Selasa, 30 Juli 2013

When He Smile : Bab 3

 

 When He Smile adalah awal mula cerita Clay Evinrude, seorang pembasmi vampir. Ini adalah awal dari kisah balas dendam dan kebencian Clay yang mendalam kepada vampir. Dan juga pertemuannya dengan sahabatnya Randolph Svenson yang nantinya akan merubah kehidupan mereka. Selamat membaca :D

Maaf karena menunggu lama untuk Part 3 nya ^_^". 
Silakan baca part 1 cerita ini di link ini :) 
Dan part 2 di link ini

Sejak saat pertemuan pertamaku dengan Randalph, kami berdua saling bekerjasama dalam memburu Vampir. Tak jarang kami juga bersaing siapa duluan yang berhasil mengalahkan Vampir buruan. Dibandingkan denganku yang lebih sering pakai tangan kosong -karena aku tidak ingin memakai Balmung jika tidak terdesak-, Randalph memakai senjata. Senjatanya sendiri adalah seuntai benang. Bukan sembarang benang, benang itu terbuat dari besi. Dan dengan benangnya itu, Randalph sanggup memotong, bahkan menembus jantung Vampir buruannya.

Dan, dia memang benar-benar kuat. Sudah banyak Vampir yang diburunya, dan herannya ternyata banyak penduduk Mardalsfossen yang kenal dia. Randalph sangat menikmatinya. Dia selalu tersenyum setiap disapa oleh orang yang bahkan mungkin tidak dia kenal sama sekali. Hal yang sudah lama kulupakan.

Sudah genap satu tahun kami berdua bekerjasama dalam membasmi Vampir. Lama-kelamaan aku mulai mempercayainya dan –walaupun mungkin aku tidak mau mengakuinya- aku mulai mengganggapnya sebagai teman, daripada sekedar partner.  Sepertinya Randalph juga menganggapku demikian. Tapi, aku sama sekali tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya ataupun kehidupannya sebelum bertemu denganku. Randalph selalu menutupinya.

Dan tanpa kusadari, entah kenapa, setiap berbicara dengan Randalph, apa yang ada di otakku semuanya mengalir dengan lancar lewat mulutku. Selama ini, aku tak pernah berbicara panjang lebar dengan orang lain. Apalagi mengutarakan apa yang ada di hatiku. Randalph sudah mengubah diriku selama satu tahun ini.

Sampai di suatu sore hari, seusai pergi ke rumah klien, dan mendapatkan bayaran, Randalph mengajakku ke sebuah taman. Kami lalu duduk di sebuah bangku.

“Hmm, popcorn ini memang enak sekali. Mau, Clay?”

“Tidak, terima kasih! Ada apa kamu mengajakku kesini Randalph?”

“Loh, sekali-kali santai juga nggak apa-apa kan?! Lagipula taman ini sepi ya, tidak ada siapa-siapa. Dari sini kita bisa melihat matahari terbenam, itu indah sekali lho! Kamu pernah melihatnya, Clay?”

Melihat matahari terbenam? Aku sering melihatnya tapi aku sama sekali tidak menikmatinya. Apakah matahari terbenam itu sebegitu indahnya? Apakah itu bukan suatu pertanda bahwa setelah matahari tenggelam, kegelapan malam yang akan datang. Dan, kegelapan itu bagi kami, VH adalah suatu surga, karena Vampir berkeliaran dimana-mana jika hari sudah gelap.

“Tidak, aku tidak pernah melihatnya” jawabku berbohong.

“Hmm, sayang padahal indah sekali!”

“Randalph..”

“Ya?”

“Aku ingin mengusulkan sesuatu”

“Apa? Silahkan saja! Jarang-jarang kamu ngomong begitu”.

“Menurutku, benang yang terbuat dari besi itu tidak begitu bagus. Jika dipakai untuk membunuh Vampir, bukannya darah Vampir akan membuat benang besimu berkarat?”

“Hmm, betul katamu, tapi hanya logam ini yang sanggup memotong-motong dan menembus jantung Vampir. Lagipula ini warisan dari guruku”

“Kalau begitu maaf, mungkin aku tidak sopan, tapi, akan lebih baik kalau kamu mengganti benangnya dengan logam yang lebih baik”

Kupikir dia akan tersinggung mendengar ucapanku, tapi ternyata sama sekali tidak. Dia justru menerima usulanku.

“Hmm, baiklah. Menurutmu logam apa yang cocok untuk mengganti benang besiku ini?”

“Cle…Clementium. Logam ini daya tembusnya lebih baik dari besi, lagipula tidak akan berkarat walaupun terkena darah Vampir. Jadi, tidak perlu dibersihkan. Hanya saja untuk bisa menggunakannya harus memakai sihir”.

“Sihir! Kalau itu kan, selama ini juga aku selalu memakai sihirku untuk mengendalikan benang besiku itu”.

“Maksudku, sihir yang lebih kuat. Clementium bukan logam biasa, melainkan logam yang sangat langka.Mungkin saat ini di Humavalea, hanya ada sedikit Tapi, dia jauh lebih kuat dari besi dan lebih berat. Selain itu daya tembusnya lebih hebat dari logam manapun. Kalau kau memakai sihirmu yang sekarang, pastinya…”

“Clay… thanks atas perhatianmu. Tapi kalau tidak dicoba, kita mana bisa tahu. Aku ingin mencobanya. Kau tahu dimana tempatnya?”

Aku hanya diam saja. Randalph sangat optimis. Dia yakin bahwa dia sanggup memakai Clementium. Padahal selama ini kudengar tidak ada yang sanggup menggunakannya.

