after that they fell silent again. As if...thinking of something.<br /><br />I become
panic. What's wrong with them? Are they mad at me? Are they somehow
knew I was hiding the fact that I used to be bullied at school?<br /><br />My
questions is answered that night. Ten o'clock at night, it should be 12
years old boy as me to already asleep. But my father told me not to
sleep. I start to panic again. Darn, I thought. They know! <br /><br />
I'm trying to think positively. Maybe they will not punish me even
though I'd lied to them. Maybe they will grant my wish to move to
Mardalsfossen. Yeah, goodbye grim and gloomy Peansville. And I can go
freely to Mardalsfossen, meet new people. Although in my little heart,
I'm a little scared, what would they think if they see this eyes.<br /><br />But my father still silent. So quiet, not
speaking a word. Mom also just lower her face and weep. I hate to see
she crying. Hey, I tell you one more, I'm. A. Boy ! If there is a girl or woman crying, I can
not bear to see it. Not that I consider them weak. I just want to
protect them,'kay? But, here I am, just stand and see her cry.<br /><br />Mother cries grew louder and my
father's face looked more grim. My fear grew. Even though still a child
, I know, this is more than just some lies that was discovered. It's
larger than "my friend are bullying me" problems<br /><br />"Alex .." said my father.<br /><br />"Y.. Yes?"<br /><br />"We want to say something".<br /><br />"What is it, Father?" I hope is not about the lies.<br /><br />I'm
confused. I see my father loss for words to speak. While my mother
still crying. Then she saw me. Purple eyes like a amethys stone, shine like a rare jewel it is. Beautiful even she's crying. Her face was flushed, but she
tried to smile. As if trying to convince me, that whatever my father
said, everything will be fine... just fine.<br /><br /> My father sighed for a moment, then said, "Alex ... from now ... you must live alone. Without us. "<br /><br />Huh?
I'm getting confused. Live... alone? What does he mean? Why suddenly my
father talk like that? I just twelve years old, for God's sake! I know
that I'm not a kid anymore. But give me a break? Twelve years old and
your parents tell you to live alone? Huh! Their speech is a beautiful
gift for my birthday, which is feel lame for me.<br /><br />"Father, you just kidding right? You are not really serious with your words,right? "<br /><br />But, I see his expression, grim and serious. So, he is not joking. I then turn to my mother.<br /><br />"Mother! Father just kidding right? You two just kidding, right? You don't really want me to live alone!!"<br /><br />Mother still silent, then she hug me, sobbing. I hug her back, still feel confused<br /><br />"Alex, forgive us, forgive us," she repeat that words, and still sobbing.<br /><br />I'm getting more confused, why suddenly they said something like this . Why must this day? The day I celebrate my twelve years birthday?<br /><br />I
am not realize that tonight was my last night with my family, and the last time we
can be together. My brain as a small child can not understand the
concept of life itself in a very young age. What is actually my parents
hide, until they decide I should live alone? Do I have to part with them
... forever? No, I do not want to! They are the only family I have. All
I know both, my parents are orphanage and although they have a cousin or
distant relative, they never say it.<br /><br />That question continues to
repeat itself, again and again in my mind. Why must this day they say I
must live alone? And, where do I go?<br /><br />Meanwhile, the wind outside
the window grow louder and a sound of roaring suddenly appear. It's so
terrible, I feel cold. Father look strained, my mother stopped crying, but she still
hug me. I am silent too. I feel something
bad is going to my home. Something evil that make my father and mother
suddenly tell me to live alone.<br /><br />A second later, all the windows
in my house broken. I feel the wind blow very hard and the chill of night pierce my face. Electricity in my house off, but thankfully
there is still a glimmer of light from the outside coming into the
house. So I can still see where my father and my mother is. We just fell
quiet, waiting for something to happen. Waiting for something that
threatens our safety.<br /><br />Then, the figures that I am not recognize enter into our house.<br /><br />They
maybe, are the most horrible and cruel but also the most
beautiful creatures I have ever known. They have same face with the people in the
Humavalea. Only theirs are pale, protruding canine teeth when they're
grinning, some invisible wings like bat, and a black cloak. I know, it's cliche, but I feel like a mouse in on front of snake. I can't move and can't stop see them.<br />
<br />
And then, those
purple eyes that like an amethyst stone. A monster who had for many
years become human enemy at Humavalea.<br /><br />Varuala they name
themself. Vampire we named them, the creature we know only living in
legend, but they do exist. Live in the kingdom Varua, the place that
only screams can be hear from our world.<br />
<br />"We want to take the boy," said one of
them with a hoarse voice as he pointed at me. While the rest stand around
me and my parents. We are stuck, unable to escape. Can't ask for help.
They are all show a very cruel expression on their face, one wrong move
from us, it will have fatal consequences.<br /><br />But my father suddenly came
forward. As he stretch out his hands, he's going to protect us. That's
my dad. The Evinrude family protector. The vampires are tall, but my
father's height is above the average people. He is not afraid to see the
vampires. His face is tense, and now looks full of anger. <br /><br />My
mother still holding me. She had stopped crying, and I am surprise to
see her expression. Just as father, mother also looks angry. She hug me
so tightly I can't breath and feel hurt. But Mother never move, she
still hug me. Like don't want to let me go.<br /><br />"No!", my father shout. "Until whenever, Alexandre will never we give to you all!"<br /><br />The
leader of the vampires pause, his eyes watching us coldly and
calculating. He reply in a voice that make my father freeze. "The boy's
there have a creature in his body that can destroy our nation. We have to kill him,
in order for we to survived. I think you know about that, Laurent. "<br /><br />I
am surprise again. The vampire know my father's name! I see to my
father, then to the vampire. He just smiled to see me. A smile that made
me shudder. My father clench his teeth, listening to that vampire call
his name.<br /><br />"That's the business of you, the Varuala. Nothing
to do with us,Humavalea's men! We live in Peansville, to avoid all the
affairs between Varuala and Humavalea. Again, nothing to do with us.
Alex is innocent, he don't know anything!"<br /><br />"But you know,
Laurent. You are the former vampire hunter. Huh, vampire. Just saying
the word that you all human calling us is makes me sick. You're well
known among the Varuala. Varua royal noble actually admire your ability
as hunter. You're so smart, strong and also cunning. So clever until you
can grab our most precious treasure. Is not that right, Marie? "<br /><br />Mother gasp. She pause, then look at the vampire with anger.<br /><br />"None of your business Gregory! I went from Varua, because I'm sure Laurent will make me safe! "<br /><br />"But
you're safer in our hands, Marie." answered the vampire, named Gregory,
quietly. As if this is a tea banquet, and he don't intend to attack
us.<br /><br />I'am stun hear my mother's last words. She came from Varua?<br /><br />"But she's not a vampire!" I exclaimed.<br /><br />Gregory see me, his eyes show an interest.<br /><br />"He
never know, Laurent? Marie? He never know about the creature that
inhabit his body. Creature that used to be the guardian of Marie, and
now protect him. "<br /><br />This is getting weird and weirder, the
creature in my body make Gregory think it will threaten the vampire. Now
he says the creature is my guardian. So, what am I?<br /><br />"Mother ... I ... What am I?" I asked, looking at my mother.<br /><br />My
mother, with those beautiful purple eyes. Eyes that
passed on to me, just look at me with sadness. "I'm sorry, Alex. You're
still so young. Laurent and I realize that this day would come. That our
life is not long enough after he took me away from Varua. That we should
leave. "<br /><br />"But, mother.You are come from Varua, it means mother ... you... father? My father knew that, so it means you are ... "<br /><br />I
can't continue. What my friends say at school always playing in my
mind, that I was a vampire's child Because of this eyes. I shut them tightly. I can't think, I can't!<br /><br />"No. Alex," said my father, "Your mother Marie was not part of the vampire. Your mother is more than that, and neither do you. "<br /><br />"Laurent,
Laurent, Laurent. That's what I admire about you. Intelligent, and full
of secrets. I still wondering how you kidnap Marie, our treasure.
"Gregory said, a tone of admiration in his voice, as well as sarcasm.<br /><br />"None of your business, leech!" replied my father.<br /><br />"Tsk,
tsk, tsk. And still so wild and rough. You realize Marie is my fiancee,
and yet you took her. Laurent, you hurt my heart, and also make me
angry. You both need to be punished. Your life is not enough. Marie's
life too. Although I regret to say this, I love you Marie, really. But
you chose this cockroach than me. So you also have to die with him,
sweetheart. And I promise to treat your children like my own son.
"Gregory kept smiling while looking at us. His men are standing in the
back, all chuckled.<br /><br />"You're crazy, Gregory. I and Marie may be
die, but Alex is not mere thing you could recognize as yours. Alex
will survive, just like Marie. Creature that inhabit his body will protect him
and according to the propechy, will destroy you, the rotten leechs! "<br /><br />"Laurent, my friend. With regret we do in fact, have to use violence, is not it? Andrew, Frances, Jean, you know what to do."<br /><br />Gregory
snapped his fingers, and instantly three of the vampires behind us
moving forward at a pace that humans can not be detect.<br /><br />The
vampires attack my father. Mother hold me back, trying to protect me,
while my father fight against the vampires. My father run into the
nearest wall, and take the sword into the wall. And then I know. It's
not a decorative sword, the sword is real.<br /><br />"Ah, Claymore. You still have it, I see. "Gregory sounded amazed, though I hear there is a little fear in his voice.<br /><br />"Well,
you know me, Gregory. It's not good to forget the past, "my father grin
as he put his stance and wielding the sword, that called Claymore.<br /><br />Three
vampires under Gregory's command started to surround him. Father remain
vigilant. His Claymore remain unsheathed. I was so amazed to see my
father. He is like a warrior of the past, like a Templars knight that ready
to kill his enemies in the battle, protect what he treasure the most. I hear Gregory call my father as the former
vampire hunter. I never expect it. I always thought my father was an
officer he used to be. It never dawned in my mind that he was once a
warrior who defends the humans against the vampires.<br /><br />"Father, don't lose! Fight, I want you to teach me how to swing a sword that make you always won! "I yelled.<br /><br />"Shhh, Alex. Don't distract your father, "my mother said with a slight whisper.<br /><br />My
father never see me, he also never less his stance. But he said, "I'm
sorry, Alex. If only I teach you to learning how to use sword from the
first time. My fault to want Marie and me to raise you as a normal kid. "<br /><br />"You will not lose!"<br /><br />And still he continue to said, "Alex, listen to me. This is my
last words from me. After this, I and your mother will not survive. But
you can. Go as far as possible from here, and to Balkhas. Go to the main
base of Vampire Hunter. Tell me you are my son, Laurent Evinrude. And
whatever happens, fight. Fight, Alex! Stay alive for us, stay alive
until you find someone that means to you, just as I find Marie. I love
you Alex. Never, ever forget that. "<br /><br />My father still not see me
when he say that words. But I can see his back shudder. As if he know
his time is no longer, that we will be forever separated.<br /><br />I start to cry. But then I try to reply his, "I promise you, father. I promise I'll stay alive. I love you and mother too!. "<br /><br />"It's
really a touching farewell scene between father and son. Shakespeare
will be so inspire to see you both and make a play from it. But, alas, my time is not so much.
I'm sorry, Laurent, "Gregory said, still smiling. <br /><br />I'm sick of seeing his smile!<br /><br />Three
of Gregory's vampires attacked my father. By instinct and experience
as a vampire hunter, father go forward and wield his sword. His
movements are so beautiful like a dancer. <br /><br />Crashh! He manage to behead one of the vampire!<br /><br />"Frances!" Hissed one of the vampire who attacked my father, then looked at him with deep hatred.<br /><br />"One dies, two still standing." says my father.<br /><br />The
vampire attacked my father again. Try to avoid the vampire, my father
roll back and draw his sword right through the vampire's heart.<br /><br />"Two dead, one left." my father grin, and facing toward Gregory. <br /><br />"It is the ability of your crew, Greg?"<br /><br />"You
know I really hate to call it, my friend Laurent. But Frances and Jean
is a low level warrior. Let's see if you can beat Andreas. He is the son
of the most talented and most powerful Varuala noble. "<br /><br />My
father put up his stance back, and this time he faces Andreas. Although I
don't fight, I know the vampire named Andreas was dangerous. My father
know it too. A cold sweat began to slick down on his face, and his hands
began to tremble.<br /><br />"Freeze. The ability to freeze the movement of the opponent. Amazing, Andreas, "said my father.<br /><br />Andreas
grinned, and then attack my father. To his surprise, my father break
Andreas's spell, and strike back. They meet in the middle. Andreas, a
vampire with sharp fingernails, rapid movement and almost invisible.
Father with his claymore, but still able to fight Andreas.<br /><br />Finally
my father cast a final strike on Andreas, and cut his head. Andreas
fall, but my father's breath sound weird. He's breathing so fast. Then I
saw holding his stomach. Seems Andreas had cut my father and now he is
wounded!<br /><br />"Father!"<br /><br />Father still not see me, as if I am
not in the room. His eyes still look out to see Gregory. "You're not
going to get Alex, Gregory."<br /><br />Gregory with those sickening smile, again smile slyly and said, "I always get what I want, Laurent."<br /><br />"Huh, nonsense ... ugh!"<br /><br />I
am stun. The event was happen very fast. Second before, my father still
talking to Gregori, a second later red spot spread in his chest. Big
red spot and smell metallic.<br /><br />Blood.<br /><br />"Da ... mn."<br /><br />"Yes, Laurent. You still remember Warren right? "<br /><br />"War .. ren ...imposssible. I ... I ... "<br /><br />"Kill
him when you kidnapped Marie, isn't it? Warren was assigned to guard
Marie. And you thought you had killed him, Laurent. But you don't know,
that you just kill his shadow. "<br /><br />"Shadow, eh? I was ... careless ... ugh! "my father look down and began to spit blood.<br /><br />"Father!"<br /><br />I
start running toward my father, but my mother hold me back. Her tears
flow like a rivers on her face. She look to my injured father,
and whisper, "we will meet again after this, Laurent."<br /><br />"Warren" said Gregori.<br /><br />A
shadowy figure appear out of nowhere and form silouette of a male. Pale
as his colleagues, purple eyes that exude hatred that now looking at
my father.<br /><br />A second later, my father turn to me. Finally he face me.<br /><br />"Good-bye ... Alex," he said, smiling.<br /><br />Before Warren blow the last strike and cut my father's head.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>Catatan : Disini saya menggunakan <b>A.D,</b> yang merupakan singkatan dari <b>After Destruction. </b>Jadi tidak memakai sistem kalender Tahun Masehi :) </i></div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-44609656829875145982013-10-18T02:00:00.001-07:002013-10-18T02:00:43.818-07:00To Cross The Dream : The Dream (Introduction)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Salah satu ide untuk cerita yang masih belum matang :D<br />
<br />
Untuk sementara yang ada adalah sinopsis dan semacam teaser chapter. Semuanya ditulis dalam bahasa Inggris.<b> If you detect any mistake on grammar and structure, please tell me</b> :)<br />
<br />
<span id="freeText612590137697071309"><b>Synopsis (tentative)</b></span><br />
<span id="freeText612590137697071309"><b> </b></span><i><span id="freeText612590137697071309">Xavier
O'Connor, or Xavi is famous writer. His books become bestseller for
years. Unfortunetaly he kinda have writer's block, his editor threat
him, he will got fired if he not manage to finish the book, his father
constantly nag and blackmail him for money, and his
lover-soon-to-be-wife cheat on him.</span><br /><span id="freeText612590137697071309"></span><br /><span id="freeText612590137697071309">Could life can be worse? </span><br /><span id="freeText612590137697071309">Xavi dreaming to just die, escape from any burden of his life. Even that will make he feel like coward.</span><br /><span id="freeText612590137697071309"></span><br /><span id="freeText612590137697071309">But then, always careful with what you wish for...</span><br /><span id="freeText612590137697071309"></span><br /><span id="freeText612590137697071309">Because its not just a dream...</span></i><br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b><span id="freeText612590137697071309">The Dreams</span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span id="freeText612590137697071309">(Introduction) </span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span id="freeText612590137697071309">I had a dream...<br /><br />A bad dream..<br /><br />A dream where I face something worse, something terrible, something that must not to be lived in this world...<br /><br />A dream when I must fight them to survive...<br /><br />A dream where my own family had forget me...<br /><br />A dream where I meet people that I don't know who's my friend, who's my enemy...<br /><br />A dream full of despair, betrayal, blood, and sadness..<br /><br />A dream that when I wake up, I lost everything...<br /><br />A dream that I forgot what is my dream...<br /><br />But I remember something in my dream...<br /><br />Someone's face...<br /><br />A woman's face...<br /><br />Full of ice, sadness, and sorrow...<br /><br />Who are you?<br /><br />Where are you come from?<br /><br />Tell me...<br /><br />This is real...<br /><br />Or, it's just a dream?
