Senin, 24 Juli 2017

I Tried So Hard...and In The End It Doesn't Even Matter

Merasa kenal dengan judul postingan ini? Merasa pernah denger entah dimana?

You're not wrong, itu cukilan lagu In the End oleh Linkin Park, lagu yang sempat nemenin masa - masa gue SMP dan SMA. Lagu yang awalnya catchy (well, alternative rock music can be catchy too), but the meaning is so deep.

Dunia berduka pada tanggal 21 Juli 2017, saat Chester Bennington, vokalis Linkin Park ditemukan tewas bunuh diri. Begitu banyak artikel - artikel tentang depresi dan bunuh diri berseliweran di Internet. Everywhere I look, all my online colleagues grieve so hard. Everywhere I look, they talk about depression and suicide. Dan...entah kenapa, hari itu gue pecah. Gue merasa emosional, padahal itu masih di kantor. Saat itu gue mau ada meeting penting..and what I did? Gue curhat di grup telegram, curhat kalau gue udah ga tahan sama hidup. Gue kepikiran bunuh diri. 

Kalau menurut kalian saat itu gue cuma bluffing, cuma cari perhatian....gue cuma bisa bilang...pemikiran bunuh diri gue udah lama, walau itu timbul tenggelam. Gue ga sempat ngitung, berapa banyak gue membayangkan diri gue loncat dari lantai apartemen, gantung diri, you name it.  I just...too coward to do it, but the pain didn't go away. The pain still there, gue ngerasa sakit di otak, gue pengen nangis, gue cuma bisa bengong, sementara ada suara di otak gue yang seolah bilang "you are not worthy", "you are a disappointment", "if only I never born"...

Hari itu, gue berusaha keras buat menyibukkan diri. Di meeting gue bersyukur, orang kantor bener2 nanya gue macem - macem dan gue ga kepikiran apapun. Tapi...pas gue pulang, pas gue istirahat, gue bener - bener bengong. It's like..all that voices come back to haunt me, try to drag me back into darkness. 

Puncaknya, saat suami telpon. Gue udah agak males - malesan, disamping ga mood. Gue cuma pingin tidur, tapi gue ga tega ngereject telpon suami gue. Satu kalimat dari suami bikin gue meledak saat itu juga. Gue nangis parah, semua air mata yang gue tahan - tahan, rasa sesak yang gue pendam, semua keluar. Gue bilang ke suami..

Gue udah ga sholat berminggu - minggu. I even stop praying. 

Gue ga yakin gue Islam apa bukan, mengingat suami gue religius af, dan jujur gue takut ngomong masalah sholat. Because, I don't want to hear him disappointed. 

Gue stress karena kerjaan gue. Gue takut kehilangan teman - teman kantor gue yang satu persatu pada resign karena kondisi kantor.

Gue ga bisa prediksi reaksi suami gue gimana, but, it's seem I didn't know him at all. Wi-fi tempat suami gue dinas bikin percakapan kami ga lancar, jadi kami saling chat via WA. Gue udah siap buat suami untuk ngehakimi gue. Bilang gue ga beriman karena ga sholat, kurang bersyukur karena mengeluh. I'm ready for our next big quarrel...I'm ready to be exhausted.

What I didn't expect, that he was once in my position too. That he understood my condition, that I stop pray because I'm so angry to the world and God. That I stop pray because I feel helpless. Gue cuma bisa diem baca chatnya...dan solusinya, untuk menulis hal - hal yang bikin gue merasa stress, sedih, kesal. 

Gue tertegun. 

Menulis. 
 
Itu hal yang selama ini gue lakukan, hanya gue nulis tentang review. For the love of me, I never did write about my feeling. Gue bukan tipe orang yang nulis "Dear diary, gue hari ini bla de bla...". Gue akuin gue tipe yang suka memendam sendiri perasaan kesel gue, dan meledak pada satu waktu. 

So..here it is..I try to write. Gue ga yakin bisa konsisten menulis, mengingat gue moody banget (blog buku aja gue anggurin, lol). But, I will try to write what's in my feeling, buat mencoba ngelepasin beban perasaan gue. And so..in the future when I read what I write...gue bisa mencoba analisis (cie bahasanya) kenapa pas itu gue tertekan.

Gimana dengan perasaan gue hari ini? Syukurlah, sedikit mendingan. Gue udah bisa ketawa, walau kalau gue diem, atau gue bengong.. those voices will come back again. Gue sadar, gue mesti ngelawan. Bukan buat orang lain, tapi bagi gue sendiri. Selain suami, gue bersyukur karena teman - teman Spankers, mau dengerin gue. Mau kasih semangat, even told me to do counseling. Gue sendiri sempat kepikiran mau ke Psikiater...but I guess I still afraid. I will though, I will. Gue cuma ingin sedikit keberanian buat konseling. Mungkin, selain nulis, dengan konseling, gue bisa ngelawan apa yang gue alamin saat ini.

Gue tahu...gue ga nyebut2 kata "gue depresi!!" sejak awal..because I'm not too sure if what I feel right now is depression too. But honestly, I don't want to succumb into it! 

Gue yang dulu...akan marah dan menyayangkan kenapa Chester bunuh diri. Gimana dengan anak - anaknya? Istrinya? Orang yang dia cintai.

Gue hari ini...I try to understand his reasons to suicide...and try to battling my own demons.

I tried so hard...and got so far
But in the end..it doesn't even matter

I have to fall..to lose it all
But in the end...it doesn't even matter.


- Jakarta, 24 Juli 2017-
Ren