“A..aku tahu. Sebenarnya, aku pernah mendapatkannya dari seorang klien yang awalnya kuanggap tak tahu diri. Dia tidak membayarku dengan uang, tapi dengan Clementium. Awalnya aku sama sekali tidak tahu apa kegunaannya. Lalu, waktu aku pergi ke pusat VH di Mardalsfossen, aku baru tahu itu apa. Tapi, tetap saja aku tidak membutuhkannya. Jadi kalau kau mau…”tawarku.

Tiba-tiba saja dia menggenggam tanganku dan matanya bersinar-sinar. Aku jadi kaget sendiri. Randalph memang sering seperti itu.

“Tentu saja! Yes! Tidak perlu susah-susah mencarinya.. Sebenarnya aku tidak mau menggantinya, tapi kalau ada yang lebih bagus kenapa tidak dicoba? Ngomong2 kamu jujur sekali yah, bilang kalo klienmu tidak tahu diri,hahaha!”

Mukaku sedikit memerah. Baru kali ini aku dibilang jujur.

“Mm, begitu ya. Baiklah kalau sudah pulang, aku akan memberikannya kepadamu”.

“Sipp!! Nanti biar aku yang mengolahnya menjadi benang!”

“Randalph…”

“Ya?”

“Aku ingin menanyakan sesuatu. Mungkin ini akan sedikit menyinggung perasaanmu”

“Ya, apa?”

“Kenapa, matamu yang sebelah kiri kau tutupi dengan kacamata yang lensanya cuma satu? Apa itu tidak terlihat aneh?”

“Oh,ini ya?” tanyanya sambil menunjuk kacamata lensa satunya itu.

“Hmm…”

“Panjang ceritanya. Kau mau kuceritakan?”

Aku mengangguk.

“Ini sebenarnya juga berhubungan dengan masa laluku”.

Aku teringat, dulu Randalph pernah bilang bahwa masa lalunya lebih menyedihkan dari masa laluku.

“Ah, maaf, bukan maksudku..”

“Nggak masalah, aku akan menceritakannya. Dengarkan baik-baik ya. Waktu aku masih kecil dulu, ibuku sering menyiksaku. Kau pasti tidak percaya, tapi itu adalah kenyataan”.

Disiksa, bagaimana mungkin? Apakah ibu Randalph sekejam itu?

“Mulai darimana enaknya, ya? Hmm, cerita ini kudengar dari salah satu familiku. Sebelum aku lahir, ibuku kabur dari rumah bersama kekasihnya Alasannya waktu itu, nenek dan kakekku tidak menyetujui hubungan mereka. Kekasih ibuku, atau ayahku itu tidak punya asal-usul yang jelas dan dia juga hilang ingatan, jadi mereka tidak mau ibuku menikah dengan ayahku.

Ayah dan ibu yang kawin lari lalu tinggal di rumah ayah yang ada di Corvus. Setahun kemudian, aku lahir. Saat itu kami benar-benar bahagia. Ayah yang tampan dan ibu, walaupun dia tidak begitu cantik, senyumnya indah sekali.

Enam tahun bersama orangtuaku bagaikan mimpi. Suatu hari, Ayah meninggalkan ibu tanpa alasan yang jelas. Saat itu juga bencana dimulai.

Sejak saat itu ibu mengasuhku sendirian. Awalnya kami berdua saling menyayangi. Sampai, ibuku mengetahui bahwa aku punya kekuatan tersembunyi, dia sangat marah sekali. Aku masih ingat kata-katanya waktu itu, “Randalph, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak tahu bahwa itu kekuatan Vampir?”

Ah, tentu saja aku bingung. Mengapa apa yang kulakukan, dibilang seperti Vampir. Sejak saat itu, dia selalu menyiksaku dengan harapan, kekuatanku akan hilang dengan sendirinya. Tengah malam dia selalu menangis dan berdoa, kenapa ayah meninggalkan kami, kenapa aku harus punya kekuatan yang aneh begini?

Hal itu terus berlangsung sampai umurku 12 tahun. Bekas siksaan ibu pun masih terlihat jelas di tubuhku.Tapi, waktu itu aku sama sekali tidak mengeluh ataupun mengadukan pada orang lain. Karena aku yakin, ibu melakukannya demi diriku dan itu karena dia sangat sayang padaku.


Walaupun begitu, keyakinan itu mulai pudar, seiring dengan semakin seringnya ibuku menyiksaku. Sampai puncaknya, pada malam itu..”

Aku terpaku mendengar ucapan Randalph. Aku tak menyangka masa lalu Randalph sebegini pahitnya. Selama ini aku selalu menganggap bahwa masa laluku yang paling suram. Ternyata masa lalu Randalph jauh lebih menyakitkan.

“… malam itu, aku mengeluarkan kekuatanku untuk membunuh Vampir yang hendak menyerang ibuku. Tapi, rupanya ibuku tidak menyukainya, bahkan menangis histeris. Dia lalu menampar dan memukulku, sambil berteriak, “Anak Vampir!! Karena kamu ayahmu meninggalkan kita”.

Aku sama sekali tidak mengerti, apa benar ayah meninggalkan ibu karena aku? Setelah puas memukulku, ibu mengambil pisau yang ada di sebelahnya, lalu dia berkata,”Seharusnya kamu tidak punya kekuatan itu, karena ayahmu, kamu jadi begini Randalph!! Apalagi matamu, aku tidak suka melihatnya, karena mengingatkanku pada ayahmu!!. Lebih baik aku tidak melihat mata itu untuk selamanya!!!”

Ibu lalu menusuk mataku yang sebelah kiri dengan pisau itu. Rasanya sakit sekali.Aku memegang mata yang ditusuk. Darah terus mengucur keluar. Lalu, kulihat, ibu hendak menusuk mataku yang sebelah kanan. Tapi, waktu itu, tetangga di sebelah rumah yang mendengar keributan di rumahku, datang, dan menghentikan ibuku Aku sendiri pingsan, dan tidak ingat apa-apa lagi.