</span>
</div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-39904900344478746232013-10-18T01:51:00.001-07:002013-10-18T01:51:24.415-07:00NaNoWriMo : Introduction<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzpjW8n4GB8Jkaxkt-ESCyWpqJP6dvgj4Ih4_CkGR_DrqaTKLoKmW2u5_s-oeZ-vpJjqrGBp4wQsHuSMT-STwnAfqRwu0KJZ0MKdfcS8Jt4MWXB-uyIJM6rBJKJCsdTOaY6XhUc8xUS6r2/s1600/Neutral_180_180_white.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5671085587822827890" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzpjW8n4GB8Jkaxkt-ESCyWpqJP6dvgj4Ih4_CkGR_DrqaTKLoKmW2u5_s-oeZ-vpJjqrGBp4wQsHuSMT-STwnAfqRwu0KJZ0MKdfcS8Jt4MWXB-uyIJM6rBJKJCsdTOaY6XhUc8xUS6r2/s320/Neutral_180_180_white.jpg" style="display: block; height: 267px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 267px;" /></a><span style="color: #cc0000; font-size: 85%; font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;">Q & A tentang NaNoWriMo (dikutip dari blog satunya); karena eventnya belum mulai, jadi masih belum dapat yang badge yang untuk tahun ini :)</span></span><br />
<span style="color: #cc0000; font-size: 85%; font-weight: bold;"><span style="font-style: italic;">Tahun ini pastinya mau mencoba ikut NaNoWriMo lagi, dan semoga bisa sukses nulis 50000 kata :D</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Jadi, NaNoWriMo itu apaan?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: NaNoWriMo adalah singkatan dari National Novel Writing Month, atau
Bulan Menulis Novel Nasional. Diselenggarakan setahun sekali, dimulai
setiap tanggal 1 November. Event ini berasal dari Amerika Serikat, dan
walau namanya "Nasional" sebenarnya pesertanya boleh dari belahan dunia
di mana saja. Termasuk Indonesia tentunya.</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Kalo gitu harusnya "National" diganti "International" aja dong</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A : ....</span><br />
<span style="font-weight: bold;">Yah, saya sih kurang tahu masalah ini -_-"</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Terus si Nano Nano ini ngapain?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: NaNoWriMo yah, jangan samakan dengan nama permen itu *elus - elus
dada*. NaNoWriMo mengharuskan pesertanya untuk menulis minimal 50 ribu
kata hanya dalam waktu sebulan. Karena itu event ini akan berakhir di
tanggal 30.</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Waaaaks? 50 ribu kata?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: Yup, 50 ribu kata. Jumlah yang tidak sedikit tentunya. Karena itu
minimal para Wrimos ini harus menulis 1667 kata per harinya. Kalau di dunia perbukuan sih, jatuhnya hanya akan jadi novella. Untuk menulis novel yang full, minimal itu 60ribu-80ribu kata. Jadi mari kita latihan nulis dengan NaNoWriMo ini </span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Terus, kalo udah selesai nulis diapain?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: Peserta atau Wrimos akan memvalidasi novelnya di kotak "word count"
yang ada di website NaNoWriMo. Jika mereka berhasil menulis 50 ribu
kata, mereka akan dinyatakan sebagai pemenangnya.</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Yang menang dapat apa?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: Pemenang akan dapat sertifikat kalau dia pemenang NaNoWriMos, dan
bisa dipajang di mana saja. Mau dishare di FBnya atau di web, atau di
blog.</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Aih, ga dapet duit? Di mana asyiknya??</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: NaNoWriMo memang hanya untuk fun. Untuk penulis amatir, ini digunakan
untuk menyalurkan bakat menulis mereka atau menuangkan ide - ide yang
lama terpendam di otak. Untuk penulis profesional, tentu saja untuk
membuat karya baru yang nantinya akan diajukan ke penerbit.</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Wow, penulis profesional juga? Waduh kayaknya susah ya?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: Ha, ha, ha. Ngga juga sih. NaNo ini bukan saingan cerita siapa yang lebih
bagus atau lebih menarik. NaNo lebih sebagai tantangan bagi para Wrimos
untuk menulis 50 ribu kata sebelum tenggat waktu saja. Dan jangan salah
lho, NaNoWriMo juga bisa jadi ajang penulis amatir buat mengajukan karya
mereka ke penerbit. Banyak novel - novel bikinan para Wrimos yang
nantinya sukses di pasaran. Contohnya di Amerika Serikat sana adalah </span><a href="http://erinmorgenstern.com/" style="font-weight: bold;">Erin Morgensten</a><span style="font-weight: bold;"> dengan </span><a href="http://erinmorgenstern.com/the-night-circus/" style="font-weight: bold;">The Night Circus</a><span style="font-weight: bold;"> nya yang ditulis saat beliau mengikuti NaNoWriMo ini. (kalau yang dari Indonesia, ada banyak tuh. Beberapa diantaranya jadi penulis di G***s )</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Wah, aku jadi lumayan tertarik sama si Nano ini. Aku jadi pengen daftar juga. Gimana caranya?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A : Seneng nih saya bisa bikin kamu tertarik. Caranya gampang kok. Kamu tinggal klik ke webnya NaNoWriMo di </span><a href="http://www.nanowrimo.org/" style="font-weight: bold;">sini</a><span style="font-weight: bold;">.
Bikin akunnya, setelah divalidasi, tinggal diisi info tentang kamu,
novel yang kamu bikin apa, sinopsis dan cuplikannya. Jangan lupa untuk
mengatur region kamu ke Asia- Indonesia, ya. Karena banyak juga orang
Indonesia yang ikut NaNo ini. Lalu, main - main ke forum mereka di </span><a href="http://www.nanowrimo.org/en/regions/asia-indonesia" style="font-weight: bold;">sini</a><span style="font-weight: bold;"> . Siapa tahu ketemu teman baru dan di sana juga banyak para Wrimos yang berbagi pengalaman.</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Tapi aku bingung nih mau nulis apa? =(</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: Ha ha ha, awalnya saya juga sama kok. Tapi yang namanya ide itu
selalu ada. Di forum NaNo saya sering ketemu sama mereka yang suka
nulis fan fiction. Kalau kamu suka nulis fan fiksi, itu juga bisa
dicoba.Untuk event NaNo kali ini, saya lebih siap daripada saat pertama kali yang ngeblank. Sudah nyicil plotline dan beberapa karakter. Semoga aja juga bisa ngedesain cover, biar tambah semangat!</span><br />
<br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Betewe, ini event NaNo kamu yang keberapa sih?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: Yang ketiga. Yang pertama, sempat kenalan dengan ChrisMor, hahaha. Dan ternyata beberapa diantaranya menjadi penulis di salah satu penerbit. Wow! Untuk NaNo pertama bisa dibilang gagal banget sih, karena waktu itu pas keterima kerja. Jadinya ga sempat nerusin. Yang tahun kemaren malah saya lupa :D. Yang tahun ini, semoga saya bisa deh (yosss!!)</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : Terus ada rencana buat nerbitin novel kamu?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A
: Saya sih belum ada rencana kesana, karena jujur saja berusaha
konsisten untuk nulis setiap hari dan itu susahnya bukan main. Kadang
ada rajinnya, kadang malesnya minta ampun. Dan berhubung saya nulis
hanya untuk memenuhi kuota harian (1667 kata/ hari), jadinya bener -
bener ga pernah ngedit novel saya. Semoga saya bisa melakukannya setelah NaNo
ini selesai</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q: Apa sih yang kamu dapat dari event NaNo ini?</span><br />
<span style="font-weight: bold;">Terlalu
dini yah untuk itu. Sementara ini hal yang saya pelajari dari NaNo
adalah tentang disiplin dan konsistensi. Disiplin untuk memenuhi target
harian kamu dan konsistensi untuk terus menulis tiap hari.</span><br />
<br />
<span style="color: #993399; font-style: italic; font-weight: bold;">Q : *terpana* Waks, ya udah. Good luck ya buat event NaNo ini!</span><br />
<span style="font-weight: bold;">A : Yup, sama - sama.Ayo ikutan, masih ada waktu 12 hari lagi sebelum tanggal 1 November :D</span><br />
<br />
<br />
<span style="color: #3333ff; font-weight: bold;">Bagaimana?
Setelah membaca Q & A di atas, apa rasa penasaran kamu tentang
NaNoWriMo terjawab? Atau masih ada yang pengen kamu tanyakan? Jangan
segan tanya sama saya di kotak komen di bawah ini ya =) .Dan bagi Wrimos
yang baca pos ini, ayo semangat menulisnya!!</span><br />
<br />
<span style="color: #990000; font-weight: bold;">Tips - tips yang berkaitan dengan NaNoWriMo :</span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">http://www.mediabistro.com/galleycat/category/nanowrimo</span><br />
<span style="font-weight: bold;">http://nicolehumphrey.net/10-quick-tips-for-first-time-nanowrimo-participants/</span><br />
<span style="font-weight: bold;">http://wrimosftw.blogspot.com/</span><br />
<br />
<span style="color: #990000; font-weight: bold;">Bagi yang menyukai tantangan saat menulis :</span><br />
<span style="font-weight: bold;">http://writeordie.com/</span><br />
<br />
<span style="color: #990000; font-weight: bold;">Dan bingung memberi nama buat karakternya , apalagi kalo karakter dari luar negeri :</span><br />
<span style="font-weight: bold;">http://www.20000-names.com</span><br />
<br />
<br /></div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-12351294352245966432013-09-19T00:52:00.002-07:002013-09-19T00:52:26.041-07:00When He Smile : Part 4 (Final)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<i> </i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsDmhQut5ol2L0cQHmEymfsmcLkMOEoa398lgq5F53HZMD_WnbHK7NjghzFZ4tMIk01_sg3w9P3avaXbe8o5-Ud3ZDIw4mhdZ6RwMNL73sDzbG1ND_3zQmGzSy-vHyq6CMOCt5ZPGaiYg/s1600/x9gLUD1369901804.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsDmhQut5ol2L0cQHmEymfsmcLkMOEoa398lgq5F53HZMD_WnbHK7NjghzFZ4tMIk01_sg3w9P3avaXbe8o5-Ud3ZDIw4mhdZ6RwMNL73sDzbG1ND_3zQmGzSy-vHyq6CMOCt5ZPGaiYg/s1600/x9gLUD1369901804.gif" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #20124d;"><i><b>When He Smile</b> adalah awal mula cerita<b> Clay Evinrude</b>,
seorang pembasmi vampir. Ini adalah awal dari kisah balas dendam dan
kebencian Clay yang mendalam kepada vampir. Dan juga pertemuannya dengan
sahabatnya <b>Randolph Svenson</b> yang nantinya akan merubah kehidupan mereka. Selamat membaca :D</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i><b></b></i><br />
<i><b>Silakan baca part 1 cerita ini di <a href="http://renslittlestory.blogspot.com/2013/05/when-he-smile-bab-1.html">link ini </a>:) </b></i><br />
<i><b>Part 2 di <a href="http://renslittlestory.blogspot.com/2013/07/when-he-smile-bab-2.html" target="_blank">link ini</a> </b></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><b>Part 3 di <a href="http://renslittlestory.blogspot.com/2013/07/when-he-smile-bab-3.html" target="_blank">link ini</a></b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<i><b>Dan akhirnya sampai di bagian terakhir, part 4 </b></i></div>
<br />
<div class="storyText" style="text-align: center;">
********</div>
<div class="storyText">
</div>
<div class="storyText">
Titt…Titt…Titt…!!<br /><br />Uhh, suara bel. Jam berapa ini?<br /><br />Perlahan-lahan
kubuka mataku. Berat sekali rasanya. Ketika, akhirnya mataku bisa
kubuka sepenuhnya, aku melihat sekelilingku. Ternyata aku sudah ada di
kamarku. Bajuku pun tetap sama dengan yang kemarin kupakai.<br /><br />Pelan-pelan,
aku turun dari tempat tidur, lalu berjalan menuju cermin. Kulihat
bayanganku sendiri di cermin. Uhh, jelek sekali! Mataku lebam dan merah,
seperti habis ditinju orang. Rambutku berantakan, dan kepalaku sedikit
pusing.<br /><br />Aku tidak ingat apa yang terjadi semalam. Yang kuingat
hanyalah, tadi malam aku duduk di taman dengan Randalph.
Berbincang-bincang, lalu aku marah-marah kepadanya. Setelah itu aku
menangis. Tapi, apa yang terjadi setelahnya aku sama sekali tidak ingat.<br /><br />Aku
bergegas pergi ke wastafel. Mencuci mukaku, gosok gigi, lalu merapikan
rambutku. Setelah itu, aku turun ke bawah. Kepalaku masih pusing dan
telingaku berdenging.<br /><br />Ketika sudah sampai dibawah, aku melihat Randalph sedang duduk di meja makan, sembari minum teh.<br /><br />“Hai, Clay! Sudah bangun,yah! Sudah baikan?”<br /><br />“Ngg, yahh…!”<br /><br />“Tadi
malam kamu heboh sekali lho. Menangis dengan begitu kerasnya. Tapi
setelah itu, tangismu mulai mereda. Dan setelah berhenti, kamu langsung
tertidur. Pasti capek, yah, setelah menangis selama satu jam, he…he…he…”<br /><br />“Satu jam? Selama itu? Maaf, sudah merepotkanmu”.<br /><br />“Nggak,
nggak apa-apa kok! Oh, ya kamu mau minum teh buatanku ini? Aku baru
saja keluar membeli bahan-bahannya lo,” tawar Randalph, sambil
memberikan secangkir teh.<br /><br />Kuambil cangkir teh itu. Kalau
dilihat-lihat, tehnya sedikit aneh. Dan baunya agak mencurigakan. Tapi,
karena kasihan pada Randalph yang sudah membuatkan teh ini, kuminum saja
walaupun sedikit ragu-ragu.<br /><br />“Phuaaahhh!!! Hoeekkk, apa ini???”<br /><br />“Gimana? Enak, kan?”<br /><br />“Yang begini ini, kamu bilang enak?”<br /><br />“Lho,
harusnya kamu bersyukur loh, bisa minum teh ini. Hanya ada satu jenis
minuman teh seperti ini di dunia. Dan hanya aku yang bisa membuatnya Ini
resep rahasiaku!” jawab Randalph sambil senyum-senyum.<br /><br />“Rahasia? Apa yang kamu masukkan?” tanyaku sambil berusaha mencari air putih, karena rasanya yang benar-benar tidak enak.<br /><br />“
Campuran dari segala macam teh. Mulai dari darjeeling, ceylon, assam,
earl grey, dan sebagainya. Lalu aku tambahkan sedikit kopi dan satu
sendok penuh susu. Gulanya 3 sendok makan. Untuk menambahkan sedikit
citarasa, aku pakai sedikit bubuk merica dan pala. Oh, ya ditambah juga
dengan kayu manis.”<br /><br />Errrggghh!! Pantas saja, rasanya benar-benar
tidak enak. Dan, ketika ku lihat dapur….Arrgghhh, apa yang dia lakukan
pada dapurku? Kenapa jadi berantakan begini.<br /><br />“Randalphh…ini…?”<br /><br />“Ah, maaf, maaf, setelah ini akan kubersihkan, kok!”<br /><br />Ahh, setelah Randalph datang kesini, hidupku jadi kacau. Kacau!!<br /><br />Aku
langsung membersihkan dapur. Ketika aku menoleh ke meja makan, dia
malah bersiul-siul. Tahu kalau aku melihat ke arahnya, dia malah
tersenyum. Seolah-olah di wajahnya tertulis “Tolong bersihkan, ya”. Uhh,
aku tak tahan lagi.<br /><br />“Randalphh…”<br /><br />“Ya?”<br /><br />“Kenapa kamu diam saja melihat dapur yang berantakan itu?!!”<br /><br />“Loh, aku kan bilang, pasti akan kubersihkan, kok. Tidak usah repot-repot deh”.<br /><br />Errghh!! Aku benar-benar marah! Akhirnya kubersihkan dapurku sendirian<br /><br />“Sudah merasa enakan?”<br /><br />“Hah?”<br /><br />“Kalau sudah bisa marah-marah seperti itu, artinya sudah lega, kan?”<br /><br />“Apa maksudmu?”<br /><br />“Hmm, lebih baik kamu duduk disini saja”<br /><br />Aku
melepas spon untuk membersihkan meja dapur. Lalu berjalan ke arah meja
makan, setelah itu duduk diatas kursi yang telah disiapkan Randalph
untukku.<br /><br />“Ada apa?”<br /><br />“Wajahmu sedikit cerah hari ini”<br /><br />“Oh, ya?”<br /><br />Randalph tersenyum.<br /><br />“Aku…ingin mengucapkan terimakasih kepadamu…”<br /><br />“Terimakasih? Memangnya ada apa?”<br /><br />“Kalau bukan karena nasihatmu tadi malam, mungkin, aku akan terus menyimpan perasaan ini”.<br /><br />“Yah, tidak perlu terimakasih segala kok. Itu sudah kewajibanku sebagai sesama teman”<br /><br />“Teman?”<br /><br />“Iya, kita berdua teman kan?”<br /><br />Teman, ya? Satu kata yang pernah kuanggap sebagai duri dalam hatiku<br /><br />“Tapi, aku merasa…dengan peristiwa tadi malam, kamu sedikit berubah, Clay”.<br /><br />Berubah? Aku?<br /><br />“Yah, setidaknya, kamu bisa jujur pada hatimu sendiri. Itu yang paling penting sebelum kamu jujur pada orang lain”.<br /><br />“Jujur pada perasaan sendiri, ya?”<br /><br />“Ada
satu yang ingin kukatakan padamu, Clay. Tadi malam kamu bertanya,
kenapa aku bisa tegar seperti ini. Jawabannya sederhana, tawa dan
senyum”<br /><br />“Hah?”<br /><br />“Waktu itu, aku juga sama sepertimu. Rasa
sedih dan marah, hanyut jadi satu dalam tangisanku. Yah, aku juga
menangis sekeras-kerasnya, sama sepertimu. Lalu, Matt berkata kepadaku,<br /><br />“Kalau
ingin menangis, menangislah. Jangan pernah memendam apa yang ada di
hatimu. Keluarkan semuanya, apa yang membuat hatimu sakit. Lalu, nanti
sesudah kau menangis sampai airmatamu yang terakhir, tertawalah. Maka
hatimu akan menjadi lega…” sampai sekarang, kata-kata Matt terus
terpatri dalam hatiku ini. Tapi, aku yang sekarang ini sudah tidak bisa
menangis lagi. Mungkin, air mataku sudah habis waktu itu. Dan karena
tidak bisa menangis, jadi aku tertawa saja.”<br /><br />Tes!<br /><br />“Loh, Clay, kamu kok menangis lagi? Ada apa? Ada yang sakit, ya?”<br /><br />“Tidak, tidak apa-apa”.<br /><br />Tanpa
sadar, aku menangis lagi. Tapi, ini tidak sama dengan tadi malam. Entah
kenapa, hatiku merasa lega dan juga bahagia. Ingin rasanya aku tertawa.