Ketika sadar, aku sudah ada di rumah sakit. Mereka bilang aku tidak sadarkan diri selama seminggu. Mata sebelah kiriku sudah dibalut. Dan dokter mengatakan bahwa mata kiriku buta permanen. Aku menanyakan ibuku. Tapi jawaban dokter sangat mengejutkan.

Ibuku meninggal. Waktu aku dibawa ke rumah sakit, ibuku mengamuk. Untuk menenangkannya, dokter menyuntikkan obat penenang. Untuk sementara dia bisa tenang. Lalu setelah itu, entah apa yang dilakukan ibu selama dua hari. Kata tetanggaku, dia mengurung diri di kamarnya. Lalu,esok harinya ibu ditemukan tewas.

Mulanya mereka mengira ibu bunuh diri dengan menusuk jantungnya. Tapi, di sekitar ibu terdapat bulu hitam, seperti bulu sayap Vampir…”

“Vampir? Ibumu dibunuh Vampir?”

“Entahlah. Sebenarnya, malam sebelum ibu dibunuh, tetanggaku mendengar pertengkaran di kamar ibu, waktu itu ibu meneriakkan, “Tidak bisa!! Apapun yang terjadi, Randalph adalah anakku. Tidak akan kuserahkan kepada kalian!!” Lalu setelah itu, senyap, dan keesokan harinya, yah seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya.

Dokter lalu menyerahkan sebuah surat kepadaku. Katanya, itu adalah wasiat dari ibuku. Lalu, aku segera membacanya, di surat itu ibu menceritakan alasan kenapa selama ini ibu selalu menyiksaku. Tapi, aku tidak bisa menceritakannya padamu, itu rahasia antara aku dan ibuku.”

“Tidak apa-apa, teruskan saja…”

Randalph menghela nafas panjang. Kelihatan sekali bahwa dia merasa berat untuk menceritakan masa lalunya.

“Baiklah, setelah membaca surat ibu, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tahu, semua yang dilakukan ibu adalah, karena dia sangat menyayangiku. Selain surat , dia juga meninggalkan sebuah kalung, yang sampai saat ini terus kupakai.

Setelah itu, ketika aku masih dirawat di rumah sakit, ada seseorang yang datang menjengukku. Aku sama sekali tidak kenal dia, tapi orangnya baik sekali. Dia bilang, dia yang akan mengasuhku setelah aku keluar dari rumah sakit. Akhirnya, setelah aku keluar dari rumah sakit, aku tinggal dirumahnya, masih tetap di Corvus.

Aku tinggal dengannya selama 4 tahun. Dari dia juga, aku mempelajari cara mengendalikan benang. Dia rupanya tahu kalau aku sanggup mengendalikan benang dengan sihir, sehingga dia mengajarkan semua ilmunya padaku. Baru, pada saat itu aku tahu siapa dia.”

“Maaf kalau aku memotong ceritamu, tapi aku pernah dengar bahwa, di Corvus, ada orang yang juga sanggup mengendalikan benang sama sepertimu. Kalau tidak salah, julukannya adalah, Heart of String”.

“Ya, betul. Dia adalah guruku. Nama aslinya sebenarnya adalah Matthew O’Donnell. Aku biasa memanggilnya Matt. Selama 4 tahun aku berguru padanya. Kacamata lensa satu ini juga pemberiannya. Setelah aku menguasai seluruh ilmunya, Matt menyuruhku pergi. Katanya, tidak baik menimba ilmu hanya dari satu orang, carilah pengalaman di luar. Waktu itu, umurku 16 tahun.

Aku tak pernah tahu kalau Matt akan meninggalkanku selama-lamanya. Tiga bulan setelah aku keluar dari rumah Matt, aku kembali untuk menengoknya, karena tanpa sengaja, aku melihat “masa depannya”. Di masa depan itu, aku melihat Matt tewas terbunuh.Dugaanku benar, sesampainya di sana, di depan rumah Matt telah berkumpul banyak orang. Kata mereka, malam sebelumnya, Matt terlibat pertengkaran dengan seseorang.

Aku lalu masuk ke kamarnya, dan ketika melihat mayatnya, aku teringat ibuku. Ibuku meninggal dengan cara yang sama. Aku lalu menyimpulkan, bahwa yang menyebabkan tewasnya ibuku dan Matt adalah orang yang sama. Lalu, dengan benang besi peninggalan Matt, aku mengikuti ujian VH dan sebulan sesudahnya, aku menjadi VH.

Alasanku menjadi VH adalah, aku ingin tahu siapa yang telah membunuh ibuku dan Matt, lalu, aku juga ingin tahu siapa ayahku dan alasan kenapa dia meninggalkanku.”

“Kalau begitu, kenapa kau malah mengajakku menjadi partnermu, Randalph? Kau ‘kan bisa mengajak orang lain?”

“Hmm, waktu masih menjadi VH di Corvus, aku mendengar tentangmu. Waktu itu, entah kenapa, aku merasa, kalau aku bertemu denganmu, aku bisa mendapatkan petunjuk. Terus terang, waktu pertama kali melihatmu, aku merasa kita orang yang sama. Kita berdua sama-sama dikuasai oleh dendam. Kalau kau dendam pada pembunuh orangtuamu, aku justru dendam pada ayahku.

Kau pasti bertanya kenapa aku harus dendam padanya, tentu saja karena dia telah meninggalkan aku dan ibuku, dan tega membuat ibuku menderita Kalau aku yang menderita, itu tidak apa-apa, tapi aku benci padanya karena dia juga mewariskan kekuatan aneh kepadaku. Aku bersumpah, suatu saat nanti, kalau aku bertemu dengannya, aku akan membunuhnya saat itu juga!”

Sambil mengatakan hal itu, tiba-tiba raut wajah Randalph berubah. Tatapan matanya berubah menjadi mengerikan, ketika dia membicarakan ayahnya. Hatiku sampai bergetar melihat tatapan mata Randalph yang penuh dengan kebencian. Sosok yang tak pernah kutemui dari diri Randalph yang selalu ceria itu.

“Aaah, aku jadi terlalu banyak bicara. Maaf, ya, kau pasti capek mendengar ceritaku ini!!”

Raut wajah dan tatapan matanya berubah lagi. Dia sudah berubah menjadi Randalph yang seperti biasanya. Walau, sejujurnya, aku sempat takut melihat tatapan matanya tadi.

“Randalph, apa kau tak merasa terganggu dengan matamu yang hanya satu itu, kenapa harus memakai kacamata, kenapa bukan penutup mata?”

“Gimana ya ngomongnya. Mmm, alasannya sih…, kalau penutup mata nanti kelihatan seperti bajak laut, he… he..he..” jawab Randalph dengan ceria.

Aku hanya bengong. Seharusnya aku tidak menanyakan hal itu padanya. Dia selalu ceria dan tanpa beban. Walaupun berat, dia sangat tegar dalam menjalani hidupnya. Kenapa dia bisa sekuat itu?

“Ngg…boleh tanya lagi?”

“Apa? Silakan tanya apa saja tentang Randalph. Aku pasti akan menjawabnya dengan senang hati”.

“Sejak kapan kau bisa melihat masa lalu dan masa depan?”

“Mmm, kapan ya, tepatnya? Kalau tidak salah sejak mataku ditusuk ibu , sejak saat itu aku bisa melihat masa lalu dan masa depan seseorang. Kalau masa lalu, yang pertama kali kulihat adalah entah masa lalu siapa, karena banyak sekali yang aku lihat. Sedangkan, waktu melihat masa depan, yang pertama kali kulihat adalah masa depan Matt. Yah, kalau dipikir-pikir, kemampuanku ini unik. Aku bisa melihat masa lalu seseorang kapan saja, tapi kalau masa depan, hanya kadang-kadang saja. ”

“Itu bagus kan?! Setidaknya, kalau kamu tidak tahu masa depan, kamu tidak perlu menderita. Dan, apapun yang terjadi di masa depan orang yang kamu lihat, tidak ada hubungannya dengan kita. Masa depan yang seperti apapun tidak akan bisa diubah,”

“Walaupun begitu, masih ada kemungkinan untuk diubah,kan?” tanya Randalph santai.

Aku terkejut mendengar ucapannya.

“Apa yang mau kamu lakukan, apa kamu ingin mengubah masa depan dari orang yang kamu lihat. I..itu melawan takdir! Apa kamu tidak tahu dengan mengubah masa depan dari orang itu, bukannya kamu yang akan susah. Karena kamu akan dianggap sebagai orang yang aneh, dan bahkan juga iblis, karena kamu bisa “melihat” ! ”

Ah..apa yang kukatakan? Tiba-tiba saja aku jadi emosi seperti ini. Aku tahu kemampuan Randalph hampir sama seperti aku. Kami punya kemampuan langka yang tidak dimiliki manusia. Dan, dan juga karena itu kami harus kehilangan banyak hal.Tapi, kulihat Randalph hanya tersenyum. Yah, tersenyum. Kenapa? Kenapa kamu bisa tersenyum seperti itu? Kenapa? Apa kamu tidak tertekan? Aku sama sekali tidak mengerti .

“Clay, kamu tahu tidak ungkapan seperti ini, ‘Que Sera Sera Whatever will be, will be. The future’s not ours to see. Que Sera Sera What will be, will be’. Bagaimana menurutmu ungkapan ini? Ini sebenarnya penggalan dari sebuah  lagu lama.  Waktu aku tinggal dengan Matt, dia sering menyanyikan lagu ini. Katanya banyak hal menarik yang bisa dipetik dari lagu ini”.

“Itu sudah jelas, kan!”, kataku, ”bukannya lagu itu menandakan bahwa apa yang terjadi memang sudah seharusnya terjadi. Kita, sebagai manusia tidak bisa mengubah apa yang sudah ditakdirkan!”

“Tapi, bukan berarti tidak bisa diubah! Yang namanya takdir itu memang sudah seharusnya terjadi, tapi apakah itu akan terjadi 100% benar kita juga tidak tahu. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha. Mungkin benar kata-katamu apa hak kita untuk mengubah masa depan orang yang tidak sengaja kita lihat. Kalaupun ada kemungkinan, itu hanya sekitar 10% bahkan mendekati nol. Tapi, walau cuma 10 %, bukan  berarti tidak ada harapan untuk mengubah masa depan!

Lagipula aku sudah berjanji pada Matt dan diriku sendiri, selama masa depan masih bisa diubah, aku akan terus berusaha. Apapun akan kulakukan, walaupun aku harus menentang takdirku sendiri”.

“Kenapa? Kenapa kamu bisa berbicara seenteng itu seolah tanpa beban. Kenapa kamu tegar sekali? Padahal masa lalumu jauh lebih berat dari masa laluku, kenapa kamu masih bisa tersenyum?”tanyaku.

Tubuhku entah kenapa tiba-tiba gemetar. Padahal malam itu tidak dingin sama sekali.

“Karena aku selalu berpikiran positif. Aku pikir kamu juga harus berpikiran seperti itu, Clay.”

“Berpikiran positif katamu?! Kamu pikir aku ini anak kecil yang memandang dunia ini dengan begitu naifnya? Aku tidak sama seperti kamu yang polos, Randalph! Aku dan kamu sudah berbeda, dan kamu menyarankan aku untuk berpikiran positif? Saran macam apa itu? Apa kamu mau membodohiku ?!!”