Perasaan inilah, yang sudah aku pendam selama sembilan tahun, semenjak
kematian ayah dan ibu.<br /><br />“Randalph, terimakasih!”<br /><br />“Clay…, kamu…tersenyum?”<br /><br />Aku
tersenyum, ya aku tersenyum. Aku yang selama sembilan tahun ini tidak
pernah tersenyum. Bahkan, mungkin aku sudah lupa bagaimana caranya
tersenyum. Randalphlah yang membuka hatiku, menyadarkanku apa arti hidup
ini.<br /><br />“Terimakasih”<br /><br />“Yah, sama-sama. Kita ini, teman khan?”<br /><br />“Yah, teman”.<br /><br />“Kalau
begitu, ayo kita bersumpah disini. Apapun yang terjadi, walaupun salah
satu dari kita terpisah jauh, persahabatan kita tetap abadi!!” ujar
Randalph, sambil mengacungkan jari kelingkingnya.<br /><br />Aku mengaitkan jari kelingkingku ke jarinya. Lalu kami berdua saling tersenyum penuh arti.<br /><br />“Ya”, kataku,”apapun yang terjadi, kita ini adalah sahabat sejati!”<br /><br />*****<br /><br /><em> Mardalsfossen, 3 tahun kemudian </em><br /><br /><br />Sejak
perjanjian itu, kami berdua menjadi dekat. Suatu hari kami berniat akan
membentuk sebuah organisasi VH. Setelah mengurus ijin dan persyaratan
di VH Central Building, kami mencari nama organisasi. Semalaman kami
ribut mencari nama organisasi. Dan paginya, akhirnya kami menemukannya.<br /><br />Nama
organisasi kami adalah “LETFRANT”. Aku tak tahu artinya apa.
Randalphlah yang menemukan nama itu. Dan karena dia beranggapan kalau
nama itu keren, akhirnya kami memakainya. Awalnya anggota organisasi
kami hanya kami berdua. Lalu, berturut-turut mulai masuk anggota baru.<br /><br />Yang
pertama masuk adalah Nico Torin. Umurnya 19 tahun. Perawakannya biasa
saja, tapi dia sangat kuat. Sanggup mengangkat beban 500 kg. Penguasa
sihir barat. Identitas sebenarnya, adalah putra dari Master Penyihir
Barat, pimpinan AWWH(Association of West Wizard in Humavalea) yang
bermarkas di Berlin. Alasannya ikut sendiri, karena dia tidak mau jadi
penerus ayahnya. Alasan yang klasik sebenarnya. Kami menerimanya, ketika
kami baru saja mendaftarkan LETFRANT di VH Central Building. Pertemuan
pertama yang penuh kekacauan.<br /><br />Lalu, beberapa bulan kemudian,
sepasang cewek dan cowok yang masuk. Nama mereka Roderick Rutherford
yang selalu bergaya cowboy dan dipanggil Rod, dan Celia Rutherford, yang
suka bersikap keibuan, sekaligus satu-satunya wanita di LETFRANT.
Awalnya aku kira mereka adalah suami-istri atau kakak-adik, karena nama
belakang sama. Tapi setiap kutanya, mereka selalu bilang “rahasia”. Rod
adalah seorang pyrokinesis (sanggup mengendalikan api), sedangkan Celia
mampu menghinoptis orang dengan tariannya dan kemampuan meramal dengan
tarot (kami pernah terkena hipnotisnya). <br /><br />Anggota baru lainnya
adalah Akio Kazehayabashi, seorang pendeta dari negeri timur bernama
Shin Tokyo. Kemampuannya tidak bisa diremehkan. Dia ahli dalam sihir
timur dan menguasai angin. Lawan Nico, mereka seusia, tapi tetap jadi
teman. Walaupun begitu hobinya membuatku merinding, karena dia gemar
membuat boneka kutukan, dan bereksperimen dengan bonekanya. Emosinya
sepertinya agak tidak stabil.<br /><br />Anggota yang ketujuh adalah Lunar
Louisse. Kami memanggilnya Lou. Tidak ada yang istimewa darinya, kecuali
kenyataan kalau dia manusia serigala. Sukunya sudah punah karena
serangan Vampir dan dia ingin balas dendam. Setidaknya tujuannya hampir
sama denganku.<br /><br />Dan, anggota yang terakhir adalah Andrew Balthor.
Entah kenapa, aku merasa tidak cocok dengannya –kecuali Randalph yang
akrab dengan semua orang-. Kemampuannya di bidang komputer dan hacking.
Panggilannya adalah “Wired”. Walaupun aku tidak suka padanya, kuterima
juga (karena desakan Randalph, sebenarnya). Walaupun begitu, dia sangat
membantu jika kami ingin mencari informasi, yang tentunya “Top Secret”,
karena kemampuan hackingnya.<br /><br />Aku sendiri menjadi pemimpin
LETFRANT, dan wakilnya Rod. Randalph tidak mau menjadi pemimpin, dia
malah menunjukku. Katanya, ”Kamu punya bakat jadi pemimpin”. Dia tidak
mau menjadi pemimpin atau wakil. Hanya minta kedudukan sebagai “anggota
istimewa”.(ada-ada saja).<br /><br />Sebagai pemimpin, aku harus memahami
anak buahku. Awalnya sulit memang. Tapi, dengan bantuan Randalph, hal
itu bisa kuatasi. Terus terang, aku kurang bisa bersosialisasi.<br /><br />Hari
ini, usiaku 22 tahun. Tak terasa sudah 12 tahun aku hidup mandiri. Aku
pun mulai bisa membiasakan diri dengan LaMu, walaupun tidak jarang dia
selalu mencemoohku. Aku juga mulai terbiasa dengan anggota LETFRANT yang
lain (kecuali Wired, yang entah kenapa, selalu ada yang mengganjal
hatiku). Aku juga mengganti penampilanku. Rambutku sudah panjang, dan
aku tidak pernah berniat memotongnya. Jika tidak tahu, banyak yang
mengira aku adalah Vampir sejati, walau kenyataannya, di dalam tubuhku
juga ada Vampir.<br /><br />Aku menikmati hari-hari itu, sampai suatu hari
Randalph akan pergi. Aku sendiri baru tahu dari Rod, kalau pagi itu
Randalph akan berangkat.<br /><br />“Kamu mau pergi kemana?”<br /><br />“Ah, Clay. Sudah dengar dari Rod, ya”.<br /><br />“Jadi, berita itu benar? Kamu akan meninggalkan Mardalsfossen ini.”<br /><br />“Yah, aku akan pergi ke Alcarta”.<br /><br />“Alcarta? Untuk apa?”<br /><br />“Entahlah, ada sesuatu yang menarikku kesana. Tadi malam aku mendapat “penglihatan”, dan ada yang menyuruhku pergi kesana.”<br /><br />“…”<br /><br />“Aku juga sudah bertanya ke Celia. Dan ternyata ramalannya memang benar. Ada sesuatu yang menantiku disana”<br /><br />“Kamu…tidak akan kembali?”<br /><br />“Ahh, tentu saja tidak. Kalau urusanku sudah selesai, aku pasti akan kembali kesini lagi”<br /><br />“Begitu, ya. Kalau begitu pergilah!”<br /><br />“Hmm, kalau kamu kangen, aku sudah siapkan satu galon teh"<br /><br />“Tidak usah! Kamu pikir sudah berapa orang yang hampir keracunan, karena minum teh buatanmu itu.”<br /><br />“Ha..ha..ha..!! Sampai segitunya. Baiklah, aku berangkat dulu ya. Aku titip LETFRANT dan sampaikan salamku pada yang lain,”<br /><br />“Randalph!”<br /><br />“Yah?”<br /><br />“Kita ini teman kan?” tanyaku.<br /><br />“Tentu saja!”jawab Randalph.<br /><br />Aku
mengantar kepergian Randalph ke Alcarta. Seperti janji kami dulu,
walaupun salah satu dari kami terpisah jauh, dan apapun yang terjadi,
persahabatan kami berdua akan tetap abadi. Waktu itu, aku tak
menyadarinya, bahwa Randalph akan membawa seseorang yang nantinya, akan
berpengaruh besar pada Humavalea dan Varua…<br />*****<br /><br />“Clay, Clay, bangun! Sudah siang!”<br /><br />Nggh. Siapa yang membangunkan aku? Bukannya aku tadi sudah bangun? Apa aku tertidur lagi?<br /><br />“Oh, My God! Clay, kenapa kamu bisa tidur sambil berdiri? Tidur di dekat jendela,lagi! Kalau ada yang melihat, bagaimana?”<br /><br />Ah,
ternyata itu suara Celia. Rupanya, waktu sedang mengingat masa laluku
tadi, aku ketiduran dan bermimpi. Dan, suara Celia menghentikan mimpiku,
ibarat sebuah film yang rollnya sudah selesai berputar.<br /><br />“Ada apa Celia? Kenapa ribut-ribut? Aku masih ngantuk! Kalau ada urusan nanti saja,” pintaku sambil setengah menguap.<br /><br />“Nantimu itu berapa jam?” tanya Celia.<br /><br />“Entahlah, mungkin sekitar 15 jam lagi” jawabku, sambil siap-siap untuk tidur lagi.<br /><br />Aku
benar-benar kecapekan. Tadi malam, aku menghadiri rapat di VH Central
Building, dan terus terang, aku bosan mendengar para kakek reyot
petinggi organisasi berteriak-teriak membahas masalah yang sebenarnya
sudah ketinggalan jaman.<br /><br />“Tidak bisa! Ayo, Clay, kita harus siap-siap! Kita kedatangan tamu istimewa! Ayo, cepat bangun”<br /><br />“Tamu istimewa? Siapa? Kalau orang-orang petinggi organisasi yang datang, bilang aku tidak ada di tempat!”<br /><br />“Bukan, Clay! Hari ini, aku meramal tarot. Dan hasilnya bagus sekali! Coba tebak siapa yang datang?”<br /><br />“Siapa? Aku malas main tebak-tebakan denganmu Celia”.<br /><br />“Randalph!
Randalph sudah pulang dari Alcarta. Selain itu dia juga membawa anggota
baru. Jika tidak ada halangan, mereka akan sampai satu jam lagi”.<br /><br />“Apa? Randalph? Datang satu jam lagi? Kenapa kau tidak bilang Celia? Aku harus siap-siap!”<br /><br />“Dasar! Dibilangin dari tadi juga”.<br /><br />Randalph
datang! Tergesa-gesa, aku mencuci muka dan merapikan rambutku lalu
berpakaian. Akhirnya setelah ½ tahun pergi ke Alcarta, dia pulang juga.
Membawa anggota baru, siapa dia kira-kira?<br /><br />Setelah berpakaian
rapi, aku langsung pergi ke bangsal. Tapi tidak ada siapa-siapa disana.
Kecuali hanya ada satu orang. Seorang cowok. Mungkin usianya sekitar 17
tahun.<br /><br />“Permisi, boleh tahu dimana toiletnya?”<br /><br />“Ah, eh, iya! Disana, belok kiri, lalu jalan terus!” jawabku sedikit gelagapan. Walaupun laki-laki, wajahnya manis sekali.<br /><br />“Thanks!
Oh, ya kamu manusia atau Vampir? Kelihatannya kamu manusia ya, walaupun
penampilanmu seperti Vampir. Sekali lagi, thanks!” jawab anak cowok
itu, lalu dia berlari menuju ke arah yang sudah kutunjuk.<br /><br />Anak yang banyak bicara seperti Randalph, pikirku. Tapi, aku harus bergegas. Mungkin mereka semua ada di luar...<br /><br />Duarrrr!!!!<br /><br />Apa itu tadi? Ada ledakan?<br /><br />Mendengar
suara ledakan, aku langsung berlari ke arah suara itu. Tapi, sesaat
setelah ledakan itu, terdengar suara pistol. Siapa yang memakai pistol?
Di LETFRANT tidak ada yang memakai pistol.<br /><br />Jawabannya baru
kuketahui setelah sampai disana. Rupanya, ada beberapa Vampir yang
menyerang markas LETFRANT. Mungkin karena sebelumnya, kami mengadakan
perburuan besar-besaran terhadap para Vampir. Dan mereka pasti ingin
membalas dendam teman-temannya yang telah kami tangkap. Tapi, lagi-lagi
aku terkejut. Yang menghadapi mereka adalah anak cowok yang baru saja
kutemui.<br /><br />Aku terpana. Tak kusangka, dia hebat sekali. Dengan
senjata dua pistol, dia menembaki para Vampir. Pelurunya adalah peluru
perak. Dia terus menembaki Vampir itu. Hebat sekali! Jumlah Vampir itu
ada sekitar 20-an dan dia menghadapinya sendirian.<br /><br />Sedetik
kemudian, dia mulai terdesak. Dan, rupanya datang bala bantuan. Cih,
sialan! Beraninya main keroyokan. Akhirnya aku pergi untuk menolongnya.
Kulayangkan seranganku pada Vampir-Vampir itu. Beberapa diantara mereka
roboh kena seranganku.<br /><br />“Kau, tidak apa-apa?”tanyaku sambil mendekati dia.<br /><br />“Ah, orang yang tadi, ya?”<br /><br />Tiba-tiba mereka semua mengepungi kami. Hmm, mungkin mereka mengira bisa menang melawanku dengan cara ini.<br /><br />“Hei!”<br /><br />“Yah?”<br /><br />“Kau bisa menembaki mereka semua khan?”<br /><br />“Tentu saja! Tembakanku selalu tepat 100 %!”<br /><br />“Baiklah, mulai hitungan ketiga. Satu…dua…tiga…!!”<br /><br />Setelah
hitungan ketiga, aku langsung melayangkan seranganku, dan dia menembaki
para Vampir itu. Tidak sampai hitungan menit. Semuanya sudah roboh.<br /><br />“Ah,
terimakasih! Berkat kakak, aku terbantu!! Aku kaget sekali. Ketika mau
ke toilet,tiba-tiba dindingnya hancur. Untung aku bawa dua pistol
kesayanganku ini. Oh, ya kita baru bertemu, namaku Milliard. Nama kakak
siapa?”<br /><br />“Eh, aku?”<br /><br />Tiba-tiba saja pintu dibelakangku terbuka lebar. Lalu…<br /><br />“Clayy!!! Lama tak bertemu!”<br /><br />Suara yang sudah lama kukenal. Suara Randalph.<br /><br />“Randalph!! Bagaimana, kabarmu? Baik saja-saja kan?”<br /><br />Kami berdua lalu berpelukan. Rasanya sudah lama sekali, sejak Randalph pergi.<br /><br />“Yah, baik-baik saja. Engg, Milliard? Kenapa disini?”<br /><br />Aku melepaskan pelukanku, lalu bertanya,<br /><br />“Kau kenal dengan anak ini, Randalph?” tanyaku, sementara semuanya sudah masuk ke bangsal tempat kami berdiri.<br /><br />“Yah,
namanya Milliard Saga! Dia dari Alcarta, usianya 18 tahun. Dan,
kemampuannya menembaknya tidak diragukan lagi. Dia nomor satu di
Alcarta. Baru saja lulus sekolah, karena itu aku mengajaknya kesini.
Bagaimana? Dia cukup tangguh lo! Masih ada tempat, kan?”<br /><br />“Yah, tentu saja! Ternyata nama lengkapmu Milliard Saga, ya”.<br /><br />“Ya!”<br /><br />“Namaku
Claude, Claude C. Evinrude. Panggil saja Clay. Aku pimpinan LETFRANT,
aku dengar dari Randalph, kemampuan menembakmu no 1, dan aku sudah
melihatnya sendiri. Kalau tidak keberatan, maukah kau bekerjasama dengan
kami?”<br /><br />“Tentu saja! Aku kesini dengan harapan bisa mencapai tujuanku!”<br /><br />“Tujuan?”<br /><br />“Yah,
aku dengar orang2 yang masuk kesini adalah orang2 yang memiliki dendam
pada para Vampir. Aku ingin masuk ke organisasi untuk mencari Vampir
yang membunuh kedua orangtuaku dan kakakku!”<br /><br />Milliard
mengucapkannya dengan tegas. Dan dari sorotan matanya, aku seolah
melihat diriku sendiri. Hati yang diselimuti dengan dendam.<br /><br />“Yah, kalau itu keinginanmu, Milliard. Kalau begitu…”<br /><br />Aku melihat ke arah Randalph. Dia hanya tersenyum dan berbisik, “terima saja”. Lalu, aku melihat Milliard. Anak ini<br /><br />sungguh-sungguh. Tidak ada jalan lain kecuali mengijinkannya masuk LETFRANT.<br /><br />“Baiklah Milliard… Selamat datang di LETFRANT!!”.<br /><br /><div style="text-align: center;">
<strong> **THE END** </strong></div>
</div>
<br />
<b><br /></b>
<b>Kisah Clay Evinrude telah berakhir. Karena ini adalah prototype, maka banyak kalimat yang aneh, mengingat saya menulisnya saat SMA. Saya sudah menulis kisah terbaru Clay, yang namanya saya ganti. Beberapa kalimat yang saya rasa tidak enak dibaca, juga telah diganti. Saya menulisnya dalam bahasa Inggris, yang tentunya not gramatically correct, karena bahasa native saya kan bukan bahasa Inggris. </b><br />
<b><br /></b>
<b>Seperti biasa, jika ada yang mau memberi saran, atau kritik, you are very welcome ^_^</b></div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-9629679699429433092013-07-30T01:14:00.001-07:002013-07-30T01:14:44.299-07:00When He Smile : Bab 3<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<i> </i><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsDmhQut5ol2L0cQHmEymfsmcLkMOEoa398lgq5F53HZMD_WnbHK7NjghzFZ4tMIk01_sg3w9P3avaXbe8o5-Ud3ZDIw4mhdZ6RwMNL73sDzbG1ND_3zQmGzSy-vHyq6CMOCt5ZPGaiYg/s1600/x9gLUD1369901804.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsDmhQut5ol2L0cQHmEymfsmcLkMOEoa398lgq5F53HZMD_WnbHK7NjghzFZ4tMIk01_sg3w9P3avaXbe8o5-Ud3ZDIw4mhdZ6RwMNL73sDzbG1ND_3zQmGzSy-vHyq6CMOCt5ZPGaiYg/s1600/x9gLUD1369901804.gif" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> </i><span style="color: #20124d;"><i><b>When He Smile</b> adalah awal mula cerita<b> Clay Evinrude</b>,
seorang pembasmi vampir. Ini adalah awal dari kisah balas dendam dan
kebencian Clay yang mendalam kepada vampir. Dan juga pertemuannya dengan
sahabatnya <b>Randolph Svenson</b> yang nantinya akan merubah kehidupan mereka. Selamat membaca :D</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Maaf karena menunggu lama untuk Part 3 nya ^_^". </b></i><br />
<i><b>Silakan baca part 1 cerita ini di <a href="http://renslittlestory.blogspot.com/2013/05/when-he-smile-bab-1.html">link ini </a>:) </b></i><br />
<i><b>Dan part 2 di <a href="http://renslittlestory.blogspot.com/2013/07/when-he-smile-bab-2.html" target="_blank">link ini</a> </b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat pertemuan pertamaku dengan Randalph, kami berdua saling bekerjasama dalam memburu Vampir. Tak jarang kami juga bersaing siapa duluan yang berhasil mengalahkan Vampir buruan. Dibandingkan denganku yang lebih sering pakai tangan kosong -karena aku tidak ingin memakai Balmung jika tidak terdesak-, Randalph memakai senjata. Senjatanya sendiri adalah seuntai benang. Bukan sembarang benang, benang itu terbuat dari besi. Dan dengan benangnya itu, Randalph sanggup memotong, bahkan menembus jantung Vampir buruannya.<br /><br />Dan, dia memang benar-benar kuat. Sudah banyak Vampir yang diburunya, dan herannya ternyata banyak penduduk Mardalsfossen yang kenal dia. Randalph sangat menikmatinya. Dia selalu tersenyum setiap disapa oleh orang yang bahkan mungkin tidak dia kenal sama sekali. Hal yang sudah lama kulupakan.<br /><br />Sudah genap satu tahun kami berdua bekerjasama dalam membasmi Vampir. Lama-kelamaan aku mulai mempercayainya dan –walaupun mungkin aku tidak mau mengakuinya- aku mulai mengganggapnya sebagai teman, daripada sekedar partner. Sepertinya Randalph juga menganggapku demikian. Tapi, aku sama sekali tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya ataupun kehidupannya sebelum bertemu denganku. Randalph selalu menutupinya.<br /><br />Dan tanpa kusadari, entah kenapa, setiap berbicara dengan Randalph, apa yang ada di otakku semuanya mengalir dengan lancar lewat mulutku. Selama ini, aku tak pernah berbicara panjang lebar dengan orang lain. Apalagi mengutarakan apa yang ada di hatiku. Randalph sudah mengubah diriku selama satu tahun ini.<br /><br />Sampai di suatu sore hari, seusai pergi ke rumah klien, dan mendapatkan bayaran, Randalph mengajakku ke sebuah taman. Kami lalu duduk di sebuah bangku.<br /><br />“Hmm, popcorn ini memang enak sekali. Mau, Clay?”<br /><br />“Tidak, terima kasih! Ada apa kamu mengajakku kesini Randalph?”<br /><br />“Loh, sekali-kali santai juga nggak apa-apa kan?! Lagipula taman ini sepi ya, tidak ada siapa-siapa. Dari sini kita bisa melihat matahari terbenam, itu indah sekali lho! Kamu pernah melihatnya, Clay?”<br /><br />Melihat matahari terbenam? Aku sering melihatnya tapi aku sama sekali tidak menikmatinya. Apakah matahari terbenam itu sebegitu indahnya? Apakah itu bukan suatu pertanda bahwa setelah matahari tenggelam, kegelapan malam yang akan datang. Dan, kegelapan itu bagi kami, VH adalah suatu surga, karena Vampir berkeliaran dimana-mana jika hari sudah gelap.<br /><br />“Tidak, aku tidak pernah melihatnya” jawabku berbohong.<br /><br />“Hmm, sayang padahal indah sekali!”<br /><br />“Randalph..”<br /><br />“Ya?”<br /><br />“Aku ingin mengusulkan sesuatu”<br /><br />“Apa? Silahkan saja! Jarang-jarang kamu ngomong begitu”.<br /><br />“Menurutku, benang yang terbuat dari besi itu tidak begitu bagus. Jika dipakai untuk membunuh Vampir, bukannya darah Vampir akan membuat benang besimu berkarat?”<br /><br />“Hmm, betul katamu, tapi hanya logam ini yang sanggup memotong-motong dan menembus jantung Vampir. Lagipula ini warisan dari guruku”<br /><br />“Kalau begitu maaf, mungkin aku tidak sopan, tapi, akan lebih baik kalau kamu mengganti benangnya dengan logam yang lebih baik”<br /><br />Kupikir dia akan tersinggung mendengar ucapanku, tapi ternyata sama sekali tidak. Dia justru menerima usulanku.<br /><br />“Hmm, baiklah. Menurutmu logam apa yang cocok untuk mengganti benang besiku ini?”<br /><br />“Cle…Clementium. Logam ini daya tembusnya lebih baik dari besi, lagipula tidak akan berkarat walaupun terkena darah Vampir. Jadi, tidak perlu dibersihkan. Hanya saja untuk bisa menggunakannya harus memakai sihir”.<br /><br />“Sihir! Kalau itu kan, selama ini juga aku selalu memakai sihirku untuk mengendalikan benang besiku itu”.<br /><br />“Maksudku, sihir yang lebih kuat. Clementium bukan logam biasa, melainkan logam yang sangat langka.Mungkin saat ini di Humavalea, hanya ada sedikit Tapi, dia jauh lebih kuat dari besi dan lebih berat. Selain itu daya tembusnya lebih hebat dari logam manapun. Kalau kau memakai sihirmu yang sekarang, pastinya…”<br /><br />“Clay… thanks atas perhatianmu. Tapi kalau tidak dicoba, kita mana bisa tahu. Aku ingin mencobanya. Kau tahu dimana tempatnya?”<br /><br />Aku hanya diam saja. Randalph sangat optimis. Dia yakin bahwa dia sanggup memakai Clementium. Padahal selama ini kudengar tidak ada yang sanggup menggunakannya.<br /><br />“A..aku tahu. Sebenarnya, aku pernah mendapatkannya dari seorang klien yang awalnya kuanggap tak tahu diri. Dia tidak membayarku dengan uang, tapi dengan Clementium. Awalnya aku sama sekali tidak tahu apa kegunaannya. Lalu, waktu aku pergi ke pusat VH di Mardalsfossen, aku baru tahu itu apa. Tapi, tetap saja aku tidak membutuhkannya. Jadi kalau kau mau…”tawarku.<br /><br />Tiba-tiba saja dia menggenggam tanganku dan matanya bersinar-sinar. Aku jadi kaget sendiri. Randalph memang sering seperti itu.<br /><br />“Tentu saja! Yes! Tidak perlu susah-susah mencarinya.. Sebenarnya aku tidak mau menggantinya, tapi kalau ada yang lebih bagus kenapa tidak dicoba? Ngomong2 kamu jujur sekali yah, bilang kalo klienmu tidak tahu diri,hahaha!”<br /><br />Mukaku sedikit memerah. Baru kali ini aku dibilang jujur.<br /><br />“Mm, begitu ya. Baiklah kalau sudah pulang, aku akan memberikannya kepadamu”.<br /><br />“Sipp!! Nanti biar aku yang mengolahnya menjadi benang!”<br /><br />“Randalph…”<br /><br />“Ya?”<br /><br />“Aku ingin menanyakan sesuatu. Mungkin ini akan sedikit menyinggung perasaanmu”<br /><br />“Ya, apa?”<br /><br />“Kenapa, matamu yang sebelah kiri kau tutupi dengan kacamata yang lensanya cuma satu? Apa itu tidak terlihat aneh?”<br /><br />“Oh,ini ya?” tanyanya sambil menunjuk kacamata lensa satunya itu.<br /><br />“Hmm…”<br /><br />“Panjang ceritanya. Kau mau kuceritakan?”<br /><br />Aku mengangguk.<br /><br />“Ini sebenarnya juga berhubungan dengan masa laluku”.<br /><br />Aku teringat, dulu Randalph pernah bilang bahwa masa lalunya lebih menyedihkan dari masa laluku.<br /><br />“Ah, maaf, bukan maksudku..”<br /><br />“Nggak masalah, aku akan menceritakannya. Dengarkan baik-baik ya. Waktu aku masih kecil dulu, ibuku sering menyiksaku. Kau pasti tidak percaya, tapi itu adalah kenyataan”.<br /><br />Disiksa, bagaimana mungkin? Apakah ibu Randalph sekejam itu?<br /><br />“Mulai darimana enaknya, ya? Hmm, cerita ini kudengar dari salah satu familiku. Sebelum aku lahir, ibuku kabur dari rumah bersama kekasihnya Alasannya waktu itu, nenek dan kakekku tidak menyetujui hubungan mereka. Kekasih ibuku, atau ayahku itu tidak punya asal-usul yang jelas dan dia juga hilang ingatan, jadi mereka tidak mau ibuku menikah dengan ayahku.<br /><br />Ayah dan ibu yang kawin lari lalu tinggal di rumah ayah yang ada di Corvus. Setahun kemudian, aku lahir. Saat itu kami benar-benar bahagia. Ayah yang tampan dan ibu, walaupun dia tidak begitu cantik, senyumnya indah sekali.<br /><br />Enam tahun bersama orangtuaku bagaikan mimpi. Suatu hari, Ayah meninggalkan ibu tanpa alasan yang jelas. Saat itu juga bencana dimulai.<br /><br />Sejak saat itu ibu mengasuhku sendirian. Awalnya kami berdua saling menyayangi. Sampai, ibuku mengetahui bahwa aku punya kekuatan tersembunyi, dia sangat marah sekali. Aku masih ingat kata-katanya waktu itu, “Randalph, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak tahu bahwa itu kekuatan Vampir?”<br /><br />Ah, tentu saja aku bingung. Mengapa apa yang kulakukan, dibilang seperti Vampir. Sejak saat itu, dia selalu menyiksaku dengan harapan, kekuatanku akan hilang dengan sendirinya. Tengah malam dia selalu menangis dan berdoa, kenapa ayah meninggalkan kami, kenapa aku harus punya kekuatan yang aneh begini?<br /><br />Hal itu terus berlangsung sampai umurku 12 tahun. Bekas siksaan ibu pun masih terlihat jelas di tubuhku.Tapi, waktu itu aku sama sekali tidak mengeluh ataupun mengadukan pada orang lain. Karena aku yakin, ibu melakukannya demi diriku dan itu karena dia sangat sayang padaku.<br /><br /><br />Walaupun begitu, keyakinan itu mulai pudar, seiring dengan semakin seringnya ibuku menyiksaku. Sampai puncaknya, pada malam itu..”<br /><br />Aku terpaku mendengar ucapan Randalph. Aku tak menyangka masa lalu Randalph sebegini pahitnya. Selama ini aku selalu menganggap bahwa masa laluku yang paling suram. Ternyata masa lalu Randalph jauh lebih menyakitkan.<br /><br />“… malam itu, aku mengeluarkan kekuatanku untuk membunuh Vampir yang hendak menyerang ibuku. Tapi, rupanya ibuku tidak menyukainya, bahkan menangis histeris. Dia lalu menampar dan memukulku, sambil berteriak, “Anak Vampir!! Karena kamu ayahmu meninggalkan kita”.<br /><br />Aku sama sekali tidak mengerti, apa benar ayah meninggalkan ibu karena aku? Setelah puas memukulku, ibu mengambil pisau yang ada di sebelahnya, lalu dia berkata,”Seharusnya kamu tidak punya kekuatan itu, karena ayahmu, kamu jadi begini Randalph!! Apalagi matamu, aku tidak suka melihatnya, karena mengingatkanku pada ayahmu!!. Lebih baik aku tidak melihat mata itu untuk selamanya!!!”<br /><br />Ibu lalu menusuk mataku yang sebelah kiri dengan pisau itu. Rasanya sakit sekali.Aku memegang mata yang ditusuk. Darah terus mengucur keluar. Lalu, kulihat, ibu hendak menusuk mataku yang sebelah kanan. Tapi, waktu itu, tetangga di sebelah rumah yang mendengar keributan di rumahku, datang, dan menghentikan ibuku Aku sendiri pingsan, dan tidak ingat apa-apa lagi.<br /><br />Ketika sadar, aku sudah ada di rumah sakit. Mereka bilang aku tidak sadarkan diri selama seminggu. Mata sebelah kiriku sudah dibalut. Dan dokter mengatakan bahwa mata kiriku buta permanen. Aku menanyakan ibuku. Tapi jawaban dokter sangat mengejutkan.<br /><br />Ibuku meninggal. Waktu aku dibawa ke rumah sakit, ibuku mengamuk. Untuk menenangkannya, dokter menyuntikkan obat penenang. Untuk sementara dia bisa tenang. Lalu setelah itu, entah apa yang dilakukan ibu selama dua hari. Kata tetanggaku, dia mengurung diri di kamarnya. Lalu,esok harinya ibu ditemukan tewas.<br /><br />Mulanya mereka mengira ibu bunuh diri dengan menusuk jantungnya. Tapi, di sekitar ibu terdapat bulu hitam, seperti bulu sayap Vampir…”<br /><br />“Vampir? Ibumu dibunuh Vampir?”<br /><br />“Entahlah. Sebenarnya, malam sebelum ibu dibunuh, tetanggaku mendengar pertengkaran di kamar ibu, waktu itu ibu meneriakkan, “Tidak bisa!! Apapun yang terjadi, Randalph adalah anakku. Tidak akan kuserahkan kepada kalian!!” Lalu setelah itu, senyap, dan keesokan harinya, yah seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya.<br /><br />Dokter lalu menyerahkan sebuah surat kepadaku. Katanya, itu adalah wasiat dari ibuku. Lalu, aku segera membacanya, di surat itu ibu menceritakan alasan kenapa selama ini ibu selalu menyiksaku. Tapi, aku tidak bisa menceritakannya padamu, itu rahasia antara aku dan ibuku.”<br /><br />“Tidak apa-apa, teruskan saja…”<br /><br />Randalph menghela nafas panjang. Kelihatan sekali bahwa dia merasa berat untuk menceritakan masa lalunya.<br /><br />“Baiklah, setelah membaca surat ibu, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tahu, semua yang dilakukan ibu adalah, karena dia sangat menyayangiku. Selain surat , dia juga meninggalkan sebuah kalung, yang sampai saat ini terus kupakai.<br /><br />Setelah itu, ketika aku masih dirawat di rumah sakit, ada seseorang yang datang menjengukku. Aku sama sekali tidak kenal dia, tapi orangnya baik sekali. Dia bilang, dia yang akan mengasuhku setelah aku keluar dari rumah sakit. Akhirnya, setelah aku keluar dari rumah sakit, aku tinggal dirumahnya, masih tetap di Corvus.