“C..Clay..”

“Kamu tahu apa perasaaanku? Kamu tidak tahu bagaimana sakitnya hati ini ketika melihat orangtuaku dibunuh didepan mataku sendiri. Lalu, aku harus mengatasi kerasnya kehidupan di Balkhas, bertemu dengan LaMu, mengadakan perjanjian dengannya, sekaligus menjadikanku seorang pembunuh. Kamu tahu, ketika aku menyadari kekuatanku untuk membaca isi hati orang, dan hal itu sangat menyakitkan, karena aku mendengar apa yang seharusnya tidak boleh didengar. Lalu berulang kali aku dikhianati oleh orang yang mulanya kuanggap “teman” . Dan, mereka meninggalkanku begitu saja, Kamu tahu apa?!”

Untuk sesaat, kami berdua terdiam. Aku bersyukur, tidak ada orang di taman itu. Jadi mereka tidak perlu mendengarku teriak-teriak.

“Clay”

“Apa?!!”

“Mungkin hanya ini yang bisa kukatakan, tapi, sejujurnya perasaanku juga sama sepertimu. Kita berdua sama-sama menderita.Memang, masa lalu kita berdua sangat menyedihkan. Walaupun aku ingin melupakannya, tapi tetap tidak bisa. Semakin ingin dilupakan, semakin membekas di ingatanku. Tapi, aku tidak mau terikat oleh masa laluku. Sebaliknya aku selalu berusaha untuk berpikiran lurus ke depan. Berusaha untuk hari ini dan hari esok”.

“……”

“Kalau kamu bilang aku tidak tahu perasaanmu memang benar. Dan saat ini aku sedang berusaha untuk memahami perasaanmu. Clay, kalau boleh aku katakan, didunia tidak ada seorangpun yang tidak merasakan kesedihan dihatinya. Aku juga sama. Waktu pertama kali bertemu Matt, aku juga emosi kepadanya, karena menganggap dia tidak tahu perasaanku.

Tapi, waktu itu dia bilang, sebenarnya akulah yang tidak tahu perasaanku sendiri. Aku sangat sedih, tapi tidak mau menunjukkan kesedihanku di depan orang lain. Sok tegar, begitu katanya. Aku marah sekali waktu itu. Kuhajar dia, tapi dia sama sekali tidak menghindar. Matt mengatakan kepadaku, pukul aku sampai hatimu merasa puas. Tapi, aku tidak memukulnya, aku hanya diam lalu tanpa sadar air mataku menetes…”

Tes! Tes!

A..apa ini? Air mata? A..Aku menangis? Tanpa kusadari, tiba-tiba saja air mataku keluar. Uhh, aku harus menghapusnya. Aku tidak mau kelihatan seperti ini di depan Randalph. Tapi, Randalph mencegahku.

“Jangan! Jangan dihapus, Clay! Air mata ini menunjukkan kalau kamu pun juga sedih. Tapi kamu menahannya, berusaha untuk menahannya. Kamu tidak ingin orang lain tahu kamu menderita. Kamu sangat tegar. Tapi, setegar - tegarnya orang, suatu saat dia pasti akan menangis juga.”

Air mataku mengalir semakin deras. A..aku sudah tidak kuat lagi, benar apa kata Randalph. Selama ini aku selalu menahan kesedihanku. Tapi, sebenarnya, aku hanya ingin ada seseorang yang mau mendengarkan kata hatiku. Lalu, Randalph menepuk-tepuk pundakku.

“Tidak apa-apa. Menangislah sepuasnya. Hari ini kamu bebas mengeluarkan air matamu sebanyak-banyaknya. Tidak usah malu. Disini nggak ada siapa-siapa. Cuma ada aku. Jadi, tidak usah malu, ya!” kata Randalph sambil tersenyum.

Aku hanya bisa menangis. Malam itu benar-benar dingin, sehingga membuat kulitku terasa perih. Seperih hatiku.

Perih…

Perasaan yang tak pernah kurasakan…

Tapi,kini kehangatan itu menjalar ke hatiku...

Dan bulan bersinar dengan terang...

Seolah menyinari hatiku yang selama ini kelabu...


******

Tinggal 1 part lagi sampai part terakhir cerita ini :). Silakan jika ada komentar, saran atau kritik, jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar. Terimakasih karena sudah membaca cerita saya :D.

Rabu, 03 Juli 2013

When He Smile : Bab 2

 

 When He Smile adalah awal mula cerita Clay Evinrude, seorang pembasmi vampir. Ini adalah awal dari kisah balas dendam dan kebencian Clay yang mendalam kepada vampir. Dan juga pertemuannya dengan sahabatnya Randolph Svenson yang nantinya akan merubah kehidupan mereka. Selamat membaca :D

Maaf karena menunggu lama untuk Part 2nya ^^". Silakan baca part 1 cerita ini di link ini :)


~Mardalsfossen, 5 tahun kemudian

Mardalsfossen, benteng pertahanan manusia Humavalea yang kedua setelah Balkhas. Disini juga banyak VH. Hanya bedanya, jika di Balkhas profesi ini dipandang sebelah mata, walaupun Balkhas disebut-sebut sebagai VampHunt City, di Mardalsfossen, VH adalah profesi yang paling diidam-idamkan, karena masyarakat berpendapat profesi VH adalah profesi yang sangat mulia.

Mengapa mereka berpendapat seperti itu? Sederhana saja, para VH adalah penolong manusia. Mereka membasmi semua Vampir yang mengganggu manusia. Hal itu wajar saja. Jumlah VH di Mardalsfossen tidak begitu banyak dibandingkan dengan Balkhas yang merupakan VH City. Jadi, para Vampir lebih bebas berkeliaran di Mardalsfossen daripada di Balkhas.

Di Mardalsfossen juga, aku menggantungkan hidupku. Sudah lima tahun sejak aku bertemu dengan LaMu dan meninggalkan Balkhas. Disini aku sudah menjadi VH dan tak terhitung berapa jumlah Vampir yang sudah kubunuh, membuat pamorku menjadi naik di mata para VH. Dan tentu saja aku masih tetap seorang “pembunuh”.

Hari ini, aku sedang jalan-jalan di pusat kota Mardalsfossen untuk membeli bahan makanan. Walaupun aku ini pembunuh, pembunuh juga butuh makan, supaya dia bisa tetap hidup. Tidak mungkin aku mengharapkan seseorang akan membunuhku karena dosaku. Dan juga tidak mungkin aku menunggu orang itu sekian lama tanpa ada secuilpun roti yang masuk kedalam perutku.

Di Mardalsfossen, aku merasa sedikit nyaman. Suasana disini memang sangat menyenangkan. Tidak seperti di Balkhas, yang ada cuma kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, persaingan, dan segala macam hal yang akan membuat manusia merasa putus asa, jika dia tidak mampu melampaui semuanya.

Tahun ini usiaku 18 tahun. Walaupun tubuhku seperti laki-laki, tinggi dan tegap, tapi wajahku semakin cantik saja seperti perempuan. Dan, rambutku yang bewarna pirang juga kupanjangkan. Sehingga, jika orang melihatku hanya dari penampilan saja, maka mereka akan mengira kalau aku ini seorang wanita. Atau bahkan vampir.

Kenapa? Karena bangsa Vampir memiliki penampilan yang sangat memukau. Wajah mereka yang cantik, ditambah dengan rambut pirang dan mata berwarna ungu seperti batu amethyst. Penampilanku persis seperti mereka, hanya saja warna mataku biru, dan aku tidak punya gigi taring untuk menghisap darah seperti mereka.Aku tahu apa yang mereka pikirkan terhadapku. Walaupun diluar mereka tidak bilang apa-apa, tapi dalam hati mereka menganggapku aneh.

Ah, aku lupa bilang. Aku punya kekuatan untuk membaca pikiran orang. Mirip dengan telepati, tapi sebenarnya tidak. Telepati memungkinkan kita untuk membaca dan berkomunikasi melalui pikiran dengan orang lain. Tapi membaca pikiran orang lain hanya membaca pikirannya saja, tapi tidak berkomunikasi dengannya, seperti halnya telepati.

Aku mendapat kekuatan ini dari LaMu. Kuakui, hal ini cukup membantuku, karena aku bisa menebak apa yang lawan pikirkan, dan mengambil satu langkah kedepan untuk mengalahkan lawan. Tapi, disatu sisi, kekuatan ini membuatku tertekan. Coba kau pikirkan ketika kau sedang membaca pikiran temanmu, lalu temanmu itu ternyata membencimu, apa hal itu tidak membuatmu sakit?

Begitu juga denganku. Selama 5 tahun ini, banyak hal yang kualami. Dan itu semuanya, tidak begitu baik. Beberapa kali aku dikhianati temanku sendiri. Banyak sekali alasan mereka untuk mengkhianatiku. Kebanyakan mereka iri pada kekuatanku dan juga takut padaku.

Aku tak butuh partner! Aku bosan dikhianati terus. Karenanya, mulai saat itu dan sampai sekarang, aku selalu curiga pada semua orang. Sulit bagiku untuk mempercayai seseorang. Dan hal itu, membuat aku tidak punya teman satupun. Tapi itu tidak masalah bagiku. Aku memang sendirian.

Aku terus berjalan, menuju ke halte bus. Sebuah bus berhenti di depanku, dan aku segera naik. Di bus, lagi-lagi aku mendengar banyak komentar dari penumpang tentang penampilanku. Misalnya saja, “Rambutnya panjang sekali, tapi dadanya rata, dia itu cewek atau cowok sih?” atau ”Ih, penampilannya seram!” Cih, aku sudah biasa dengan semua itu.

Setelah sampai ditempat tujuan aku segera turun. Rumahku berada di pinggiran kota Mardalsfossen. Rumahku sangat sederhana dan cukup kecil, tapi asalkan itu bisa melindungiku dari hujan dan angin, itu tidak masalah. Aku berjalan menuju rumahku, dan aku melihat sesuatu.

Ada seseorang terbaring didepan rumahku. Aku kaget melihatnya. Segera saja aku berlari menuju orang itu. Lalu mendekatinya, sambil memeriksa apakah dia Vampir atau manusia.

“Akuu lapaar...”

“Haah?”

“Kau punya makanaann...?”

“Kamu siapa?”

Dia menarik bajuku lalu berkata, “Heii...akuu sangatt lapaar sekalii...Beri aku makaann..”

“I..I..Iya..”, jawabku sambil membetulkan kaosku yang tadi ditarik olehnya. Sepertinya dia manusia, dan bukan Vampir. Aku menggotongnya masuk ke rumah. Mendudukkannya di kursi, lalu membuka kulkas. Masih ada sisa makanan tadi malam.Aku akan menghangatkannya.

“Tunggulah sebentar!”

“Toloongg yangg cepaat yaa....”

Gawat, sepertinya dia benar-benar kelaparan. Aku tidak mau ada orang yang mati kelaparan dirumahku.

“Ini, makanlah!” perintahku sambil menyodorkan sepiring penuh makanan.

Dia langsung menyambarnya dan memakannya dengan kecepatan penuh. Aku sampai heran dibuatnya. Sambil menunggu dia makan, aku melihat fisiknya secara keseluruhan. Dia seorang laki-laki. Kalau dilihat-lihat, mungkin umurnya sama denganku. Memakai kacamata yang lensanya cuma satu, entah apa maksudnya. Rambutnya sedikit panjang dan acak-acakan. Dan, baunya sangat menyengat. Sampai-sampai, aku harus menutup hidungku. Berapa hari dia tidak mandi?