<br /><br />Aku tinggal dengannya selama 4 tahun. Dari dia juga, aku mempelajari cara mengendalikan benang. Dia rupanya tahu kalau aku sanggup mengendalikan benang dengan sihir, sehingga dia mengajarkan semua ilmunya padaku. Baru, pada saat itu aku tahu siapa dia.”<br /><br />“Maaf kalau aku memotong ceritamu, tapi aku pernah dengar bahwa, di Corvus, ada orang yang juga sanggup mengendalikan benang sama sepertimu. Kalau tidak salah, julukannya adalah, Heart of String”.<br /><br />“Ya, betul. Dia adalah guruku. Nama aslinya sebenarnya adalah Matthew O’Donnell. Aku biasa memanggilnya Matt. Selama 4 tahun aku berguru padanya. Kacamata lensa satu ini juga pemberiannya. Setelah aku menguasai seluruh ilmunya, Matt menyuruhku pergi. Katanya, tidak baik menimba ilmu hanya dari satu orang, carilah pengalaman di luar. Waktu itu, umurku 16 tahun.<br /><br />Aku tak pernah tahu kalau Matt akan meninggalkanku selama-lamanya. Tiga bulan setelah aku keluar dari rumah Matt, aku kembali untuk menengoknya, karena tanpa sengaja, aku melihat “masa depannya”. Di masa depan itu, aku melihat Matt tewas terbunuh.Dugaanku benar, sesampainya di sana, di depan rumah Matt telah berkumpul banyak orang. Kata mereka, malam sebelumnya, Matt terlibat pertengkaran dengan seseorang.<br /><br />Aku lalu masuk ke kamarnya, dan ketika melihat mayatnya, aku teringat ibuku. Ibuku meninggal dengan cara yang sama. Aku lalu menyimpulkan, bahwa yang menyebabkan tewasnya ibuku dan Matt adalah orang yang sama. Lalu, dengan benang besi peninggalan Matt, aku mengikuti ujian VH dan sebulan sesudahnya, aku menjadi VH.<br /><br />Alasanku menjadi VH adalah, aku ingin tahu siapa yang telah membunuh ibuku dan Matt, lalu, aku juga ingin tahu siapa ayahku dan alasan kenapa dia meninggalkanku.”<br /><br />“Kalau begitu, kenapa kau malah mengajakku menjadi partnermu, Randalph? Kau ‘kan bisa mengajak orang lain?”<br /><br />“Hmm, waktu masih menjadi VH di Corvus, aku mendengar tentangmu. Waktu itu, entah kenapa, aku merasa, kalau aku bertemu denganmu, aku bisa mendapatkan petunjuk. Terus terang, waktu pertama kali melihatmu, aku merasa kita orang yang sama. Kita berdua sama-sama dikuasai oleh dendam. Kalau kau dendam pada pembunuh orangtuamu, aku justru dendam pada ayahku.<br /><br />Kau pasti bertanya kenapa aku harus dendam padanya, tentu saja karena dia telah meninggalkan aku dan ibuku, dan tega membuat ibuku menderita Kalau aku yang menderita, itu tidak apa-apa, tapi aku benci padanya karena dia juga mewariskan kekuatan aneh kepadaku. Aku bersumpah, suatu saat nanti, kalau aku bertemu dengannya, aku akan membunuhnya saat itu juga!”<br /><br />Sambil mengatakan hal itu, tiba-tiba raut wajah Randalph berubah. Tatapan matanya berubah menjadi mengerikan, ketika dia membicarakan ayahnya. Hatiku sampai bergetar melihat tatapan mata Randalph yang penuh dengan kebencian. Sosok yang tak pernah kutemui dari diri Randalph yang selalu ceria itu.<br /><br />“Aaah, aku jadi terlalu banyak bicara. Maaf, ya, kau pasti capek mendengar ceritaku ini!!”<br /><br />Raut wajah dan tatapan matanya berubah lagi. Dia sudah berubah menjadi Randalph yang seperti biasanya. Walau, sejujurnya, aku sempat takut melihat tatapan matanya tadi.<br /><br />“Randalph, apa kau tak merasa terganggu dengan matamu yang hanya satu itu, kenapa harus memakai kacamata, kenapa bukan penutup mata?”<br /><br />“Gimana ya ngomongnya. Mmm, alasannya sih…, kalau penutup mata nanti kelihatan seperti bajak laut, he… he..he..” jawab Randalph dengan ceria.<br /><br />Aku hanya bengong. Seharusnya aku tidak menanyakan hal itu padanya. Dia selalu ceria dan tanpa beban. Walaupun berat, dia sangat tegar dalam menjalani hidupnya. Kenapa dia bisa sekuat itu?<br /><br />“Ngg…boleh tanya lagi?”<br /><br />“Apa? Silakan tanya apa saja tentang Randalph. Aku pasti akan menjawabnya dengan senang hati”.<br /><br />“Sejak kapan kau bisa melihat masa lalu dan masa depan?”<br /><br />“Mmm, kapan ya, tepatnya? Kalau tidak salah sejak mataku ditusuk ibu , sejak saat itu aku bisa melihat masa lalu dan masa depan seseorang. Kalau masa lalu, yang pertama kali kulihat adalah entah masa lalu siapa, karena banyak sekali yang aku lihat. Sedangkan, waktu melihat masa depan, yang pertama kali kulihat adalah masa depan Matt. Yah, kalau dipikir-pikir, kemampuanku ini unik. Aku bisa melihat masa lalu seseorang kapan saja, tapi kalau masa depan, hanya kadang-kadang saja. ”<br /><br />“Itu bagus kan?! Setidaknya, kalau kamu tidak tahu masa depan, kamu tidak perlu menderita. Dan, apapun yang terjadi di masa depan orang yang kamu lihat, tidak ada hubungannya dengan kita. Masa depan yang seperti apapun tidak akan bisa diubah,” <br /><br />“Walaupun begitu, masih ada kemungkinan untuk diubah,kan?” tanya Randalph santai.<br /><br />Aku terkejut mendengar ucapannya.<br /><br />“Apa yang mau kamu lakukan, apa kamu ingin mengubah masa depan dari orang yang kamu lihat. I..itu melawan takdir! Apa kamu tidak tahu dengan mengubah masa depan dari orang itu, bukannya kamu yang akan susah. Karena kamu akan dianggap sebagai orang yang aneh, dan bahkan juga iblis, karena kamu bisa “melihat” ! ”<br /><br />Ah..apa yang kukatakan? Tiba-tiba saja aku jadi emosi seperti ini. Aku tahu kemampuan Randalph hampir sama seperti aku. Kami punya kemampuan langka yang tidak dimiliki manusia. Dan, dan juga karena itu kami harus kehilangan banyak hal.Tapi, kulihat Randalph hanya tersenyum. Yah, tersenyum. Kenapa? Kenapa kamu bisa tersenyum seperti itu? Kenapa? Apa kamu tidak tertekan? Aku sama sekali tidak mengerti .<br /><br />“Clay, kamu tahu tidak ungkapan seperti ini, ‘Que Sera Sera Whatever will be, will be. The future’s not ours to see. Que Sera Sera What will be, will be’. Bagaimana menurutmu ungkapan ini? Ini sebenarnya penggalan dari sebuah lagu lama. Waktu aku tinggal dengan Matt, dia sering menyanyikan lagu ini. Katanya banyak hal menarik yang bisa dipetik dari lagu ini”.<br /><br />“Itu sudah jelas, kan!”, kataku, ”bukannya lagu itu menandakan bahwa apa yang terjadi memang sudah seharusnya terjadi. Kita, sebagai manusia tidak bisa mengubah apa yang sudah ditakdirkan!”<br /><br />“Tapi, bukan berarti tidak bisa diubah! Yang namanya takdir itu memang sudah seharusnya terjadi, tapi apakah itu akan terjadi 100% benar kita juga tidak tahu. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha. Mungkin benar kata-katamu apa hak kita untuk mengubah masa depan orang yang tidak sengaja kita lihat. Kalaupun ada kemungkinan, itu hanya sekitar 10% bahkan mendekati nol. Tapi, walau cuma 10 %, bukan berarti tidak ada harapan untuk mengubah masa depan!<br /><br />Lagipula aku sudah berjanji pada Matt dan diriku sendiri, selama masa depan masih bisa diubah, aku akan terus berusaha. Apapun akan kulakukan, walaupun aku harus menentang takdirku sendiri”.<br /><br />“Kenapa? Kenapa kamu bisa berbicara seenteng itu seolah tanpa beban. Kenapa kamu tegar sekali? Padahal masa lalumu jauh lebih berat dari masa laluku, kenapa kamu masih bisa tersenyum?”tanyaku.<br /><br />Tubuhku entah kenapa tiba-tiba gemetar. Padahal malam itu tidak dingin sama sekali.<br /><br />“Karena aku selalu berpikiran positif. Aku pikir kamu juga harus berpikiran seperti itu, Clay.”<br /><br />“Berpikiran positif katamu?! Kamu pikir aku ini anak kecil yang memandang dunia ini dengan begitu naifnya? Aku tidak sama seperti kamu yang polos, Randalph! Aku dan kamu sudah berbeda, dan kamu menyarankan aku untuk berpikiran positif? Saran macam apa itu? Apa kamu mau membodohiku ?!!”<br /><br />“C..Clay..”<br /><br />“Kamu tahu apa perasaaanku? Kamu tidak tahu bagaimana sakitnya hati ini ketika melihat orangtuaku dibunuh didepan mataku sendiri. Lalu, aku harus mengatasi kerasnya kehidupan di Balkhas, bertemu dengan LaMu, mengadakan perjanjian dengannya, sekaligus menjadikanku seorang pembunuh. Kamu tahu, ketika aku menyadari kekuatanku untuk membaca isi hati orang, dan hal itu sangat menyakitkan, karena aku mendengar apa yang seharusnya tidak boleh didengar. Lalu berulang kali aku dikhianati oleh orang yang mulanya kuanggap “teman” . Dan, mereka meninggalkanku begitu saja, Kamu tahu apa?!”<br /><br />Untuk sesaat, kami berdua terdiam. Aku bersyukur, tidak ada orang di taman itu. Jadi mereka tidak perlu mendengarku teriak-teriak.<br /><br />“Clay”<br /><br />“Apa?!!”<br /><br />“Mungkin hanya ini yang bisa kukatakan, tapi, sejujurnya perasaanku juga sama sepertimu. Kita berdua sama-sama menderita.Memang, masa lalu kita berdua sangat menyedihkan. Walaupun aku ingin melupakannya, tapi tetap tidak bisa. Semakin ingin dilupakan, semakin membekas di ingatanku. Tapi, aku tidak mau terikat oleh masa laluku. Sebaliknya aku selalu berusaha untuk berpikiran lurus ke depan. Berusaha untuk hari ini dan hari esok”.<br /><br />“……”<br /><br />“Kalau kamu bilang aku tidak tahu perasaanmu memang benar. Dan saat ini aku sedang berusaha untuk memahami perasaanmu. Clay, kalau boleh aku katakan, didunia tidak ada seorangpun yang tidak merasakan kesedihan dihatinya. Aku juga sama. Waktu pertama kali bertemu Matt, aku juga emosi kepadanya, karena menganggap dia tidak tahu perasaanku.<br /><br />Tapi, waktu itu dia bilang, sebenarnya akulah yang tidak tahu perasaanku sendiri. Aku sangat sedih, tapi tidak mau menunjukkan kesedihanku di depan orang lain. Sok tegar, begitu katanya. Aku marah sekali waktu itu. Kuhajar dia, tapi dia sama sekali tidak menghindar. Matt mengatakan kepadaku, pukul aku sampai hatimu merasa puas. Tapi, aku tidak memukulnya, aku hanya diam lalu tanpa sadar air mataku menetes…”<br /><br />Tes! Tes!<br /><br />A..apa ini? Air mata? A..Aku menangis? Tanpa kusadari, tiba-tiba saja air mataku keluar. Uhh, aku harus menghapusnya. Aku tidak mau kelihatan seperti ini di depan Randalph. Tapi, Randalph mencegahku.<br /><br />“Jangan! Jangan dihapus, Clay! Air mata ini menunjukkan kalau kamu pun juga sedih. Tapi kamu menahannya, berusaha untuk menahannya. Kamu tidak ingin orang lain tahu kamu menderita. Kamu sangat tegar. Tapi, setegar - tegarnya orang, suatu saat dia pasti akan menangis juga.”<br /><br />Air mataku mengalir semakin deras. A..aku sudah tidak kuat lagi, benar apa kata Randalph. Selama ini aku selalu menahan kesedihanku. Tapi, sebenarnya, aku hanya ingin ada seseorang yang mau mendengarkan kata hatiku. Lalu, Randalph menepuk-tepuk pundakku.<br /><br />“Tidak apa-apa. Menangislah sepuasnya. Hari ini kamu bebas mengeluarkan air matamu sebanyak-banyaknya. Tidak usah malu. Disini nggak ada siapa-siapa. Cuma ada aku. Jadi, tidak usah malu, ya!” kata Randalph sambil tersenyum.<br /><br />Aku hanya bisa menangis. Malam itu benar-benar dingin, sehingga membuat kulitku terasa perih. Seperih hatiku.<br /><br />Perih…<br /><br />Perasaan yang tak pernah kurasakan…<br /><br />Tapi,kini kehangatan itu menjalar ke hatiku...<br /><br />Dan bulan bersinar dengan terang...<br /><br />Seolah menyinari hatiku yang selama ini kelabu...<br /><br /><br />******<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #20124d;"><i><b>Tinggal 1 part lagi sampai part terakhir cerita ini :). Silakan jika ada komentar, saran
atau
kritik, jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar.
Terimakasih karena sudah membaca cerita saya :D.</b></i></span></div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-45639543490392145142013-07-03T20:05:00.002-07:002013-07-03T20:05:57.273-07:00When He Smile : Bab 2<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: center;">
<em> </em><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsDmhQut5ol2L0cQHmEymfsmcLkMOEoa398lgq5F53HZMD_WnbHK7NjghzFZ4tMIk01_sg3w9P3avaXbe8o5-Ud3ZDIw4mhdZ6RwMNL73sDzbG1ND_3zQmGzSy-vHyq6CMOCt5ZPGaiYg/s1600/x9gLUD1369901804.gif" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsDmhQut5ol2L0cQHmEymfsmcLkMOEoa398lgq5F53HZMD_WnbHK7NjghzFZ4tMIk01_sg3w9P3avaXbe8o5-Ud3ZDIw4mhdZ6RwMNL73sDzbG1ND_3zQmGzSy-vHyq6CMOCt5ZPGaiYg/s1600/x9gLUD1369901804.gif" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<em> </em><span style="color: #20124d;"><i><b>When He Smile</b> adalah awal mula cerita<b> Clay Evinrude</b>,
seorang pembasmi vampir. Ini adalah awal dari kisah balas dendam dan
kebencian Clay yang mendalam kepada vampir. Dan juga pertemuannya dengan
sahabatnya <b>Randolph Svenson</b> yang nantinya akan merubah kehidupan mereka. Selamat membaca :D</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<em><b>Maaf karena menunggu lama untuk Part 2nya ^^". Silakan baca part 1 cerita ini di <a href="http://renslittlestory.blogspot.com/2013/05/when-he-smile-bab-1.html">link ini </a>:) </b></em></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<em>~Mardalsfossen, 5 tahun kemudian </em> <br /><br />Mardalsfossen,
benteng pertahanan manusia Humavalea yang kedua setelah Balkhas. Disini
juga banyak VH. Hanya bedanya, jika di Balkhas profesi ini dipandang
sebelah mata, walaupun Balkhas disebut-sebut sebagai VampHunt City, di
Mardalsfossen, VH adalah profesi yang paling diidam-idamkan, karena
masyarakat berpendapat profesi VH adalah profesi yang sangat mulia.<br /><br />Mengapa
mereka berpendapat seperti itu? Sederhana saja, para VH adalah penolong
manusia. Mereka membasmi semua Vampir yang mengganggu manusia. Hal itu
wajar saja. Jumlah VH di Mardalsfossen tidak begitu banyak dibandingkan
dengan Balkhas yang merupakan VH City. Jadi, para Vampir lebih bebas
berkeliaran di Mardalsfossen daripada di Balkhas.<br /><br />Di
Mardalsfossen juga, aku menggantungkan hidupku. Sudah lima tahun sejak
aku bertemu dengan LaMu dan meninggalkan Balkhas. Disini aku sudah
menjadi VH dan tak terhitung berapa jumlah Vampir yang sudah kubunuh,
membuat pamorku menjadi naik di mata para VH. Dan tentu saja aku masih
tetap seorang “pembunuh”.<br /><br />Hari ini, aku sedang jalan-jalan di
pusat kota Mardalsfossen untuk membeli bahan makanan. Walaupun aku ini
pembunuh, pembunuh juga butuh makan, supaya dia bisa tetap hidup. Tidak
mungkin aku mengharapkan seseorang akan membunuhku karena dosaku. Dan
juga tidak mungkin aku menunggu orang itu sekian lama tanpa ada
secuilpun roti yang masuk kedalam perutku.<br /><br />Di Mardalsfossen, aku
merasa sedikit nyaman. Suasana disini memang sangat menyenangkan. Tidak
seperti di Balkhas, yang ada cuma kekhawatiran, kecemasan, ketakutan,
persaingan, dan segala macam hal yang akan membuat manusia merasa putus
asa, jika dia tidak mampu melampaui semuanya.<br /><br />Tahun ini usiaku 18
tahun. Walaupun tubuhku seperti laki-laki, tinggi dan tegap, tapi
wajahku semakin cantik saja seperti perempuan. Dan, rambutku yang
bewarna pirang juga kupanjangkan. Sehingga, jika orang melihatku hanya
dari penampilan saja, maka mereka akan mengira kalau aku ini seorang
wanita. Atau bahkan vampir.<br /><br />Kenapa? Karena bangsa Vampir memiliki
penampilan yang sangat memukau. Wajah mereka yang cantik, ditambah
dengan rambut pirang dan mata berwarna ungu seperti batu amethyst.