Sekarang, aku mencoba untuk membaca pikirannya. Kupejamkan mata, dan mencoba menjelajahi pikiran orang yang didepanku. Setidaknya aku tahu namanya sebelum dia memberitahukannya. Lagi-lagi aku terkejut. Orang ini, pikirannya tidak bisa kubaca. Aku pikir mungkin karena dia sedang makan, jadi aku tidak bisa membacanya pikirannya. Ternyata tidak. Aku memang tidak bisa membaca pikirannya. Seolah-olah ada dinding yang menghalangiku untuk membaca pikiranku. Bahkan LaMu yang ada dalam tubuhku pun terheran-heran. Kalau aku tidak bisa membaca pikiran orang ini, berarti dia lebih kuat dari aku. Siapa dia sebenarnya?

“Fiuhh!Aku kenyangg! ‘Makasih, ya! Kamu baik sekali mau memberiku makan!”

Aku terus menatapnya dengan pandangan curiga.

“Oh, ya! Aku belum memperkenalkan diriku. Mulai dari mana ya enaknya? Ahh, mulai dari namaku saja, ah!”

Aku cuma berpikir, orang ini bodoh apa gila?

“Wahh, maaf dari tadi ngomongnya ngelantur. Baiklah, namaku Randalph, Randalph Svenson. Umurku 18 tahun, masih single lho! Aku suka sekali makanan yang manis-manis. Hobiku adalah tidur siang!!”

“Profesi?”

“Maaf?”

“Profesimu apa, dan apa yang kau lakukan didepan rumahku tadi?” tanyaku dengan sinis.

“Waah, jangan melihatku dengan tatapan seperti itu. Aku ini orang baik-baik kok! Yah, karena kamu tanya profesiku, aku akan beritahu jawabannya. Profesiku sama sepertimu”.

“Apa? Kau juga VH?”

“Yup!”

“Darimana kau tahu profesiku?”

“Tahu dong! Kalau boleh kutebak, namamu Claude C. Evinrude. Panggilanmu Clay, kan! Umurmu 18 tahun. Sudah jadi VH selama 3 tahun. Kamu sudah memburu banyak Vampir. Dan itu membuat namamu sangat terkenal di kalangan para VH di Mardalsfossen ini. Bahkan sampai ke kota asalku, Corvus. Katanya di Mardalsfossen ada seorang VH laki-laki yang penampilannya seperti Vampir. Tapi kalau dilihat-lihat memang mirip. Penampilanmu seperti bangsawan zaman dulu” jawabnya dengan santai.

“Kau...”

“Dan, boleh kutebak lagi. Kau tadi mencoba membaca pikiranku ya?”


Aku terkejut. Pertanyaannya tepat sasaran. Dari-mana dia tahu kalau aku membaca pikirannya. Selama ini tidak pernah ada orang yang tahu kalau aku membaca pikirannya, bahkan menyadarinya pun tidak. Tapi, orang ini, orang yang bernama Randalph ini, tahu akan hal itu.

“Ke..kenapa..kamu tahu?”


“Kalau tidak mengelak, berarti benar, bukankah ada peribahasa bahwa rumput di sebelah rumah lebih hijau dari rumah sendiri. Itu artinya masih ada yang lebih kuat dari kamu ‘kan. Eh, sebenarnya apa hubungannya peribahasa itu sama hal ini yah, aih jadi malu. Nilai bahasaku jelek sih!He..he..he..”jawabnya sambil tertawa-tawa.

Terus terang aku sama sekali tidak suka. Aku bertanya dengan serius, dia malah tertawa-tawa. Dia pikir aku ini siapa?


“Kamu meremehkan aku ya? Kenapa kamu tidak jawab pertanyaanku, malah menjawab berbelit-belit, bahkan tidak ada hubungannya!” tanyaku sambil menahan emosi.


Dia cuma terdiam. Lalu tersenyum lagi.

“Clayy…aku sudah bilang ‘kan, di dunia ini masih banyak yang lebih kuat daripada kamu. Membunuh banyak Vampir bukan jaminan kuat tidaknya seseorang, walaupun kamu menjalin persekutuan dengan Vampir legendaris, yang namanya…aduh, kok lupa yah! Ngg…tunggu sebentar…namanya kalau tidak salah… LaMu ‘kan?! “

Lagi-lagi aku terkejut, darimana dia tahu semua itu? Perkataan orang ini menandakan seolah-olah dia bisa menembus pikiranku, sama seperti yang sering kulakukan pada musuh-musuhku.

“Boleh kulanjutkan lagi? Ngg kamu melakukan itu semua karena ingin tahu penyebab tewasnya orangtuamu. Yah, sebenarnya dendam itu tidak baik, tapi adakalanya itu bisa membuat kita bertahan hidup. Lagipula kehidupanmu selama di Balkhas dan juga Mardalsfossen sudah sangat keras. Ah, maaf ini pertemuan kita yang pertama, dan aku sudah ngomong yang macam-macam…”

Brakkk!!

Aku menggebrak meja dengan tanganku. Aku marah sekali. Belum pernah ada orang yang tahu masa laluku dengan sedetil itu.

“Kamu!! Aku bertanya kenapa kamu tahu? Daritadi kamu memberitahukan tentang masa laluku. Belum ada yang tahu sampai sedetil itu, kecuali LaMu saja. Darimana kamu tahu?!!”

Dia hanya diam sambil menatapku.

“Kenapa diam saja?? Jawaab!!” teriakku marah. Aku belum pernah sampai semarah ini. Tapi, kemudian dia tersenyum melihatku.Aku sama sekali tidak mengerti jalan pikirannya.

“Maaf, kalau aku berbicara sampai sedetil itu. Kamu mau tahu Clay, kenapa aku bisa tahu bahkan masa lalumu yang berusaha kamu sembunyikan ?”

“Apa?”

“Sederhana saja, sama sepertimu yang bisa membaca pikiran orang lain, aku juga bisa melakukannya, tapi lebih spesifik lagi, seperti apa yang telah dia lakukan di masa lalu atau apa yang terjadi dengannya di masa depan…”.

“Kamu…mustahil, kemampuan itu sangat langka sekali ‘kan. Jangan-jangan kamu bisa membaca nasib orang..?”

“Tingtong!! Anda benar!! Tapi, sayang nilainya cuma 75. Aku memang bisa membaca nasib orang , caranya adalah dengan menyentuh orang itu. Kalau masa lalu aku memang sering melihatnya. Tapi kalau melihat masa depan, itu tergantung aku ingin melihatnya atau tidak.

Ah,ya, mungkin juga kamu bertanya-tanya kapan aku melihat masa lalumu. Sebenarnya, aku melihatnya waktu kamu menggotongku masuk ke dalam rumah. Walaupun hanya sebentar, itu sudah cukup bagiku untuk melihat apa yang terjadi pada masa lalumu. Sekali lagi, aku minta maaf, hal itu memang sering terjadi padahal aku tidak menginginkannya.

Lalu…, masalah mengapa kamu tidak bisa membaca pikiranku, itu juga sederhana saja sebenarnya, aku sengaja menutup pikiranku, supaya kamu tidak bisa membacanya. Itu saja, sudah cukup ‘kan?!”

“Kenapa?”

“Ya?”

“ Ini tidak adil sama sekali?! Kamu tahu semua masa laluku, tapi, aku tidak bisa membaca pikiranmu!! Sebenarnya apa yang kamu harapkan dari semua ini. Sampai-sampai kamu berada di depan rumahku dengan perut yang sama sekali tidak terisi”.

“Ha..ha..ha..jadi malu karena sudah merepotkan. Menurutmu ini tidak adil yah, tapi sudah kubilang dari awal kan?! Aku tidak berniat ingin membaca masa lalumu, itu semua tiba-tiba terlintas di pikiranku begitu saja. Lagipula aku juga tidak mau orang tahu masa laluku, soalnya masa laluku lebih menyedihkan daripada masa lalumu”.

Dia menjawab pertanyaanku dengan ekspresi sendu. Aku tahu, dia sebenarnya tidak ingin tahu masa laluku, tapi mau tidak mau hal itu akan terlihat juga olehnya.

“Aku mengatakan itu semua dengan harapan kamu mau bekerja sama denganku”.

“Kerja sama?”

“Yup, kalau kita bekerja sama, pekerjaanmu jadi akan lebih mudah, bukan?”

“Maaf, aku tidak butuh partner, aku bisa melakukannya sendirian tanpamu!”

“Hei, ayolah!! Ini sebagai tanda terimakasihku karena sudah diberi makan. Lagipula aku juga minta maaf karena sudah mengungkit-ungkit masa lalumu. Bagaimana, aku ini cukup kuat loh!! Aku nggak akan merepotkan kamu kok, lagian aku juga butuh uang!”

Aku diam, sambil mencoba untuk mempertimbangkan ajakannya. Dia bisa membaca masa laluku dengan mudahnya, lagipula dia sanggup membentengi pikirannya dariku, pasti dia bukan orang biasa.

“Baiklah, ngg siapa tadi namamu?”

“Randalph!”

“Yah, Randalph, akan kucoba untuk berpartner denganmu”,jawabku. Hmm, siapa tahu aku bisa menjajal kemampuannya suatu hari. Aku ingin tahu, sekuat apa dia.

“Waa..syukurlah! Akhirnya kamu mau juga! Mm, tapi harap kamu ingat satu hal. Aku ini orangnya bebas. Nggak suka terikat sama orang lain. Jadi, kamu bisa menerima kan, kalau suatu saat aku akan pergi?”

Tidak masalah, aku sudah sering sendirian. Kamu mau pergi kapan saja terserah. Tapi, tentu saja setelah aku tahu sekuat apa dirimu, Randalph.

“Baiklah, aku terima!”

“Sipp!! Kapan kita mulai kerja ? Aku sudah siap nih!!. Oh, ya bolehkah aku pinjam kamar mandi. Ah, tenang saja, aku bawa baju kok, tidak usah dipinjami. Lagipula, pasti tidak cukup. Eh, kamu pasti terganggu dengan bau badanku ya?! Maaf, habis aku tidak mandi selama dua bulan sih, jadi malu, he..he..he.. Sudah dulu ya, aku mau mandi dulu!”

Aku hanya bisa terpaku melihat cara bicaranya. Gila! Darimana dia punya kemampuan untuk bicara layaknya senapan mesin . Aku sendiri, tidak begitu mengerti dengan apa yang dibicarakannya. Ngomongnya banyak sekali.

Belum mandi dua bulan? Ufhh, kalau aku mana tahan tidak mandi selama itu, minimal,aku bisa tahan tidak mandi selama seminggu atau 5 hari. Tapi dia, dua bulan. Pantas baunya benar2 menyengat.

Benar-benar cowok yang ajaib dan aneh. Aku tak sadar bahwa pertemuanku dengan Randalph, akan mengubah segalanya...

****

Dan, apa yang akan terjadi pada Clay selanjutnya setelah kedapatan Randalph? Tunggu kelanjutan ceritanya di Part 3. Silakan jika ada komentar, saran atau kritik, jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar. Terimakasih karena sudah membaca cerita saya :D.