Penampilanku persis seperti mereka, hanya saja warna mataku biru, dan
aku tidak punya gigi taring untuk menghisap darah seperti mereka.Aku
tahu apa yang mereka pikirkan terhadapku. Walaupun diluar mereka tidak
bilang apa-apa, tapi dalam hati mereka menganggapku aneh.<br /><br />Ah, aku
lupa bilang. Aku punya kekuatan untuk membaca pikiran orang. Mirip
dengan telepati, tapi sebenarnya tidak. Telepati memungkinkan kita untuk
membaca dan berkomunikasi melalui pikiran dengan orang lain. Tapi
membaca pikiran orang lain hanya membaca pikirannya saja, tapi tidak
berkomunikasi dengannya, seperti halnya telepati.<br /><br />Aku mendapat
kekuatan ini dari LaMu. Kuakui, hal ini cukup membantuku, karena aku
bisa menebak apa yang lawan pikirkan, dan mengambil satu langkah kedepan
untuk mengalahkan lawan. Tapi, disatu sisi, kekuatan ini membuatku
tertekan. Coba kau pikirkan ketika kau sedang membaca pikiran temanmu,
lalu temanmu itu ternyata membencimu, apa hal itu tidak membuatmu sakit?<br /><br />Begitu
juga denganku. Selama 5 tahun ini, banyak hal yang kualami. Dan itu
semuanya, tidak begitu baik. Beberapa kali aku dikhianati temanku
sendiri. Banyak sekali alasan mereka untuk mengkhianatiku. Kebanyakan
mereka iri pada kekuatanku dan juga takut padaku.<br /><br />Aku tak butuh
partner! Aku bosan dikhianati terus. Karenanya, mulai saat itu dan
sampai sekarang, aku selalu curiga pada semua orang. Sulit bagiku untuk
mempercayai seseorang. Dan hal itu, membuat aku tidak punya teman
satupun. Tapi itu tidak masalah bagiku. Aku memang sendirian.<br /><br />Aku
terus berjalan, menuju ke halte bus. Sebuah bus berhenti di depanku,
dan aku segera naik. Di bus, lagi-lagi aku mendengar banyak komentar
dari penumpang tentang penampilanku. Misalnya saja, “Rambutnya panjang
sekali, tapi dadanya rata, dia itu cewek atau cowok sih?” atau ”Ih,
penampilannya seram!” Cih, aku sudah biasa dengan semua itu.<br /><br />Setelah
sampai ditempat tujuan aku segera turun. Rumahku berada di pinggiran
kota Mardalsfossen. Rumahku sangat sederhana dan cukup kecil, tapi
asalkan itu bisa melindungiku dari hujan dan angin, itu tidak masalah.
Aku berjalan menuju rumahku, dan aku melihat sesuatu.<br /><br />Ada
seseorang terbaring didepan rumahku. Aku kaget melihatnya. Segera saja
aku berlari menuju orang itu. Lalu mendekatinya, sambil memeriksa apakah
dia Vampir atau manusia.<br /><br />“Akuu lapaar...”<br /><br />“Haah?”<br /><br />“Kau punya makanaann...?”<br /><br />“Kamu siapa?”<br /><br />Dia menarik bajuku lalu berkata, “Heii...akuu sangatt lapaar sekalii...Beri aku makaann..”<br /><br />“I..I..Iya..”,
jawabku sambil membetulkan kaosku yang tadi ditarik olehnya. Sepertinya
dia manusia, dan bukan Vampir. Aku menggotongnya masuk ke rumah.
Mendudukkannya di kursi, lalu membuka kulkas. Masih ada sisa makanan
tadi malam.Aku akan menghangatkannya.<br /><br />“Tunggulah sebentar!”<br /><br />“Toloongg yangg cepaat yaa....”<br /><br />Gawat, sepertinya dia benar-benar kelaparan. Aku tidak mau ada orang yang mati kelaparan dirumahku.<br /><br />“Ini, makanlah!” perintahku sambil menyodorkan sepiring penuh makanan.<br /><br />Dia
langsung menyambarnya dan memakannya dengan kecepatan penuh. Aku sampai
heran dibuatnya. Sambil menunggu dia makan, aku melihat fisiknya
secara keseluruhan. Dia seorang laki-laki. Kalau dilihat-lihat, mungkin
umurnya sama denganku. Memakai kacamata yang lensanya cuma satu, entah
apa maksudnya. Rambutnya sedikit panjang dan acak-acakan. Dan, baunya
sangat menyengat. Sampai-sampai, aku harus menutup hidungku. Berapa hari
dia tidak mandi?<br /><br />Sekarang, aku mencoba untuk membaca pikirannya.
Kupejamkan mata, dan mencoba menjelajahi pikiran orang yang didepanku.
Setidaknya aku tahu namanya sebelum dia memberitahukannya. Lagi-lagi aku
terkejut. Orang ini, pikirannya tidak bisa kubaca. Aku pikir mungkin
karena dia sedang makan, jadi aku tidak bisa membacanya pikirannya.
Ternyata tidak. Aku memang tidak bisa membaca pikirannya. Seolah-olah
ada dinding yang menghalangiku untuk membaca pikiranku. Bahkan LaMu yang
ada dalam tubuhku pun terheran-heran. Kalau aku tidak bisa membaca
pikiran orang ini, berarti dia lebih kuat dari aku. Siapa dia
sebenarnya?<br /><br />“Fiuhh!Aku kenyangg! ‘Makasih, ya! Kamu baik sekali mau memberiku makan!”<br /><br />Aku terus menatapnya dengan pandangan curiga.<br /><br />“Oh, ya! Aku belum memperkenalkan diriku. Mulai dari mana ya enaknya? Ahh, mulai dari namaku saja, ah!”<br /><br />Aku cuma berpikir, orang ini bodoh apa gila?<br /><br />“Wahh,
maaf dari tadi ngomongnya ngelantur. Baiklah, namaku Randalph, Randalph
Svenson. Umurku 18 tahun, masih single lho! Aku suka sekali makanan
yang manis-manis. Hobiku adalah tidur siang!!”<br /><br />“Profesi?”<br /><br />“Maaf?”<br /><br />“Profesimu apa, dan apa yang kau lakukan didepan rumahku tadi?” tanyaku dengan sinis.<br /><br />“Waah,
jangan melihatku dengan tatapan seperti itu. Aku ini orang baik-baik
kok! Yah, karena kamu tanya profesiku, aku akan beritahu jawabannya.
Profesiku sama sepertimu”.<br /><br />“Apa? Kau juga VH?”<br /><br />“Yup!”<br /><br />“Darimana kau tahu profesiku?”<br /><br />“Tahu
dong! Kalau boleh kutebak, namamu Claude C. Evinrude. Panggilanmu Clay,
kan! Umurmu 18 tahun. Sudah jadi VH selama 3 tahun. Kamu sudah memburu
banyak Vampir. Dan itu membuat namamu sangat terkenal di kalangan para
VH di Mardalsfossen ini. Bahkan sampai ke kota asalku, Corvus. Katanya
di Mardalsfossen ada seorang VH laki-laki yang penampilannya seperti
Vampir. Tapi kalau dilihat-lihat memang mirip. Penampilanmu seperti
bangsawan zaman dulu” jawabnya dengan santai.<br /><br />“Kau...”<br /><br />“Dan, boleh kutebak lagi. Kau tadi mencoba membaca pikiranku ya?”<br /><br /><br />Aku
terkejut. Pertanyaannya tepat sasaran. Dari-mana dia tahu kalau aku
membaca pikirannya. Selama ini tidak pernah ada orang yang tahu kalau
aku membaca pikirannya, bahkan menyadarinya pun tidak. Tapi, orang ini,
orang yang bernama Randalph ini, tahu akan hal itu.<br /><br />“Ke..kenapa..kamu tahu?”<br /><br /><br />“Kalau
tidak mengelak, berarti benar, bukankah ada peribahasa bahwa rumput di
sebelah rumah lebih hijau dari rumah sendiri. Itu artinya masih ada yang
lebih kuat dari kamu ‘kan. Eh, sebenarnya apa hubungannya peribahasa
itu sama hal ini yah, aih jadi malu. Nilai bahasaku jelek
sih!He..he..he..”jawabnya sambil tertawa-tawa.<br /><br />Terus terang aku sama sekali tidak suka. Aku bertanya dengan serius, dia malah tertawa-tawa. Dia pikir aku ini siapa?<br /><br /><br />“Kamu
meremehkan aku ya? Kenapa kamu tidak jawab pertanyaanku, malah menjawab
berbelit-belit, bahkan tidak ada hubungannya!” tanyaku sambil menahan
emosi.<br /><br /><br />Dia cuma terdiam. Lalu tersenyum lagi.<br /><br />“Clayy…aku
sudah bilang ‘kan, di dunia ini masih banyak yang lebih kuat daripada
kamu. Membunuh banyak Vampir bukan jaminan kuat tidaknya seseorang,
walaupun kamu menjalin persekutuan dengan Vampir legendaris, yang
namanya…aduh, kok lupa yah! Ngg…tunggu sebentar…namanya kalau tidak
salah… LaMu ‘kan?! “<br /><br />Lagi-lagi aku terkejut, darimana dia tahu
semua itu? Perkataan orang ini menandakan seolah-olah dia bisa menembus
pikiranku, sama seperti yang sering kulakukan pada musuh-musuhku.<br /><br />“Boleh
kulanjutkan lagi? Ngg kamu melakukan itu semua karena ingin tahu
penyebab tewasnya orangtuamu. Yah, sebenarnya dendam itu tidak baik,
tapi adakalanya itu bisa membuat kita bertahan hidup. Lagipula
kehidupanmu selama di Balkhas dan juga Mardalsfossen sudah sangat keras.
Ah, maaf ini pertemuan kita yang pertama, dan aku sudah ngomong yang
macam-macam…”<br /><br />Brakkk!!<br /><br />Aku menggebrak meja dengan tanganku. Aku marah sekali. Belum pernah ada orang yang tahu masa laluku dengan sedetil itu.<br /><br />“Kamu!!
Aku bertanya kenapa kamu tahu? Daritadi kamu memberitahukan tentang
masa laluku. Belum ada yang tahu sampai sedetil itu, kecuali LaMu saja.
Darimana kamu tahu?!!”<br /><br />Dia hanya diam sambil menatapku.<br /><br />“Kenapa
diam saja?? Jawaab!!” teriakku marah. Aku belum pernah sampai semarah
ini. Tapi, kemudian dia tersenyum melihatku.Aku sama sekali tidak
mengerti jalan pikirannya.<br /><br />“Maaf, kalau aku berbicara sampai
sedetil itu. Kamu mau tahu Clay, kenapa aku bisa tahu bahkan masa lalumu
yang berusaha kamu sembunyikan ?”<br /><br />“Apa?”<br /><br />“Sederhana saja,
sama sepertimu yang bisa membaca pikiran orang lain, aku juga bisa
melakukannya, tapi lebih spesifik lagi, seperti apa yang telah dia
lakukan di masa lalu atau apa yang terjadi dengannya di masa depan…”.<br /><br />“Kamu…mustahil, kemampuan itu sangat langka sekali ‘kan. Jangan-jangan kamu bisa membaca nasib orang..?”<br /><br />“Tingtong!!
Anda benar!! Tapi, sayang nilainya cuma 75. Aku memang bisa membaca
nasib orang , caranya adalah dengan menyentuh orang itu. Kalau masa lalu
aku memang sering melihatnya. Tapi kalau melihat masa depan, itu
tergantung aku ingin melihatnya atau tidak.<br /><br />Ah,ya, mungkin juga
kamu bertanya-tanya kapan aku melihat masa lalumu. Sebenarnya, aku
melihatnya waktu kamu menggotongku masuk ke dalam rumah. Walaupun hanya
sebentar, itu sudah cukup bagiku untuk melihat apa yang terjadi pada
masa lalumu. Sekali lagi, aku minta maaf, hal itu memang sering terjadi
padahal aku tidak menginginkannya.<br /><br />Lalu…, masalah mengapa kamu
tidak bisa membaca pikiranku, itu juga sederhana saja sebenarnya, aku
sengaja menutup pikiranku, supaya kamu tidak bisa membacanya. Itu saja,
sudah cukup ‘kan?!”<br /><br />“Kenapa?”<br /><br />“Ya?”<br /><br />“ Ini tidak
adil sama sekali?! Kamu tahu semua masa laluku, tapi, aku tidak bisa
membaca pikiranmu!! Sebenarnya apa yang kamu harapkan dari semua ini.
Sampai-sampai kamu berada di depan rumahku dengan perut yang sama sekali
tidak terisi”.<br /><br />“Ha..ha..ha..jadi malu karena sudah merepotkan.
Menurutmu ini tidak adil yah, tapi sudah kubilang dari awal kan?! Aku
tidak berniat ingin membaca masa lalumu, itu semua tiba-tiba terlintas
di pikiranku begitu saja. Lagipula aku juga tidak mau orang tahu masa
laluku, soalnya masa laluku lebih menyedihkan daripada masa lalumu”.<br /><br />Dia
menjawab pertanyaanku dengan ekspresi sendu. Aku tahu, dia sebenarnya
tidak ingin tahu masa laluku, tapi mau tidak mau hal itu akan terlihat
juga olehnya.<br /><br />“Aku mengatakan itu semua dengan harapan kamu mau bekerja sama denganku”.<br /><br />“Kerja sama?”<br /><br />“Yup, kalau kita bekerja sama, pekerjaanmu jadi akan lebih mudah, bukan?”<br /><br /> “Maaf, aku tidak butuh partner, aku bisa melakukannya sendirian tanpamu!”<br /><br />“Hei,
ayolah!! Ini sebagai tanda terimakasihku karena sudah diberi makan.
Lagipula aku juga minta maaf karena sudah mengungkit-ungkit masa lalumu.
Bagaimana, aku ini cukup kuat loh!! Aku nggak akan merepotkan kamu kok,
lagian aku juga butuh uang!”<br /><br />Aku diam, sambil mencoba untuk
mempertimbangkan ajakannya. Dia bisa membaca masa laluku dengan
mudahnya, lagipula dia sanggup membentengi pikirannya dariku, pasti dia
bukan orang biasa.<br /><br />“Baiklah, ngg siapa tadi namamu?”<br /><br />“Randalph!”<br /><br />“Yah,
Randalph, akan kucoba untuk berpartner denganmu”,jawabku. Hmm, siapa
tahu aku bisa menjajal kemampuannya suatu hari. Aku ingin tahu, sekuat
apa dia.<br /><br />“Waa..syukurlah! Akhirnya kamu mau juga! Mm, tapi harap
kamu ingat satu hal. Aku ini orangnya bebas. Nggak suka terikat sama
orang lain. Jadi, kamu bisa menerima kan, kalau suatu saat aku akan
pergi?”<br /><br />Tidak masalah, aku sudah sering sendirian. Kamu mau pergi
kapan saja terserah. Tapi, tentu saja setelah aku tahu sekuat apa
dirimu, Randalph.<br /><br />“Baiklah, aku terima!”<br /><br />“Sipp!! Kapan
kita mulai kerja ? Aku sudah siap nih!!. Oh, ya bolehkah aku pinjam
kamar mandi. Ah, tenang saja, aku bawa baju kok, tidak usah dipinjami.
Lagipula, pasti tidak cukup. Eh, kamu pasti terganggu dengan bau badanku
ya?! Maaf, habis aku tidak mandi selama dua bulan sih, jadi malu,
he..he..he.. Sudah dulu ya, aku mau mandi dulu!”<br /><br />Aku hanya bisa
terpaku melihat cara bicaranya. Gila! Darimana dia punya kemampuan untuk
bicara layaknya senapan mesin . Aku sendiri, tidak begitu mengerti
dengan apa yang dibicarakannya. Ngomongnya banyak sekali.<br /><br />Belum
mandi dua bulan? Ufhh, kalau aku mana tahan tidak mandi selama itu,
minimal,aku bisa tahan tidak mandi selama seminggu atau 5 hari. Tapi
dia, dua bulan. Pantas baunya benar2 menyengat.<br /><br />Benar-benar cowok yang ajaib dan aneh. Aku tak sadar bahwa pertemuanku dengan Randalph, akan mengubah segalanya...<br /><br /> ****</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #20124d;"><i><b>Dan, apa yang akan terjadi pada Clay selanjutnya setelah kedapatan Randalph? Tunggu kelanjutan ceritanya di Part 3. Silakan jika ada komentar, saran atau
kritik, jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar.
Terimakasih karena sudah membaca cerita saya :D.</b></i></span></div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-430299123430517269.post-65115435632032836412013-05-30T00:16:00.002-07:002013-05-30T00:16:48.243-07:00When He Smile : Bab 1<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsDmhQut5ol2L0cQHmEymfsmcLkMOEoa398lgq5F53HZMD_WnbHK7NjghzFZ4tMIk01_sg3w9P3avaXbe8o5-Ud3ZDIw4mhdZ6RwMNL73sDzbG1ND_3zQmGzSy-vHyq6CMOCt5ZPGaiYg/s1600/x9gLUD1369901804.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsDmhQut5ol2L0cQHmEymfsmcLkMOEoa398lgq5F53HZMD_WnbHK7NjghzFZ4tMIk01_sg3w9P3avaXbe8o5-Ud3ZDIw4mhdZ6RwMNL73sDzbG1ND_3zQmGzSy-vHyq6CMOCt5ZPGaiYg/s1600/x9gLUD1369901804.gif" /></a></div>
<span style="color: #20124d;"><i> <b>When He Smile</b> adalah awal mula cerita<b> Clay Evinrude</b>, seorang pembasmi vampir. Ini adalah awal dari kisah balas dendam dan kebencian Clay yang mendalam kepada vampir. Dan juga pertemuannya dengan sahabatnya <b>Randolph Svenson</b> yang nantinya akan merubah kehidupan mereka. Selamat membaca :D</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi itu terasa dingin. Pelan-pelan kubuka mataku. Kubuka jendela kamar, dan kuhirup udara pagi. Segar sekali. Sudah 6 bulan sejak Randalph meninggalkan Mardalsfossen dan pergi ke Alcarta. Ah, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Claude Claire Evinrude. Nama tengahku sangat aneh bukan. Aku diberi nama seperti anak perempuan, padahal aku laki-laki. Yang jelas nama ini adalah pemberian orangtuaku. Walau begitu aku suka nama ini. Aku biasa dipanggil Clay. Usiaku 22 tahun. Aku adalah pemimpin dari organisasi Vampire Hunter di Mardalsfossen, yang bernama LETFRANT.<br />
<br />
Ketika aku melihat keluar, ada seorang anak kecil yang berjalan-jalan dengan orangtuanya. Mereka tampak bahagia sekali. Keluarga… Sudah 12 tahun aku tidak menjumpai kata itu dalam hidupku. Melihat mereka, tiba-tiba, aku jadi teringat semua kejadian di masa laluku. Dua belas tahun yang lalu, ketika aku masih belum mengenal kerasnya dunia… <br />
<br />
~ Peanville , 12 tahun yang lalu~ <br />
<br />
Entah kenapa, hari ini Mama dan Papa bersikap aneh sekali. Tidak seperti biasanya, begitulah pikirku. Mama yang biasanya ceria, sekarang menjadi diam. Papa yang biasanya selalu mengajakku bercanda juga diam saja. Ada apa dengan kalian berdua? Kalian marah padaku? Apa aku ini anak nakal?Pertanyaanku terjawab malamnya. Pukul sepuluh malam, seharusnya, anak umur 10 tahun seperti aku ini sudah tidur. Tapi papa menyuruhku untuk tidak tidur dulu. Papa mau ngomong apa ya? Waktu itu Papa cuma terdiam. Diam saja, tidak berbicara sepatah kata pun. Mama juga, hanya menundukkan wajahnya dan menangis.<br />
<br />
“Clay...”<br />
<br />
“I..iya, Pa?”<br />
<br />
“Papa mau bicara”.<br />
<br />
“Bicara apa Pa?”<br />
<br />
Aku bingung. Sekilas Papa seperti kehilangan kata-kata untuk bicara. Mama juga, semakin keras tangisannya. Papa menghela nafas sejenak, lalu berbicara,<br />
<br />
“Clay... mulai saat ini... kamu... harus... hidup sendiri...”<br />
<br />
Hidup sendiri? Kenapa, Papa ngomong begitu? Tapi, Papa rupanya serius, dan Mama lalu memelukku, sambil terisak-isak. Aku tidak sadar bahwa malam ini adalah malam terakhir aku bisa bersama-sama keluargaku.Sementara itu, angin di luar jendela semakin keras dan bunyinya menderu-deru. Roman muka Papa menegang, Mama berhenti menangis, tapi dia memelukku erat sekali. Aku hanya terdiam.<br />
<br />
Sedetik kemudian, jendela di semua rumahku pecah. Aku merasa angin yang keras dan dinginnya malam yang menusuk menerpa wajahku. Lalu, sosok-sosok yang tak kukenal masuk.Mereka, mungkin, adalah makhluk paling mengerikan yang pernah aku kenal. Wajahnya sama dengan manusia-manusia yang ada di Humavalea. Tapi wajah mereka pucat, gigi taring yang mencuat saat mereka menyeringai, sayap yang seperti kelelawar, dan jubah hitam. Sosok yang telah bertahun-tahun menjadi musuh manusia Humavalea.<br />
<br />
Bangsa vampir atau Varuala –nama yang mereka pakai untuk bangsa mereka- dari kerajaan Varua.<br />
<br />
“Kami ingin mengambil anak itu,” kata salah seorang dari mereka dengan suara yang parau sambil menunjukku.<br />
<br />
Papa tiba-tiba maju ke depan. Sambil merentangkan kedua tangannya, dia hendak melindungi kami.<br />
<br />
“Tidak! Sampai kapanpun, anak itu tidak akan kami serahkan kepada kalian semua!!!”<br />
<br />
“Dalam tubuh anak itu ada makhluk yang dapat memusnahkan bangsa kami. Kami harus membunuhnya, supaya kami selamat!!”<br />
<br />
“Tidak!!! Itu urusan kalian sebagai bangsa Varuala. Tidak ada hubungannya dengan kami, manusia Humavalea!”<br />
<br />
“Ternyata memang kami harus pakai jalan kekerasan!”<br />
<br />
Vampir-vampir itu menyerang ayahku. Kepalaku sakit sekali. Mama berusaha melindungiku, sementara Papa melawan para vampir itu. Pertarungan tak berjalan seimbang. Papa mulai menunjukkan tanda-tanda akan kalah. Sedetik kemudian, Papa menoleh ke arahku.<br />
<br />
“Clay, maafkan Papa ya. Mulai sekarang, kamu harus bisa hidup sendiri...”<br />
<br />
Setelah papa berkata begitu, salah satu vampir melayangkan serangannya. Papa langsung roboh seketika. Darahnya muncrat kemana-mana, mengenai wajahku. Aku merasakan hangatnya darah diwajahku, dan juga merasa mual. Mama berteriak menyebut nama Papa. Tapi Papa, tidak akan pernah bangun lagi. Untuk selamanya…Saat itu juga para vampir melihat ke arahku, mereka hendak membunuhku! Tapi, Mama melindungiku, dan lagi-lagi aku harus melihat orang yang paling kusayangi di dunia, Mamaku, meninggal didepanku. Dan sama seperti Papa, darah Mama muncrat ke wajahku.<br />
<br />
Aku tidak tahu harus bagaimana, dunia rasanya berputar begitu cepat. Kupanggil nama Papa dan Mama sambil menangis. Tapi aku tahu itu semua tak ada gunanya. Mereka telah merampas semuanya dariku.Saat ini tidak ada yang membentengiku. Aku sendirian, diantara vampir-vampir ganas, yang setiap saat siap membunuhku. Melihat pandangan mereka dan juga darah yang menggenang di lantai, aku jadi mual. Ini saat terburuk didalam hidupku. Aku akan mati,pikirku.Vampir-vampir itu rupanya masih belum puas. Mereka lalu menyerangku, tapi untungnya, serangan mereka hanya sedikit mengenaiku. Tapi aku terluka.<br />
<br />
Sakit! Darahku keluar!Rasanya isi perutku keluar semua!Rupanya mereka semakin tidak puas. Salah satu dari mereka menyerangku. Dan tepat sasaran! Habis sudah! Aku sudah pasti akan mati. Sebentar lagi aku akan menyusul Papa dan Mama. Perlahan-lahan, aku mulai hilang kesadaran.Tapi, justru pada saat itulah, aku merasa ada yang menolongku. Setengah tak sadar, aku mendengar vampir-vampir itu berteriak kesakitan.<br />
<br />
Masa sih sudah pagi? Ah, nggak mungkin! Ini masih malam, tapi apa yang menyebabkan mereka berteriak kesakitan seperti itu? Semuanya mendadak jadi gelap.<br />
<br />
Saat aku tersadar aku sudah ada di rumah sakit. Aku bertanya pada perawat apa yang sedang terjadi.<br />
<br />
“Apa yang terjadi? Kenapa aku disini?”tanyaku“<br />
<br />
Tenang saja, ya, Nak! Kamu aman disini” jawab perawat itu.<br />
<br />
“Tapi, aku ingin tahu, siapa yang membawaku kesini? Lalu.. mana kedua orangtuaku...?”<br />
<br />
“Tetanggamu yang membawamu kesini. Kamu satu-satunya yang selamat. Orangtuamu sudah meninggal. Mereka sudah tidak bisa diselamatkan lagi...”<br />
<br />
Aku tahu itu. Tidak perlu dijelaskan lagi. Perawat itu meletakkan bunga di kamarku. Saudara-saudaraku mengunjungiku silih berganti. Ada juga yang menawarkan untuk mengangkatku sebagai anak.Tidak! Buat apa? Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi. Tidak mau. Biarkan aku sendiri. Aku tidak mau melihat orang mati lagi. Melihat darah saja aku sudah mual.Setelah mereka semua pergi, aku menangis sejadi-jadinya. Dalam hatiku aku berjanji, ini, adalah tangisanku yang terakhir. Mulai saat ini dan seterusnya, aku tidak akan menangis lagi. Aku akan mematuhi perintah Papa. Hidup sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.<br />
<br />
Sepulangnya dari rumah sakit, aku pergi ke makam Papa dan Mama. Harold Evinrude, itu adalah nama Papaku. Dan Marie Evinrude, itu nama Mamaku. Papa dan mama, aku, tidak akan melupakan kalian berdua. Mulai sekarang aku akan memulai kehidupanku sendiri. Aku tidak akan melupakan jasa kalian yang sudah melindungiku sampai saat-saat terakhir.Aku mengambil koporku dan mulai berjalan. Aku tahu, mungkin sulit untuk anak umur 10 tahun mengambil jalan ini. Tapi aku yakin aku bisa. Dan aku pun berjalan, meninggalkan Peanville. Selamat tinggal rumahku, selamat tinggal kenangan, dan juga selamat tinggal Papa dan Mama.<br />
<br />
<br />
<br />
******~ Balkhas, 3 tahun kemudian~<br />
<br />
Balkhas, ibukota Humavalea, satu-satunya tempat harapan manusia dan juga benteng yang dibuat untuk mengatasi serangan Varua. Balkhas, dikenal juga sebagai VH City, kota para pemburu vampir. Hal itu dikarenakan ada banyak sekali organisasi pemburu vampir yang berpusat di Balkhas. Disini pula, aku terdampar, diantara para calon VH akulah yang paling muda. Dan juga yang paling cantik. Aku sadar, walaupun aku laki-laki, wajahku seperti perempuan. Banyak sekali laki-laki yang menggodaku, bahkan ada yang minta kencan segala!<br />
<br />
Yang benar saja!Memangnya mereka anggap aku ini apa? Aku ini normal. Bukan gay.Tentu saja pasti ada yang bertanya kenapa aku yang masih sangat muda ini (umurku 13 tahun) memutuskan untuk jadi VH. Jawabannya sangat sederhana sekali. Membalaskan kematian kedua orangtuaku. Alasan yang klise. Tapi itu juga yang mampu menopangku sampai saat ini. Bertahan di kehidupan kota Balkhas yang sangat keras dan mengikuti ujian VH yang ketat.<br />
<br />
Suatu hari…<br />
<br />
“Hey, Clay! Kalau aku perhatikan kamu tidak punya senjata. Kamu cuma mengandalkan tangan kosong dalam pertarungan! Tapi, kok bisa ya kamu lolos sampai disini?” tanya salah seorang calon VH.<br />
<br />
Aku cuma tertawa dalam hati. Dia tidak tahu, bahwa selama tiga tahun ini aku sudah mengasah kemampuanku. Hidup sebagai anak jalanan di Balkhas, telah mengajarkan aku bagaimana caranya bertahan hidup di kota keras. Cuma orang bodoh yang akan putus asa menghadapi itu semua. Tapi aku tidak. Demi kedua orangtuaku.<br />
<br />
“Dasar bodoh!! Itu semua bukan urusanmu!!” jawabku dengan ketus. <br />
<br />
Aku bisa melihat kalau dia marah kepadaku. Sampai-sampai wajahnya merah. Lalu, dia menarik kerah bajuku, dan berkata,<br />
<br />
“Apa maumu anak sialan?! Kau mau menantangku ya!! Sudah namamu aneh pula. Apa itu Claire? Seperti anak perempuan. Yah, kalau lihat penampilanmu, memang pantas sih!” teriaknya sambil mengacung-acungkan tangannya.<br />
<br />
Aku cuek. Biar saja dia mau berbuat apa, aku sudah tidak peduli lagi. Dia semakin kesal padaku dan berniat memukulku. Untung saja Oracle Ujian VH datang dan melerai kami.<br />
<br />
“Awas kau!! Akan kubalas nanti!!” ancamnya. <br />
<br />
Aku tidak takut!<br />
<br />
Malamnya, aku pulang ke rumah. Sebenarnya tidak dapat disebut rumah. Hanya lorong sempit. Tapi itu sudah cukup nyaman bagiku. Memang mula-mula tidak terbiasa, karena aku biasa tidur di kasur yang empuk, ditemani nyanyian ninabobo dari mama. Tapi, sekarang hanya dengan beralaskan tikar dan ditemani suara binatang malam, itu saja sudah cukup enak.<br />
<br />
“Kyaa!!!!”<br />
<br />
Tiba-tiba, aku mendengar suara teriakan minta tolong. Aku bergegas pergi ketempat asal teriakan itu. Sampainya disana aku melihat seorang wanita dan juga seorang vampir. Vampir itu rupanya hendak menghisap darah wanita itu. Melihat vampir itu, darahku mendidih. Amarahku memuncak. Bayangan kelam 3 tahun lalu, dimana kedua orangtuaku tewas karena bangsa vampir melintas di benakku. Tanpa ancang-ancang, aku langsung memasang kuda-kuda.Kalau dipikir-pikir benar apa yang telah dikatakan salah seorang calon VH itu kepadaku. Aku hanya mengandalkan tangan kosong dalam bertarung. Aku tidak punya senjata. Dan anehnya selalu bisa lolos dalam ujian, mungkin bisa dibilang itu faktor keberuntungan.<br />
<br />
“Cepat pergi dari sini!!” perintahku pada wanita itu.<br />
<br />
“Te..te..terimakasih...”, jawab wanita itu.<br />
<br />
“Cepaattt!!”<br />
<br />
Wanita itu, dengan tergesa-gesa, segera pergi. Aku mulai berniat menyerang. Vampir itu kelihatannya sudah tua. Tapi aku harus berhati-hati.Aku mulai menyerang. Dan seperti dugaanku, vampir itu ternyata gesit sekali dan aku mulai kehabisan tenaga untuk menyerangnya. Sesekali vampir itu mengejekku,<br />
<br />
“Kasihan sekali kamu anak muda. Kamu yang masih bau kencur ini mau melawanku yang sudah tua ini. Kami bangsa Varuala jauh lebih hebat dari kalian. Ha..ha..ha..lupakan saja..!”<br />
<br />
Sialan!! Dia pikir aku ini lemah. Tapi, memang, lama-kelamaan aku semakin lemah dan tidak kuat lagi. Dia terus memukulku sampai aku babak belur dan tidak sanggup bangkit.Saat itu aku merasakan hal yang sama dengan 3 tahun yang lalu. Waktu para vampir yang menyerangku itu berteriak kesakitan. Teriakan yang tak kupahami apa maksudnya. Dan hal itu sekarang terulang kembali.<br />
<br />
Sosok makhluk yang tak kukenal sedang berdiri didepanku. Aku tidak bisa mendeskripsikan makhluk itu dengan jelas. Hanya, mungkin dia seperti monster. Makhluk itu menyerang vampir tua itu dan dia tidak butuh waktu yang lama untuk memusnahkan Vampir itu.Sebelum musnah Vampir itu meneriakkan kata “LaMu”.Aku yang melihat itu takjub. Dan kemudian pingsan, karena rupa-rupanya aku sudah tidak kuat lagi. Hanya beberapa saat saja, setelah aku pingsan, aku tersadar kembali. Dan sosok yang dipanggil LaMu itu berdiri tepat dihadapanku.<br />
<br />
“Wah, sudah sadar ya! Lama sekali pingsannya!”<br />
<br />
Aku terperanjat. Suaranya menggema di telingaku. Aku mulai waspada. Dan juga mulai bertanya-tanya, apakah makhluk ini yang telah menolongku 3 tahun yang lalu.<br />
<br />
“Kamu...siapa...?”tanyaku.<br />
<br />
"Haahh!! Masa kamu tidak tahu? Aku “LaMu” Vampir paling legendaris. Tapi tentu saja aku tidak bisa disamakan dengan Vampir rendahan dari Varua itu. Mereka bahkan tidak layak menyebut diri mereka vampir. Varuala? Ha,ha,ha, aku baru dengar nama itu. Mereka mencoreng nama besar kami para vampir sesungguhnya”<br />
<br />
“Kamu...Vampir…Apa maksudmu mereka tidak layak disebut vampire? Lalu, vampir sesungguhnya?” Sadar bahwa yang berdiri didepanku adalah vampir, aku langsung berniat melawannya. Tapi, langkahku terhenti!<br />
<br />
“Ha..ha..ha…Jangan terburu emosi dong!! Dasar tidak sabaran. Banyak sekali pertanyaanmu, tapi aku tidak berkewajiban menjawabnya. Aku sudah menghentikan gerakanmu. Kalau ingin melawanku dan mendapatkan jawabannya, kuberi waktu 3 hari. Pulihkan dulu lukamu, baru kita bertarung lagi. Tiga hari lagi, ingat!!”<br />
<br />
Dia lalu menghilang ditelan kegelapan. Aku hanya terdiam. Tiga hari, waktu yang cukup untuk memulihkan lukaku dan juga mencari tahu siapa LaMu yang sebenarnya.Setelah aku pulih, aku berusaha mencari hal-hal yang berkaitan dengan LaMu. Aku sudah bertanya kesana kemari kepada Oracle. Tapi nihil. Mereka tidak pernah mendengarnya. Sesekali aku bertemu dengan orang yang telah mengejekku dulu, tapi kubiarkan saja.Lalu, aku pergi ke perpustakaan. Disana aku mencari buku yang mengupas tentang LaMu. Setelah berjam-jam, akhirnya aku mendapatkan buku tentang itu, lalu aku membacanya,<br />
<br />
“LaMu adalah Vampir legendaris dan mungkin merupakan Vampir terkuat yang pernah ada, bahkan konon kekuatannya melebihi bangsa Vampir atau varuala dari Varua. LaMu adalah vampir dari clan Chirovant yang disebut-sebut merupakan cabang dari keluarga Vlad Tepes, vampir legenda yang ada di Transylvania. Kekuatannya adalah sanggup memanggil hewan-hewan kegelapan seperti Cerberus, anjing neraka, dan Manx, kucing paling buas di Varua. Tiga ratus tahun yang lalu clan Chirovant dimusnahkan oleh pemburu Vampir dari keluarga Evinrude, yang bernama Ruben Evinrude, akibat perbuatan mereka menyerang Varua Empire yang mengakibatkan jatuhnya jutaan korban, tidak hanya para varuala tetapi juga manusia-manusia tidak berdosa. Namun hanya LaMu yang tidak dibunuh. LaMu membuat perjanjian dengan Ruben. Ruben boleh memakai kekuatannya. Sebagai gantinya jika Ruben mati, LaMu boleh memakan tubuh Ruben untuk menambah kekuatannya. Kejadian penyerangan klan Chirovant kepada Varua Empire disebut dengan Bloody Road Tragedy, yang sekaligus juga mengawali gencatan senjata antara penguasa Varua Empire dan pemerintah Humavalea…”<br />
<br />
Aku hanya terpaku melihat uraian buku itu. Jadi, keluargaku ada hubungannya dengan LaMu. Lalu aku mulai menyimpulkan, mungkin para Vampir itu memburuku karena LaMu, dendam lama karena pembantaian vampir oleh klan Chirovant. Tapi benar tidaknya aku harus memastikannya sendiri pada LaMu.Hari ketiga pun tiba. Aku bertemu dengan LaMu ditempat yang sudah dijanjikan.<br />
<br />
“Sudah siap, ya?” tanya LaMu.<br />
<br />
“Jika kau menghendaki”,jawabku.<br />
<br />
Kami berdua lalu bertarung. Mulanya aku diatas angin. Tapi lama kelamaan, LaMu mulai memegang kendali pertarungan. Dan aku tahu, pertarungan tak berjalan seimbang.<br />
<br />
“Sudahlah!! Akhiri saja!! Lemah begitu!!”<br />
<br />
Aku tidak mau menyerah. Enak saja, masa aku berhenti ditengah-tengah jalan. Dendamku sama sekali belum terbalaskan. Aku menyerang LaMu dengan jurus tangan kosong.<br />
<br />
“Wah, masih ngotot juga. Bagaimana kalau kucoba melakukan sesuatu...”LaMu berkelit dari seranganku. Dan tiba-tiba saja dia sudah ada di belakangku. Aku menyerangnya. Sesaat aku lengah, dan LaMu melakukan hal yang tak pernah kuduga. Dia memutuskan kedua tanganku.<br />
<br />
“Aaarrrgghhh!!!”<br />
<br />
Sakit sekali rasanya. Ingin aku memegang kedua tanganku yang kesakitan. Tapi, bagaimana bisa? Kedua tanganku sudah diputusnya. Darah mengalir dari lenganku dan lagi-lagi aku merasa mual.<br />
<br />
“Wa..ha..ha..ha..Masa segitu saja sudah sakit! Ayo lawan aku dong! Ruben saja tidak selemah kamu!”<br />
<br />
Amarahku sudah tidak tertahankan. Aku lalu berteriak,<br />
<br />
“Semuanya karena kamu!!! Karena kamu, orangtuaku harus meninggal. Aku tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh nenek moyangku Ruben terhadapmu. Tapi aku tidak terima dengan semua ini. Mengerti ‘kan kamu!!!!”<br />
<br />
LaMu hanya terdiam. Lalu dia menjawab,<br />
<br />
“Memangnya itu urusanku? Aku hanya berusaha menepati perjanjian yang telah aku buat dengan Ruben. Sebelum Ruben mati, dia mengatakan kepadaku untuk menjadi pelindung keluarga Evinrude. Aku sudah melaksanakan tugasku dengan baik. Mestinya kamu tidak menyalahkanku. Aku sudah melindungimu waktu itu. Masalah kematian orangtuamu itu, seharusnya kamu bisa berpikir dengan jernih!!!”<br />
<br />
Aku cuma diam. Memang benar, kalau LaMu tidak ada,mungkin aku tidak akan berada di tempat ini. Walaupun begitu, aku tidak akan menyerah. Aku berusaha untuk berdiri dan menyerang LaMu. Kalau tidak bisa dengan tangan, pakai kaki. Kata-kata itu kudapat dari seorang oracle, dan baru kali ini, aku berterima kasih pada orang lain.LaMu tampak terdesak. Dia tidak menyangka bahwa aku bisa menyerang walaupun tanganku putus. Rupa-rupanya LaMu berniat untuk memutuskan kedua kakiku. Niat LaMu itu tidak akan kubiarkan dan dengan satu gerakan yang cukup lincah, aku berhasil mengalahkan LaMu.<br />
<br />
“Sekarang kau kalah LaMu!”LaMu terdiam, lalu tersenyum licik.<br />
<br />
“Ya,ya,ya, aku mengaku kalah! Kau memang hebat Clay! Superior!”<br />
<br />
“Kembalikan kedua tanganku!”<br />
<br />
“Hmm, aku tidak janji”.<br />
<br />
“Apa, kau bilang? Kembalikan kedua tanganku!!”<br />
<br />
“Oh, jadi kamu masih butuh kedua tanganmu, ya. Begini saja bagaimana kalau kita buat perjanjian”.<br />
<br />
“Perjanjian?”<br />
<br />
“Ya, sama seperti Ruben dulu. Begini, kau boleh memakai kekuatanku dan aku akan mengembalikan kedua tanganmu, tapi tentu saja tidak sempurna. Lalu sebagai gantinya, kalau kau mati nanti, aku boleh memakan tubuhmu”.<br />
<br />
“Apa maksudmu? Apa kau berniat membohongiku? Apa yang kau maksud dengan tidak sempurna”.<br />
<br />
“Tidak, tidak, bukan begitu. Aku tertarik dengan keteguhan hatimu itu, Clay. Kalian berdua sama, tidak menyerah sampai akhir dan menggunakan segala cara yang ada untuk mengalahkan lawan. Tapi..ada satu perbedaan. Kau dikuasai dendam...”<br />
<br />
Sesaat, aku tak mampu berkata-kata.<br />
<br />
“Aku harus menepati janjiku, karena kalau tidak tanganmu itu akan tidak berfungsi lagi. Lagipula menurutku, kau adalah orang yang menarik. Nah, ambillah perban yang ada di dekatmu itu”.<br />
<br />
Aku melihat ke arah yang ditunjuk LaMu. Sedetik kemudian aku tahu kalau dia, malah menggodaku.<br />
<br />
“Bodoh!! Bagaimana aku bisa mengambilnya?”<br />
<br />
“Wah, iya, ya, aku lupa kamu tidak punya tangan,” sahut LaMu sambil tertawa-tawa.<br />
<br />
Aku jadi sebal melihatnya. Dengan satu gerakan, perban itu melayang, dan membungkus kedua lenganku, sampai menyerupai bagian yang telah dipotong oleh LaMu.Aku menggerak-gerakkan “kedua tangan baru”ku. Rasanya seperti tangan sungguhan.<br />
<br />
“Bagaimana? Cukup nyaman bukan? Lalu perjanjian itu kau mau menerimanya?”<br />
<br />
Aku terdiam. Tidak ada salahnya untuk dicoba<br />
<br />
“Ayolah, dengan kekuatanku kamu bisa mengalahkan Vampir dengan mudah dan membalaskan dendammu. Lagipula saat ini kamu tidak punya senjata ‘kan!”<br />
<br />
Aku menjawab dengan tegas,”Aku setuju!”<br />
<br />
LaMu memandangku.“Aku setuju! Kita bekerja sama!”<br />
<br />
LaMu hanya tersenyum. Lalu berkata, “Keputusan yang bagus”<br />
<br />
“Tunggu sebentar!!’“seruku.<br />
<br />
La Mu menoleh ke arahku, "Ada apa lagi?”<br />
<br />
“Kau belum menjawab pertanyaanku!”<br />
<br />
“Oh, itu! Kurasa aku pernah mengatakannya, aku punya hak untuk tidak menjelaskan yang sesungguhnya kenyataan dibalik pertentangan manusia Humavalea dan Varua Empire, juga kenyataan kenapa klan kami begitu membenci Varua Empire. Ada kalanya kita tidak perlu tahu sesuatu, dan kenyataan akan terhampar di depan mata kita ketika sudah waktunya”<br />
<br />
Sosok LaMu lalu menghilang dan berubah menjadi sebuah sinar merah yang cukup menyilaukan. Sinar itu lalu masuk ke dalam tubuhku, dan meninggalkan tato aneh di lenganku.<br />
<br />
“Mulai sekarang aku akan selalu berada di dalam tubuhmu untuk mengawasimu. Tapi ingatlah hal ini Clay, dengan adanya kekuatanku di dalam tubuhmu, kamu akan jadi pembunuh. Kamu harus siap dengan kenyataan itu! Dan berbanggalah, ternyata kau cocok dengan senjata kebanggaan kami para vampir dari Chirovant, yang bahkan Ruben sendiri tidak sanggup memakainya. Senjata dewa sekaligus iblis, pedang langit Balmung…”<br />
<br />
Suara LaMu menghilang ditelan kegelapan malam. Aku lalu berniat untuk pulang. Namun tak disangka-sangka, orang yang mengejekku tempo hari itu mencegatku. Dia bersama beberapa temannya.<br />
<br />
“Hai, Clay!! Senang dapat kekuatan baru?”<br />
<br />
“Darimana kau tahu?”<br />
<br />
“Yah secara kebetulan aku lewat dekat sini. Aku menyaksikan pertarunganmu dengan makhluk aneh itu. Aku sempat bergetar juga melihat kejadian itu. Tapi, rupanya kamu sudah punya tangan yang baru ya!”<br />
<br />
“Bukan urusanmu!”<br />
<br />
“Eitt!! Tunggu dulu! Bagaimana kalau kau ujicoba kekuatanmu itu, hmm?!”<br />
<br />
“Boleh saja!” prinsipku, jangan pernah lari dari tantangan<br />
<br />
“Baiklah teman-teman, ayo kita maju bersama-sama!”<br />
<br />
Mereka banyak, dan aku sendiri. Tapi entah kenapa aku merasa tidak gentar sama sekali. Justru sebaliknya aku sangat percaya diri. Aku membalas semua serangan mereka dengan mudahnya. Mereka rupanya tidak puas, dan terus menyerangku.Untuk mempersingkat waktuku, aku melepas perban pada tanganku. Mulanya tidak ada apa-apa, dan kulihat mereka kebingungan. Lalu, sejumlah sulur-sulur yang seperti otot, bergerak dari pangkal tanganku yang putus. Saling sambung menyambung membentuk tangan baru, yang tidak bisa disebut tangan. Bentuk yang sangat aneh, pikirku. Lalu, tangan kananku mengeluarkan sinar, membentuk aksara-aksara aneh yang tidak kumengerti. Setelah itu, muncul pedang, dari telapak tanganku.<br />
<br />
Pedang yang aneh, tapi indah, sekaligus jahat. Aku tergetar. Pedang ini penuh dengan kekuatan. Kekuatan yang selama ini kuinginkan.Kuayunkan pedangku kepada mereka. Kena, dan mereka langsung terjerembab semuanya. Aku pikir mungkin mereka hanya pingsan saja, terkena luka gores, karena aku tidak sungguh-sungguh membunuh mereka.<br />
<br />
Tapi ternyata tidak.Mereka semua mati. Darah mengalir dari tubuh mereka. Mendadak aku merasa pusing. Aku muntah. Kejadian ini mengingatkanku pada 3 tahun lalu. Tapi yang terkapar adalah orang-orang ini, bukan orangtuaku, dan pembunuhnya bukan para vampir, tapi aku sendiri.Aku sudah jadi pembunuh. Dengan tanganku ini aku sudah membunuh orang. Aku jadi teringat dengan kata-kata LaMu. Membuat perjanjian dengannya berarti telah mengubah hidupku untuk menjadi pembunuh!!<br />
<br />
Aku lalu berlari, berlari dan berlari. Aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Hatiku serasa goyah. Aku tidak punya pegangan lagi. Aku sudah jadi pembunuh. Pembunuh! Tapi, aku teringat sesuatu. Dendamku! Benar! Sekarang tak apa-apa aku menjadi pembunuh. Yang penting aku punya kekuatan untuk membasmi para Vampir itu dan membalaskan dendamku.<br />
<br />
Aku berjalan dengan gontai, meninggalkan kota Balkhas. Meninggalkan ujian untuk menjadi VH. Aku muak dengan kota ini! Aku muak dengan semuanya, bahkan diriku sendiri! Aku tidak peduli lagi dengan hidupku…<br />
<br />
Pergi…<br />
<br />
Pergi…<br />
<br />
Pergi…<br />
<br />
Tanpa pernah kembali…<br />
<br />
Karena hatiku sudah mati...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #20124d;"><i><b><br /></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #20124d;"><i><b>Bab 2 akan saya posting, semoga aja sih minggu depan, hehehe. Silakan jika ada komentar, saran atau kritik, jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar. Terimakasih karena sudah membaca cerita saya :D.</b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Renhttp://www.blogger.com/profile/00586463631307383862noreply@blogger.com2